Kelas 11 semester pertama di SMA Garuda.
Hari ini adalah hari pertama Samudra Noa Salendra atau yang akrab disapa Samudra duduk di bangku sekolah kelas 11 SMA.
Masa-masa kelas 10 nya dulu yang masih naïf, masih malu-malu masih terbawa sampai sekarang. Karena pasalnya, ia sendiri merasa asing dengan murid-murid di kelas XI IPS 1 ini.
Waktu kelas 10, belum ada pembagian jurusan. Semua mata pelajaran dipelajari baik MIPA maupun IPS. Dan sekarang tepatnya di kelas 11 adalah pembagian jurusan.
Samudra memilih IPS sebagai jurusannya dikarenakan ia sama sekali tidak menemukan minatnya di kelas MIPA. Entah kenapa.
Ia benar-benar duduk sendirian dibelakang kelas dengan earphone hitamnya yang menyumpal rungu pemuda tampan itu. Sampai akhirnya seorang pemuda bermata sipit duduk tiba-tiba di kursi sebelah kanannya yang kosong.
Samudra melirik sejenak pada pemuda asing itu, sedangkan pemuda itu malah menyunggingkan senyumnya.
"Kosong kan ya?" tanyanya.
Samudra mengangguk, "Iya, kosong. Gua duduk sendiri." jawabnya.
"Mantap dah kalo gitu." sahut pemuda ini lagi. Kemudian ia melepas jaket putihnya dan menjulurkan tangan di depan Samudra.
"Btw, gua Ilham." ujarnya memperkenalkan diri.
Samudra menyambut jabatan tangan pemuda bernama Ilham ini.
"Samudra."
ㅡ
"Gue Cantika."
"Lah gue juga Chantika?"
"HAH?!"
Haikal Sukma, ketua kelas dadakan yang tiba-tiba di tunjuk anak sekelas mendadak pening sendiri begitu satu kelas ini tengah saling berkenalan.
Masalahnya dikelas ini ada dua orang yang memiliki nama yang sama; Cantika dan Chantika.
Hanya beda tulisan. Pelafalannya sama. Persis.
Hwallendra yang ada dibarisan tengah ikut pusing sendiri.
"Pake nama panggilan deh. Kalo dua-duanya Cantika ribet gini jadinya." usulnya.
Saluna mengangguk menyetujui usul sang pacar, "Iya dong, ribet banget jatuhnya kalo ada dua gini."
Ilham yang berada di pojokan kelas tiba-tiba nyeletuk, "Yang satu Caca yang satu Cici aja." sahutnya.
Kemudian ketika semua perhatian anak kelas tertuju kepadanya, ia menunjuk gadis berpipi chubby bernama Chantika ini.
"Yang pipinya kayak ikan buntel tuh dipanggilnya Cici. Cocok dah kayak bakpao featuring ikan buntel itu pipinya."
Samudra yang tadinya gak mau ikut campur langsung terkekeh mendengarkan usulan Ilham yang asal nyeletuk.
"Eh diem aja deh lo pocky." maki Chantika balik meledek Ilham yang memang kurus itu.
"Halah bakpao."
"POCKY!"
Setelah melewati banyak cekcok gak jelas, akhirnya resmi Chantika dipanggil Cici, sedangkan Cantika dipanggilnya Caca.
Meski Chantika berontak abis-abisan gak mau dipanggil Cici, tapi tetap saja kalau ada yang panggil dia dengan sebutan itu dia nyahut.
Oh, perlu diketahui lagi.
Selain ada Caca dan Cici, disini juga ada empat orang gadis yang (katanya) paling hits seangkatan mereka.
Suka jadi incaran kakak kelas. Bukan buat dibully, malah dikecengin.
Saluna, Sherin, Camelia dan Yejira.
Saluna ini paling dikenal. Dia tajir melintir, ditambah pacarnya aja seorang Hwallendra Alantha, yang ke sekolah bawa BMW.
Nah kalau Sherin, dia terkenal karena menjadi Wakil Ketua OSIS. Galaknya bukan main, tapi tetap pake 'aku-kamu'.
Jadi kadang kalau lagi negur cowok-cowok berandal, malah cowok-cowoknya yang gemes.
Kalau Camelia, dia seru parah orangnya kesana-sini nyambung.
Jeleknya, kalau ada yang ngomongin dia udah gak pake ba-bi-bu lagi langsung labrak.
Ckckck, serem betul.
Terakhir, ada Yejira.
Dibanding ketiga itu, Yejira paling jarang ikut abring-abringan sama mereka. Kadang suka memisahkan diri sendiri.
Gak tahu apa alasannya, tapi Yejira memang kadang gak suka kalau terlalu di ekspos dan dikenal banyak orang.
Tapi kenyataan bicara lain. Justru itu yang buat Yejira seringnya di sukai sama anak cowok karena terkesan 'misterius'.
"Kalo mau ngecengin tiga di antara empat orang itu, lu kudu punya nyali dewa."
Samudra tersentak begitu Ilham bicara berbisik demikian padanya ketika ia tengah memperhatikan Saluna dan ketiga gadis itu di kelas.
Pura-pura tertarik, Samudra ikut berbisik pada Ilham.
"Kok tiga?" tanya Samudra. Kemudian ia membuka mulutnya seolah-olah terkejut. "Oh jadi Saluna beneran pacarnya Hwall?" tanyanya lagi.
Ilham mengangguk, "Iya pacarnya pak bos. Jadi jangan macem-macem lu kalo masih mau sekolah di Garuda."
Samudra menanggukkan kepalanya seolah paham.
"Lu emangnya ada niat mau ngeceng Saluna, Sam?" tanya Ilham.
Samudra menggeleng, "Kagak, gua kagak ada niat mau ngeceng keempat-empatnya."
Mata sipit Ilham membalak, "DEMI?!" tanyanya hendak teriak tapi tertahan.
Masalahnya sekarang di jam pelajaran PPKn diberi tugas untuk menganalisa sebuah kasus hukum yang ada di buku paket masing-masing.
Bodohnya dua pemuda ini malah berjulid ria.
Samudra menipiskan bibirnya sembari hendak memukul Ilham karena suaranya terlalu kencang.
"Berisik goblok." makinya. "Iya gua gak tertarik sama mereka."
Ilham menggelengkan kepalanya tak mengerti, "Demi apa sih lu sama sekali kagak tertarik?" tanyanya lagi. Buset nanya mulu.
Samudra hanya mengangguk.
Kemudian ia balik bertanya, "Lu sendiri gimana? Tertarik?"
Ilham mengangguk semangat, "Camelia. Beuh gila ya Sam, anaknya tuh kagak jaiman bener-bener tipe gua banget lah." jawabnya bangga.
Suara dehaman sang guru membuat kedua pemuda ini buru-buru membuka bukunya.
Pura-pura sibuk membaca kasus padahal otaknya masih ke cewek.
Disela-sela keheningan itu, Samudra malah menyenggol lengan Ilham.
"Sama Cici aja lu mah, Ham." celetuk Samudra asal.
"PALELUㅡ"
"EH YANG DIPOJOK?!"
"Ilham, bu."
ㅡ
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita
Short StoryIni kisahnya Samudra dan Yejira, sepasang sahabat yang berani meruntuhkan satu opini tua di masyarakat. pancaka mantra series written by jlldal © 2019