Airi || 13

2.4K 275 17
                                    

Hollaaa..........
Ada yang kangen aku???

Bab ini khusus untuk kalian yang sudah bersabar menunggu kelanjutan cerita ini setelah hampir 3bulan aku tinggalkan tanpa keterangan...

Terima kasih sayang-sayangnya akuuuu...

Happy reading 😘 😘😘

   

  
° AIRI °

Ketukan pintu kamar membuatku menoleh cepat. Tanpa dipersilakan Mbak Vega masuk dengan segelas susu cokelat di tangannya.

"Kamu tuh kalau lagi ngetik lupa segalanya ya. Pak Rival telepon aku terus, tauk!"

Aku terkekeh pelan. Menyambut bawaannya lalu mengecek ponsel yang sengaja kuatur dalam mode diam.

68 panggilan tak terjawab dan 20 pesan belum terbaca dari nomor yang sama.

Belum sempat membuka pesan, sebuah panggilan masuk membuatku tersenyum.

"Mulai besok laptop kamu aku sita!"

"Ya nggak bisa---"

"Bisa!"

"Val---"

"Udah berapa kali aku bilang..." setengah mencebik, aku menirukan ucapan Rival yang kuhapal belakangan ini tanpa suara, "... selalu jawab telepon aku. Biar hp kamu itu ada fungsinya. Kebiasaan bang---"

"Val, kamu telepon cuma mau marahin aku? Nggak kangen apa hampir seminggu nggak ketemu?" Sengaja aku mengalihkan rasa kesalnya. Dan itu berhasil, karena detik berikutnya aku mendengar helaan napas panjang.

"Kalau aja kamu tau apa yang aku pikirin. Awas aja nanti. Aku bakal bikin perhitungan karena kamu udah bikin aku kepikiran!"

"Aku tunggu ya. Semangat kerjanya. Miss you." Kukirimkan kecupan jauh yang dibalasnya dengan geraman sebelum memutuskan sambungan.

Sebelum terbang ke Bali untuk urusan bisnisnya, Rival mengembalikan laptopku. Katanya agar aku tak bosan menunggu. Tentu saja aku menggunakan kesempatan ini untuk menyapa pembaca dan melanjutkan naskah ceritaku. Sayangnya aku suka lupa waktu. Jadi wajar saja jika Rival meradang karena merasa terabaikan.

Aku tersenyum bajing saat menoleh pada Mbak Vega yang duduk di depanku. Mengambil alih gelas susu yang sudah tandas.

"Jadi?"

"Apa?"

"Kapan kalian menikah?"

Tawaku terlepas. Untung saja susu yang tadi kuminum sudah tertelan. Kalau tidak, wajah Mbak Vega pasti sudah terkena muncratan.

"Kok ketawa? Pak Rival udah lamar kamu kan?"

"Mbak lucu sih."

"Emang pertanyaan Mbak salah?"

Aku berdehem sekali, menyudahi sesi tawa. "Salah sih nggak, cuma geli aja gitu dengernya." Kernyitan di keningnya semakin dalam. "Gini lho, Mbak. Aku sama Rival baru aja ketemu setelah sekian lama. Walaupun di udah ngelamar aku, kita masih butuh waktu untuk kembali mengenal pribadi masing-masing. Apalagi ..."

"Ri?"

"Aku belum benar-benar yakin untuk ... Mbak tau lah."

"Jadi?"

"Sekarang aku cuma mau jalanin aja, Mbak. Menikah atau nggak itu urusan belakangan. Kalaupun nantinya kita pisah lagi, itu artinya kita emang nggak ditakdirkan buat bareng."

AIRI (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang