Chapter 4

24 6 0
                                    

"Cappuccino seperti biasanya satu, ya Pak." Clara tersenyum kepada Pak Iman seorang penjaga kantin di kampusnya.  Lelaki paruh baya itu mengacungkan jempolnya.

Setelah memesan minuman favorite-nya, Clara melenggang mencari tempat duduk yang masih kosong diikuti Gea yang mengekor di belakangnya.

"Tiap hari cappuccino. Nggak bosen apa lu?" Gea memulai obrolan yang tak langsung dijawab oleh Clara.

Andai, gue bisa ketemu dia lagi.

Batin Clara bergejolak lagi tanpa mengindahkan pertanyaan Gea yang tengah menunggu jawabannya.

"Woi! Ra!" Gea mencubit lengan sahabatnya itu.

"Aw. Sakit tahu." Clara mengaduh kesakitan sambil mengelus-elus lengannya. "Lu, tuh, apaan, sih."

"Ya, lu itu yang apaan. Ditanya nggak jawab malah nglamun aja. Sebenernya lu itu mikirin apaan, sih?"

"Nggak mikirin apa-apa. Lu tadi nanya apaan emangnya?" Clara mengalihkan pembicaraan berharap Gea tak menanyakan hal itu lagi kepadanya.

"Gue nanya kenapa kucing kakinya empat? " gerutu Gea sebal.

"Ha-ha-ha. Karena kalau kakinya dua namanya bukan kucing tapi ayam." Clara terbahak-bahak diikuti dengusan Gea.

"Ish. Kok, lu malah bercanda, sih, Ra."

"Lha, lu yang mulai. Nanya kenapa kucing kakinya empat. Bukan salah gue, dong, kalau jawab gitu?" Clara menjulurkan lidahnya.

"Ini Mbak Clara, cappuccino-nya. Silakan dinikmati. Maaf lama, banyak yang antri." Pak Iman mengantarkan pesanan Clara, dengan logat jawanya yang medok.

"Iya, Pak. Nggak apa-apa. Makasih, ya." Clara masih belum bisa meredakan tawanya karena Gea.

"Ini, lho. Kenapa lu suka banget cappuccino. Nggak bosen?"

"Ya, gimana lagi. Namanya juga suka. Nggak ada kata bosen." Clara menyeruput cappuccino-nya.

Sungguh itu bukan jawaban yang sesungguhnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sungguh itu bukan jawaban yang sesungguhnya. Namun, Clara mencoba menjawab pertanyaan Gea sebiasa mungkin. Bagaimana mungkin Clara akan baik-baik saja jika berhubungan dengan cappuccino?  Sedangkan di sana, ada banyak kenangan yang tak mungkin bisa dia lupakan.

Rrttt. Rrttt.

Ponsel Clara bergetar. Terlihat notifikasi WhatsApp di layar ponselnya.

Putri Arini:
Guys, segera masuk kelas. Matkul Sejarah Musik 1, dimulai 5 menit lagi. Tadi gue ketemu Pak Narman 😌

Lukman:
Jadwalnya, kan, jam 13.00. Kenapa di majuin gini? 😖 baru jam 11 nih.

CLARA [ SEBAGIAN PART DIHAPUS KARENA SUDAH TERBIT ]Where stories live. Discover now