SBMPTN di depan mata.
Di kelas 12 ini, baik Yejira maupun Samudra sama-sama menghabiskan waktunya untuk belajar, belajar dan belajar.
Bahkan ketika jam kosong, biasanya mereka akan berbincang seputar gosip terkini.
Namun sekarang, wangsit yang tebalnya kebangetan itu ada di tengah-tengah mereka.
"Jadinya ngambil Administrasi Negara, Ra?" tanya Samudra.
Yejira yang tengah mengisi soal-soal dibukunya menoleh cepat sembari melepas sebelah earphone nya.
"Iya." jawabnya singkat. "Gue gak menemukan passion gue di jurusan lain." lanjut Yejira.
"Emang ini passion lu?" tanya Samudra.
"Gak juga sih, abisnya bingung gue mau ambil jurusan apa." Jawab Yejira seadanya.
Samudra mengangguk paham. Ia pun sama seperti Yejira, tengah mengerjakan beberapa soal dibuku latihannya.
Pemuda itu berdeham sejenak. Tapi Yejira masih fokus dengan bukunya.
Demi apapun, ia ingin mengatakan ini pada gadis bersurai hitam yang duduk disamping nya ini.
Bahwa setelah mereka lulus, peluang mereka untuk bertemu akan sangat sulit karena Samudra akan berkuliah di luar negeri.
"Ra," panggil Samudra.
"Hm?" Yejira berdeham pelan.
Bibir Samudra menipis, "Gua sebenarnya dapat beasiswa." ucap pemuda ini pelan. "Gak fully funded sih, tapi begitu gua tanya ke nyokap katanya ambil aja."
Yejira langsung melepas kedua earphone dari telinganya. Bahkan sampai meletakkan pulpennya di atas buku.
Fokusnya sudah tertuju pada Samudra yang kini memasang wajah tegangnya.
"Beasiswa? Dimana?" tanya Yejira.
"Jepang." jawab Samudra cepat. "Udah lama, tapi gua baru berani bilang sekarang."
Yejira menganga kaget. Ia benar-benar gak tahu kabar ini sebelumnya.
"Demi apa lo beasiswa di Jepang? BEASISWA?!" jerit Yejira.
Panik karena suara Yejira terlalu kencang, Samudra refleks memajukan tubuhnya sembari menutup mulut Yejira dengan tangannya.
"Ck, jangan teriak-teriak!" pekik Samudra. "Kan tadi udah gua bilang, gak fully funded. Sampai 3 semester awal aja, sisanya ya mandiri."
Gadis bernama lengkap Yejira Titania ini langsung menepis tangan Samudra yang menutupi mulutnya.
"Demi apa lo gak bercanda kan?" tanya Yejira lagi. "Apasih, boong ya?"
Samudra berdecih, "Ngapain gua bercanda sih, elah."
Gak tau lagi.
Yang namanya Yejira Titania udah senang bukan main begitu dengar sahabatnya ini dapat beasiswa. Meskipun gak fully funded, tetap saja membanggakan!
Bel pulang sekolah berdering.
Samudra yang baru saja hendak keluar kelas duluan, langsung ditahan oleh Yejira.
Pemuda itu menoleh, "Apaan?" tanyanya.
"Beli kebab yuk?"
Senyum Samudra mengembang.
"Yuk!"
ㅡ
Masih di depan Alfamart waktu itu.
Dengan dua porsi kebab dan dua kaleng lasegar yang berada di atas meja.
Samudra dan Yejira.
Keduanya berbincang-bincang mengenai apa saja. Entah tentang dunia perkuliahan yang sebentar lagi akan mereka laksanakan, tentang masa putih abu-abunya yang sebentar lagi akan usai, dan sebagainya.
"Sam," panggil Yejira.
"Hm?" sahutnya.
"Kita hebat ya, bisa menghancurkan opini tua di masyarakat perkara persahabatan lawan jenis." ujar Yejira.
Sembari mengunyah kebabnya, Samudra fokus memperhatikan Yejira sembari menunggu kalimat berikutnya yang hendak gadis itu katakan.
"Katanya, persahabatan antara laki-laki dan perempuan itu gak ada yang murni kan? Pasti ada aja yang baper duluan." lanjut Yejira. "Tapi nyatanya kita enggak, tuh?"
Samudra refleks terkekeh.
Menertawakan ucapan Yejira juga menertawakan dirinya sendiri.
Sebenarnya, jika Samudra harus jujur, ia jatuh cinta pada Yejira Titania.
Tapi entahlah, ada sesuatu yang membuatnya tak akan pernah mengatakan hal itu pada gadis di hadapannya.
Yejira bukan gadis yang super duper cantik atau bahkan super duper menggemaskan. Ia hanya gadis yang terlihat cuek, padahal tidak sama sekali.
Gadis iseng yang suka membuatnya marah atau kesal. Gadis yang kadang lebih menyebalkan dari Ilham di kelas.
Hanya saja Yejira tak tahu.
Yejira tak akan pernah tahu bagaimana perasaan Samudra terhadapnya. Sampai kapanpun, Samudra sudah berjanji pada dirinya sendiri.
Gadis bersurai hitam legam itu memukul pelan lengan Samudra.
"Kok ketawa sih?" sungutnya.
Samudra menggeleng, "Gak apa-apa, cuma bener aja kalimat lu tadi. Di antara kita berdua gak ada yang baper." alasan Samudra.
Setelah menyeruput minumannya, Yejira menghembuskan nafasnya pelan, "Gila kita keren banget ya, Sam?" gumam Yejira tiba-tiba.
"Iya." ujar Samudra pelan.
Mata sipit Yejira tiba-tiba malah menatapnya seolah tengah mengintrogasi, "Tapi beneran kan lo gak baper sama gue?"
Iseng, Samudra mendorong pelan kening Yejira, "Yeee, uyut gua tuh yang baper sama lu."
"Idih, orang gila."
"Lu."
Bohong. Samudra berbohong.
Hanya berbohong yang bisa Samudra lakukan daripada harus bicara jujur, dan kemungkinan buruk yang akan ia dapatkan.
Ia enggan jauh dari gadis ini.
Setidaknya, ia enggan seperti dulu di saat kelas 11 dimana ia dan Yejira bertengkar hebat.
Ia hanya ingin menjadi satu-satunya pria yang ada dibelakang Yejira ketika gadis itu membutuhkannya.
ㅡ

KAMU SEDANG MEMBACA
Kita
ContoIni kisahnya Samudra dan Yejira, sepasang sahabat yang berani meruntuhkan satu opini tua di masyarakat. pancaka mantra series written by jlldal © 2019