1. Sight

1.5K 185 18
                                    

Backsound:
Heaven - Julia Michaels

-

Apa yang kalian bayangkan ketika mendengar kata Majelis Nasional? Seseorang yang duduk di kursi kepemerintahan dan bertindak sebagai panutan sekaligus mewakili rakyat. Menurut Kamus Besar, mereka adalah orang-orang terpilih yang dianggap mampu untuk mengemban tugas berat –mendengarkan dan mewakili suara rakyat yang terkadang seringkali terabaikan dan tidak didengar.

Di Korea Selatan, Majelis Nasional adalah badan legislatif dimana Ketua Majelis Nasional tidak terikat dengan partai manapun dan setiap anggota akan menduduki masa jabatan selama empat tahun. Dimana segala keputusan yang diambil oleh Presiden, Perdana Menteri, dan jajaran lainnya harus lebih dulu disetujui oleh Majelis Nasional sebelum di sahkan.

Lalu, apa yang terlintas dalam benak kalian ketika menjumpai salah satu teman di universitas tempat kalian belajar ada seseorang yang merupakan anak dari salah seorang anggota Majelis Nasional? Kebanyakan akan berpikiran bahwa mereka akan bertindak seperti dalam novel dan drama atau sinetron? Yang bertindak seenaknya, merasa paling memiliki pengaruh dijagad raya ini? Nyatanya mungkin beberapa demikian namun tidak semuanya, anak-anak dari para pejabat pemerintah juga manusia bukan? Mereka ada yang baik juga ada yang tidak begitu baik.

Cho Kyuhyun contohnya, di awal kehidupannya sebagai seorang mahasiswa ia berbicara di depan podium sebagai perwakilan mahasiswa baru. Bukan tanpa alasan, dia penyandang peringkat pertama dalam ujian masuk universitas. Saat itu, gaya kaku serta kecerdasannya sama sekali tidak menghalangi wajah tampan memesona yang langsung membius seisi kampus.

Tiga semester pertama ia lalui dengan baik, banyak orang yang mendekatinya terlebih setelah latar belakang keluarganya terbongkar. Sosoknya menjadi sangat sempurna dan ideal. Siapa pun berlomba untuk menjadi temannya dengan berbagai latar belakang tujuan, mulai dari mencari koneksi bisnis, sekadar ingin mendapatkan teman yang berasal dari kelas atas untuk dipamerkan, ingin menjadikannya seorang tutor sebaya, atau yang benar-benar ingin berteman dengannya karena Kyuhyun dikenal memiliki sikap yang tidak sembrono.

Dengan kata lain, he is perfect!

Namun, tidak ada manusia yang sempurna bahkan dalam sebuah kisah novel sekalipun dan Kyuhyun juga seperti itu. Satu kelemahannya adalah ia selalu canggung dan kaku terutama di depan wanita. Ia tidak banyak memiliki teman, hanya satu orang Ahn Jaehyun si vampir dari jurusan seni. Tampan dan sama kayanya, namun seorang budak cinta yang hanya memandang ke arah satu wanita sejak mereka menginjakkan kaki di kampus tersebut.

"Kau akan merasakannya suatu hari nanti, Kyu!"

Hanya satu kalimat pendek itu yang Jaehyun ucapkan ketika Kyuhyun berulang kali menatapnya dengan heran juga kasihan karena Jaehyun sudah terlalu sering di tolak sementara banyak wanita lain yang siap mengantri untuknya.

Suara percakapan terdengar di sana-sini, begitu juga dengan dentingan piring yang beradu dengan sendok dan garpu. Jam makan siang sudah tiba dan sebagian besar mahasiswa berada di ruangan nyaris seluas lobi utama yang menyajikan banyak penjual makanan di kios-kios tertata.

"Kau mau saus?" Tanya Jaehyun sambil menuangkan pasta cabai ke dalam makanannya, mi dengan kuah dan telur setengah matang yang masih mengepul.

"Tidak, terima kasih."

"Jadi, sudah memasuki semester empat dan kau sama sekali belum menemukan seseorang?"

Mendengar pertanyaan aneh itu membuat dahi Kyuhyun berkerut, "menemukan seseorang? Lalu bagaimana denganmu? Kau ini kan masuk kategori seseorang juga."

Jaehyun memutar bola matanya dengan jengah mendengar jawaban yang tidak memuaskan itu. Jelas sekali bahwa teman dekatnya ini sedang berusaha menghindari percakapan di antara mereka ketika sudah memasuki topik yang –Jaehyun lebih suka menyebutnya dengan, sedikit pribadi.

"Ayolah, kau mengerti maksudku."

Kyuhyun terkekeh pelan sambil membuka bungkus plastik dari roti yang ada dalam genggamannya. Menu biasanya nyaris setiap siang jika Jaehyun tidak repot memaksa Kyuhyun untuk memakan mie atau nasi. Bukan karena Kyuhyun terlalu miskin atau semacamnya, menurutnya ia harus hidup dengan hemat ketika berada jauh dari Seoul, Korea Selatan. Keluarganya memang kaya dan berpengaruh, tapi itu di Korea dan semua milik ayahnya sementara saat ini ia sedang melanjutkan studinya di Amerika dan kekayaan itu jelas bukan miliknya pribadi.

"Apa itu harus?" Tanya Kyuhyun sambil mengunyah roti keju favoritnya.

"Dengarkan aku, sekarang kita berada di semester empat dan jika beruntung, kita akan lulus pada semester tujuh. Yah, kita berdua cukup cerdas untuk menyelesaikan pendidikan lebih cepat." Jaehyun memberikan jeda pada kalimat panjangnya sambil memasukkan gulungan mie di garpunya ke dalam mulut dan mengunyahnya dengan cepat sebelum ia kehilangan kata-kata yang ingin ia ucapkan dalam kepalanya.

"Bukankah memang kita berencana untuk lulus lebih cepat?"

Kyuhyun bertanya sambil sesekali tersenyum, membalas sapaan beberapa mahasiswa yang mengenal dan melewati dirinya. Beberapa bahkan terang-terangan melambaikan tangan dari meja mereka.

"Baiklah, kau ingin aku mengatakan lebih jelas tentang berkencan?"

Jaehyun sengaja memberikan penekanan pada satu kata di akhir yang langsung mengundang tatapan penuh tanya dari beberapa mahasiswa di sekeliling mereka, ingin tahu siapa yang sedang berkencan diantara kedua pria tampan itu dan dengan wanita beruntung yang mana.

Jaehyun menyerah dan memilih untuk menikmati makan siangnya. Kyuhyun hanya menanggapinya dengan gelengan kepala sambil mengedarkan tatapannya ke seluruh penjuru kantin sampai akhirnya tatapannya berhenti pada seseorang yang rasanya tidak pernah lagi ia lihat sejak pertemuan pertama mereka di depan ruang sekretariat.

Menyadari bahwa suapan roti Kyuhyun berhenti, Jaehyun mengangkat kepalanya dan beralih dari kenikmatan mie di mangkuk yang mulai sedikit membengkak karena kuah menuju satu titik yang membuat sahabatnya berhenti.

"Kau tertarik dengannya?"

Pertanyaan itu berhasil menyadarkan Kyuhyun, "Siapa?"

"Wanita itu. Seo Joo Hyun."

Seo Joo Hyun? Ah!

Kyuhyun mengingat nama itu dengan jelas, bagaimana tidak? Wanita Korea pertama yang ia kenal dan memberikan kesan sedikit berani dengan aksi kekasih bulenya yang begitu bebas meletakkan tangannya dimanapun.

"Kau kenal?" tanya Kyuhyun yang sekarang mengambil es teh milik Jaehyun dan menyesapnya tanpa izin, membuat Jaehyun langsung mengerut dan menarik gelas minumannya agar lebih mendekat.

"Tentu, dia itu terkenal dijurusan seni ini ah bahkan di kampus."

"Dia cerdas?"

Jaehyun mendecakkan lidahnya, "Tidak semua orang sepertimu tuan muda. Dia terkenal dengan predikat yang sedikit negatif. Yah, ku dengar tentang teman satu malam atau semacamnya. Sama sekali bukan tipe mu."

Kyuhyun cukup mengerti dan terbiasa dengan budaya barat setelah dua tahun hidup di New York dan tentu ini akan sangat mudah untuk dipahami olehnya. Namun anehnya ia sama sekali tidak menunjukkan gurat enggan atau apapun itu, bahkan remaja di Seoul juga sudah bergaya seperti mereka hidup di barat dengan pergaulan bebas mereka.

Sementara itu, menyadari ada seseorang yang memperhatikannya sejak tadi membuat Seohyun langsung mengedarkan tatapannya dan bertemu dengan sepasang mata tajam milik Kyuhyun yang tersembunyi di balik bingkai kacamatanya. Wanita itu memberikan sebuah senyuman tipis sebelum merasakan lelaki di sampingnya merangkut pinggang dan memeluk dengan posesif, membuat kontak mata itu terputus begitu saja.

"Jangan lama-lama melihatnya, dia sama sekali tidak baik untukmu."

Teguran Jaehyun kembali terdengar dan membuat Kyuhyun tersenyum tipis sambil menggelengkan kepalanya serta kembali fokus pada roti keju yang tinggal separuh untuk dinikmati sebagai pengganjal perut siang ini. Bagaimana pun ia masih memiliki dua kelas tersisa hingga sore menjelang dan ia tidak ingin melewatkan satu materi pun karena rasa lapar yang mengganggu konsentrasinya nanti.

