2. Kesan Buruk

5.6K 1.3K 75
                                    

"Samudra dan Yejira?"

Yejira dengan rambut hitam panjangnya yang terurai langsung bangkit berdiri begitu sang guru olahraga memanggil namanya.

Begitu juga dengan Samudra.

"Ambilkan matras dan dua bola kecil ya." suruh sang guru.

"Iya, Pak."

Kebiasaan setiap hendak memulai pelajaran olahraga adalah siswa dan siswinya di acak sesuka hati sang guru untuk mengambil perlengkapan olahraga.

Kadang Samudra suka berpikir, kenapa sih gak dia aja yang ambil sendiri?

Tapi kalau dia ungkapkan dan dia tanya itu ke Pak Juno, guru olahraganya. Bisa-bisa nilai Pendidikan Jasmani Samudra dibawah KKM.

Ketika keduanya sampai di depan ruang olahraga, baik Yejira maupun Samudra malah saling berpandangan.

Samudra yang berdiri tepat di depan pintu ruang olahraga malah menyunggingkan senyumnya canggung.

"Hehehe, kuncinya lupa minta." kekeh Samudra.

Yejira menghela nafasnya kasar.

Buru-buru Samudra hendak berlari menuju lapangan guna meminta kunci.

Tapi langsung ditahan oleh Yejira yang mengeluarkan sebuah gelang dari sakunya lalu menyodorkannya pada Samudra.

"Nih, buka." suruhnya.

Kening Samudra berkerut, "Kok lu pegang?" tanyanya.

"Buka aja dulu pintunya. Kalo kelamaan gak enak sama anak-anak yang lain." sahut Yejira tak menjawab pertanyaan Samudra.

Helaan nafas super jengkel keluar begitu saja dari pernafasan Samudra Noa Salendra ini.

Sial, cewek macam apa ini?

Pantes aja dari auranya juga udah keliatan paling beda diantara ketiga temannya yang lain.

Seenggaknya lebih friendly deh yang lain, gak kayak yang ini. Pikir Samudra ngomel-ngomel.

Ketika sudah di dalam ruang olahraga, Yejira sibuk mencari bola yang dimaksud dikeranjang khusus bola.

Gak tau lagi ini bola ada berapa banyak.

Sedangkan Samudra tengah mengambil matras yang letaknya berada di pojok ruangan.

Diantara kesunyian itu, tiba-tiba saja Samudra berdeham.

"Ekhm, gua boleh nanya gak?" tanya Samudra sembari memisahkan matras satu dengan matras yang lainnnya yang bertumpuk.

Yejira mengangkat alisnya sembari melirik sejenak, "Nanya apa?"

"Temen-temen luㅡ"

Belum juga Samudra menyelesaikan pertanyaannya, Yejira lebih dahulu memotong pertanyaan Samudra.

"Gak." sentaknya. "Gue gak mau jawab."

Mata Samudra membalak begitu Yejira malah memotong pertanyaannya yang belum usai.

Ia kemudian hanya menutup rapat-rapat bibirnya sembari terus berusaha mengeluarkan matras yang bertumpuk.

"Lo kayaknya orang ke seribu yang udah nanyain temen gue dua bulan belakangan ini." seru Yejira tiba-tiba.

Samudra yang sudah berhasil mengeluarkan matrasnya menoleh pada Yejira yang malah duduk di atas keranjang bola yang besarnya kayak apaan tau.

"Gue tuh kayak The Duff nya mereka tau gak sih." keluh Yejira. "Yang ditanyain pasti Camelia, Sherin atau bahkan Saluna yang jelas udah punya cowok." ia lanjut berbicara. "Kayak... Apaan sih, kalau suka ya deketin aja langsung gak usah tanya gue." sentaknya lagi.

Pemuda bersurai hitam gelap ini meneguk salivanya.

"Itu, Yejiraㅡ"

"Dah ah, capek."

Yejira lebih dulu pergi meninggalkan Samudra di ruang olahraga sembari membawa dua bola yang disuruh oleh sang guru.

Sedangkan Samudra hanya bisa menghela nafasnya.








(* The DUFF = The Designated Ugly Fat Friend)








KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang