Satu bogem mewakili amukan Naruto pada pemuda itu. Sasuke tersungkur jatuh di atas lantai kelas. Ia meringis menahan sakit pada pipinya.
"Jika kau mendekatinya lagi, kau tahu berhadapan dengan siapa." Ucap Naruto dan berlalu.
Sasuke menatap punggung pemuda itu sambil mengelap darah robekan mulutnya.
Sial!
*
Hinata termenung di atas ranjang Uks. Gadis berambut panjang itu menarik kedua lututnya dan menggelamkan wajahnya di antara kedua lututnya. Mata bulannya perlahan meredup.
Kejadian saat pemuda itu mengatakan bahwa dia miliknya masih membekas di dalam ingatannya. Kenapa pria itu mengatakan hal seperti itu? Oh, kami-sama.
Hinata mungkin akan merasa senang jika saja mereka masih memiliki status walapun hanya kebohongan. Mengingat semua itu membuat Hinata merasa lebih cepat lelah.
Dan lagi, kenapa dia bisa berubah secepat ini? Bagaimana mungkin dirinya yang sedari dulu menyukai Naruto tiba tiba beralih menyukai Sasuke? Sepertinya dia gila. Tidak mungkin dirinya dengan mudah berpaling dari Naruto. Pemuda yang selalu ia cintai sejak kecil. Tapi debaran ini, kenapa tidak lagi ada saat Naruto berada di sekelilingnya?
Semunya hilang tergantikan denga rasa sesak dan perih saat pemuda berambut raven itu lebih memilih gadis cinta pertamanya dan menamparnya.
Hinata tidak pernah di tampar, bahkan Tousan nya sendiri tidak pernah membentak Hinata. Jika Neji dan Hanabi mendengarnya, entah Apa yang akan di lakukan keduanya kepada Sasuke.
Ingin Hinata ungkapkan perasaan perihnya kepada kaasan nya, tapi ia tidak bisa dan itu tidak mungkin. Tidak ada lagi yang akan mendengar keluh kesahnya. Kaasan nya sudah lama pergi dan Hinata selalu merasa bahwa itu tidak nyata.
Bunyi ketukan pintu Uks membuat kepala berambut indigo panjang itu mendongak, menatap pintu Uks yang tertutup rapat.
"Si.. Siapa?" Tanya Hinata pelan. Ia takut jika itu adalah para gadis fans Sasuke yang ingin membully nya lagi.
Tidak ada jawaban membuat Hinata merasa takut dan segera mendekat ke sudut ranjang. Mengira jika itu benar benar para gadis fans Sasuke.
"Ini aku," jawab seseorang yang berada di balik pintu Uks. Suaranya begitu lirih dan Hinata sangat mengenalinya.
Hinata terdiam. Rasa perih menghantam dadanya. Ingatannya berputar kembali saat kejadian itu terjadi. Kejadian dimana sang Sahabat memalingkan wajahnya dari Hinata. Bahkan dia sama sekali tidak menghubunginya, padahal gadis itu pasti akan selalu menghubungi Hinata saat Hinata tidak masuk sekolah. Menanyakan keadaan Hinata hingga Hinata menjadi bingung harus menjelaskan apa.
Ada apa dengannya?
Pintu akhirnya tergeser menampilkan sosok gadis bertubuh langsing berambut pirang panjang. Ia menunduk dan menggenggam rok kotak kotak miliknya.
Mata bulan Hinata meredup, ia segera membalikkan tubuhnya. Membelakangi Hotaru yang memandang Hinata dengan miris. Ia tidak pernah menyangka reaksi Hinata yang seakan menolak kehadirannya di ruangan ini.
Dadanya sesak.
Seperti ini kah rasanya saat dirinya mengabaikan Sahabatnya saat pembullyan itu?
Hotaru menahan tangis nya, tapi rasa perih di dadanya membuatnya tidak bisa menahannya lebih lama lagi. Pertahanannya runtuh seketika. Ia jatuh terduduk di depan pintu Uks.
"M..maafkan aku.." isak Hotaru. Air mata mengalir cepat dari kedua bola matanya.
Hinata yang mendengar tangisan Hotaru mengigit bibirnya, menahan dirinya yang ingin berbalik dan menatap Sahabatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Aidoru (END)
FanfictionGlek! 'k-kenapa laki-laki itu malah semakin menatapku tajam?' Hinata menatap mata hitam sasuke yang juga menatapnya. Lalu mata berbeda kontras tersebut melirik kening lawan masing-masing. Apa benar dia yang waktu itu? Mereka sama-sama terperangah...