**

Sebuah senyuman singkat itu seolah menarikku bersamaan dengan sepasang bola mata yang mencoba memenjarakan hasrat ku yang menggebu dengan isi kepala meronta, mempertanyakan siapa sosok itu yang ingin kucoba dekati dalam setiap langkah waktu.

Klik!

Jemari yang sedari tadi sibuk menekan huruf-huruf demi merangkai kata hingga kalimat itu tiba-tiba saja berhenti. Si empunya langsung melepaskan kacamata bacanya dan menatap layar laptop dengan seksama, menatapi setiap kalimat yang baru saja selesai ia tuliskan.

Kyuhyun menghela nafasnya sesaat sebelum akhirnya ia memutuskan untuk melipat laptopnya dan membiarkannya dalam mode stand by takut terlintas ide baru yang menggerogoti pikirannya malam ini. Yang tidak diketahui orang lain selain Ahn Jaehyun adalah bahwa Kyuhyun memiliki kerja sampingan sebagai seorang penulis novel bersambung di salah satu situs dan aplikasi online dengan nama pena, tentu saja.

Awal mulanya ia hanyalah seorang penulis lepas tanpa dibayar sampai akhirnya pemilik situs tersebut menghubungi Kyuhyun dan menawarkan sebuah perjanjian kerja sama yang tentu langsung diterima oleh Kyuhyun dengan senang hati. Cerita yang ia tulis juga cukup terkenal dan selalu berada di peringkat tiga besar dalam genre kisah romansa. Selama ini semuanya hanya fiksi dengan kesan hidup yang seolah dipaksakan. Penggemarnya mungkin menyukainya namun tidak dengan Kyuhyun.

Ia merasa belakangan tulisannya menjadi kurang bernyawa namun hari ini, malam ini, ketika ia mencoba untuk kembali menuangkan idenya segalanya terasa mudah meski ia bertanya-tanya kenapa malah wajah wanita bersama Seo Joo Hyun itu yang terus menari di dalam kepalanya, enggan untuk keluar meski jelas Kyuhyun mencoba untuk tidur nyenyak dengan memejamkan matanya.

Ia sudah berusaha, tapi seperti apa yang sebelumnya ia tuliskan, sepasang mata dan senyuman tipi situ terus muncul berulang kali. Membawanya dalam kenangan pertama ketika mereka berjumpa di depan ruang sekretariat. Tinggi, putih, mata yang besar, samar-samar wangi manis seperti vanilia cukup untuk menggambarkan bagaimana cantiknya sosok itu.

One night stand?

Bukankah dia terlalu lembut untuk hubungan semacam itu bahkan mungkin sedikit polos? Meski jelas Kyuhyun melihat apa yang kekasih wanita itu lakukan hari itu dan ia baru menyadari bahwa lelaki tersebut berbeda dengan yang tadi ia lihat.

Oh, wajar saja. Semester empat. Seperti yang Jaehyun katakan tentang sebuah hubungan cinta yang mendebarkan di masa-masa seperti ini, batinnya sambil memandangi langit-langit kamar.

Setelah mendapatkan pekerjaan sampingan, ia dan Jaehyun memang memutuskan untuk tinggal disebuah flat sewaan yang tidak begitu mahal dan dekat dari kampus, meski jelas keduanya lebih dari mampu jika menggunakan uang yang diberikan orang tua mereka. Namun sebagai lelaki, Jaehyun memliki harga diri untuk tampil tidak kalah keren dari sahabatnya. Sementara Kyuhyun dengan segala macam pendiriannya tentang hidup mandiri.

Kyuhyun masih awam dalam urusan wanita apalagi cinta. Terakhir kali ia menyukai seseorang adalah dengan teman dekatnya saat masa taman kanak-kanak yang jelas tidak bisa dihitung sebagai cinta pertama. Bahkan saat itu ia masih akan menangis ketika meminta mobil-mobilan jadi mana mungkin ia memberikan sebatang permen atau cokelat pada gadis yang ia sukai?

Ia pun menghela nafas lalu mengetikkan kata kunci cinta pada mesin pencari lalu mendapati beragam artikel yang semakin membuat kepalanya terasa pusing. Sampai akhirnya rasa kantuk mendera dan dengan perlahan ia memejamkan kedua matanya, memulai perjalanan manisnya di alam mimpi.

Di sisi lain, Seohyun membuka matanya sambil menatap keluar jendela yang sengaja tidak ditutup gordennya. Ia menyukai pemandangan malam. Wanita itu tetap diam bersama sebuah rangkulan posesif di atas perut datarnya bersama deru nafas teratur dari seorang lelaki yang terpejam di sampingnya. Anehnya, sebuah rasa penasaran yang aneh terus mengganjal hatinya.

Tentang mahasiswa asing yang ia temui di kantin.

Aneh, hanya itu ucapnya dalam hati sambil berusaha kembali memejamkan mata dan berharap pagi akan segera datang.

To be continue...

Torn Love (서규)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang