Airi || 6

2.5K 332 35
                                    

Yang kangen Airel mana suaranya????

Sok atuh ramaikan dengan vomment. Jangan malah ngoment di lapak Pak Dokter.. 🤭🤭🤭

Sayang kalian... 😘😘😘

  

°AIRI°

  

"Tau gini Mbak nggak bakal minta  kamu belanja, Ri. Lagian kamu oke-oke aja sih waktu Mbak suruh."

Walau terpejam, aku mendengar dengan jelas ucapan Mbak Vega. Sudah dua hari kondisi tubuhku menurun. Mungkin karena belakangan ini aku kurang istirahat dan menekuri laptop lebih lama dari biasanya, juga karena pola makan yang tak teratur. Kemarin Mbak Vega mengajakku untuk ke dokter yang jelas langsung kutolak.

Aku menikmati kesakitan ini. Karena dengan seperti ini pikiranku tak hanya terfokus padanya. Ya, kebiasaan burukku tak pernah berubah. Aku masih Airel yang suka menyakiti diri sendiri. Namun kini aku sudah tak lagi meninggalkan bekas luka karena...

"Kamu akan temui luka dua kali lipat dari yang kamu punya di badanku."

... karena dengung suara itu terus memperingati tiap kali aku akan melakukannya. Terlebih saat bajingan itu menandakanku sebagai miliknya. Gendang telingaku rasanya akan pecah saking kerasnya suara itu berteriak.

Begitu terdengar suara pintu tertutup, mataku langsung terbuka. Aku tidak tidur, hanya memejamkan mata dan memikirkan apa yang akan aku lakukan selanjutnya.

Sepertinya ideku me-reset hidup untuk kedua kali di tempat yang tak seorang pun mengenalku bisa aku coba. Sumatera? Bali? Atau Inggris mungkin? Tabunganku pasti cukup untuk mengurus biaya ini itu. Aku juga bisa bekerja apapun nanti. Atau bahkan melanjutkan karyaku. Penerbit pasti tidak akan keberatan kan? Toh selama ini aku melakukan semuanya juga secara online. Baiklah, yang pertama harus aku lakukan adalah meriset daerah-daerah yang berpotensi untuk kujadikan tujuan.

Uhm, mungkin aku bisa melakukan itu nanti, saat kunang-kunang di mataku sudah pergi, juga kepalaku tak terasa berat lagi. Karena rencanaku hanya akan jadi rencana jika aku tetap memaksakan diri.

 
° AIRI °

 
Tubuhku terasa berkali-kali lipat lebih segar, kunang di mataku juga telah pergi entah ke mana, dan kepalaku terasa lebih ringan. Sudah sangat lama rasanya aku tak tertidur selelap ini.

Eh?

Mataku menangkap jarum infus yang menusuk punggung tangan kiri. Hah, pantas saja aku lebih segar, dapat bantuan dari cairan ajaib itu ternyata.

"Udah bangun?"

Aku tersenyum pada Mbak Vega yang membawa nampan. Segera saja aku mengubah posisi jadi duduk bersandar di kepala ranjang.

"Berapa jam aku tidur, Mbak?"

"Yang pasti belum mecahin rekor tidur kamu sebelumnya."

Rekor tidur terpanjangku adalah tiga minggu. Itu terjadi saat aku melarikan diri dari kejaran anak buah lelaki bajingan yang berstatus suamiku dalam kondisi terluka parah, yang berakhir dengan tertabrak mobil yang sedang melaju. Mbak Vega si pengendara sekaligus pemilik mobil bersedia membayar seluruh biaya rumah sakit dan perawatan. Aku yang tak ingin berhutang budi memutuskan untuk bekerja padanya. Tak benar-benar bekerja sebenarnya, karena aku hanya melakukan pekerjaan ringan seperti memasak atau membersihkan rumah.

Mangkok bubur panas yang diletakkan di atas pangkuan mengembalikan kesadaranku.

"Habis makan langsung minum obat."

AIRI (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang