"Memangnya kita mau ngeluarin berapa band nanti di acara akhir tahun?" Gea menatap Andika sembari membagikan air mineral kepada teman-temannya yang lain.
"Tahun-tahun sebelumnya, sih, tiap tingkat ngeluarin satu band sebagai perwakilan. Jadi, ya, sekitar empat, lah. Cuma nggak tahu juga, tahun ini gimana. Rundown-nya belum dikasih dari panitianya." Andika meneguk habis air mineral tersebut lalu menyapu keringat di dahi dengan lengan kanannya.
Hari itu kelas Clara tengah latihan band untuk mengisi acara di The Golden of Art Festival akhir tahun nanti. Jadi dipastikan anak-anak yang terpilih, seharian penuh berada di ruang musik. Dengan formasi Clara sebagai vocalist, Gea di posisi keyboard, Andika sebagai drummer, Farhan dengan gitarnya, dan bass dikuasai oleh Rasya.
"Emangnya band pentolan jurusan kita nggak keluar, Dik?" Farhan melirik Andika sambil memetik senar gitarnya.
"Belum tahu juga gue. Group WhatsApp sepi-sepi aja, tuh, nggak bahas. Pak Heru juga belum ngasih kabar tampil apa nggak ntar."
"Denger-denger gitarisnya, siapa namanya itu? Lagi sakit, ya? Sampai opname segala?" Rasya menerawang jauh sambil mengingat nama senior yang dia maksud.
"Rudi. Sekelas, tuh, sama cowoknya si Gea." Andika mengangkat dagu menunjuk Gea yang sedang asyik pencet-pencet tuts keyboard-nya.
"Kalau Kak Rudi sakit, gitarisnya nggak ada, dong, band jurusan? Yah, kan, sayang kalo nggak tampil." Clara mendengus pelan.
"Suruh gantiin sama Rian aja, Ge! Suruh cowok lu gantiin Rudi." Farhan menyeru kepada Gea.
"Cowok gue nggak bisa. Bisa-bisa dia pingsan di panggung. Dia, kan, demam panggung." Gea menjawab tanpa melihat teman-temannya dan masih asyik berkutat dengan keyboard-nya.
"Ya, elah Ge, lu cari pacar yang guna dikit, kek. Apa-apa nggak bisa. Kenapa dulu masuk musik, sih? Heran gue." Rasya berseloroh diikuti tawa geli teman-temannya.
"Rian itu pinter tahu main sulingnya," Gea membela pacarnya sambil mengacungkan tinju kepada Rasya.
"Ya, udah ntar abis wisuda kalian berdua bisa jadi the best partner nyari duit. Rian main suling, lu yang nari bareng uler-uler piton." Kali ini tawa teman-temannya meledak karena celotehan Rasya.
"Bener, tuh, Ge. Harusnya dulu lu masuk seni tari aja bukan musik." Farhan menimpali kalimat Rasya.
"Sialan kalian semua." Mata Gea melotot ke semua teman-temannya.
Nada ponsel Clara berbunyi nyaring yang membuat teman-temannya menghentikan aktivitas mereka memainkan alat musik masing-masing.
"Halo. | iya kak. | Jam berapa, Kak? | Oh iya, baik Kak. | Iya Kak sama-sama."
Clara memutuskan sambungan telepon lalu menatap semua teman-temannya.
"Siapa Ra?" Gea mengernyitkan dahinya.
YOU ARE READING
CLARA [ SEBAGIAN PART DIHAPUS KARENA SUDAH TERBIT ]
Romance"Kenapa lu suka banget sama senja? Nggak singkron banget sama nama lu, Aurora yang artinya fajar-matahari terbit". Clara tersenyum mendengar pertanyaan cowok yang saat ini ada di sampingnya. Menemani dirinya untuk menikmati senja. Tak ada kalimat...