Please vote before or after reading and leave the comment. Thank you for being a part of this story and Borahae💜
.
Terima kasih sudah menjadi pembaca yang jujur. Salam kenal yeorobun💜
.
Mereka hampir tiba di Gwangju saat hari sudah gelap. Kacaunya keadaan lalu lintas kota menghambat perjalanan mereka yang seharusnya memakan waktu kurang lebih 5 jam, menjadi setengah hari lebih.Komplek perumahan yang sedari kecil Hoseok tinggali, kini sepi dan sunyi. Keadaan begitu lengang dengan rumah-rumah yang ditinggalkan.
Rumah itu berada di sebelah kiri jalan nomor 27. Masih sama seperti dulu―asri dan nyaman, kecuali sisa bercak darah yang memenuhi teras depan.
Hoseok cepat-cepat turun dari mobil van mereka dan berlari menuju kesana.
“Hoseok tunggu!” teriak Namjoon ikut menyusul. Ia melihat kesekeliling untuk memastikan keadaan sepi dari para mayat hidup itu.
Mereka satu persatu menyusul Hoseok dengan membawa tas dan senjata mereka, menyisir seluruh sudut halaman untuk memastikan semua dalam keadaan aman.
“rumahmu sepi,” komentar Seokjin. Mereka kembali berkumpul didepan pintu untuk mencoba masuk kedalam.
Yoongi didepan, membuka pintu dengan perlahan sambil menyiapkan tongkatnya. Tapi yang mereka dapati adalah sepi. Tidak ada tanda-tanda keluarga Jung yang berada di rumah ini, sama sekali. Bahkan Mickey yang biasanya selalu berlari setiap Hoseok pulang kini tidak ada sama sekali.
“coba kau telpon ibumu.” Saran Namjoon.
Sementara para Hyung menyisiri rumah, Magnae tengah mendudukan diri dilantai kayu ruang tamu. Taehyung membantu Jimin membersihkan darah yang tadi tidak sempat ia bersihkan setelah tertidur dalam perjalanan kemari.
“mereka sudah berangkat jam enam tadi ternyata. Ayah ibumu juga Namjoon. Keluarga kita sudah sampai di Jeju satu jam yang lalu.”
Mereka menghela napas lega. Setidaknya keluarga mereka sudah aman.
Dunia memang sudah gila.
“setelah ini apa?” tanya Hoseok. Ia baru saja keluar dari kamar lamanya untuk mengecek keadaan.
“lebih baik kita istirahat dulu malam ini. Punggungku pegal setelah mengemudi.” Balas Seokjin dari dapur. Ia dan Jungkook tengah memeriksa makanan yang setidaknya bisa mereka makan makan ini.
Sementara Seokjin dan Jungkook di dapur, Hoseok, Namjoon dan Taehyung kembali menjelajahi rumah untuk mencari tau dari mana asal darah di depan pintu teras rumah.
“kau baik Jim?” tanya Yoongi pada Jimin yang bersandar pada dinding. Ia sedikit khawatir pada Dongsaeng-nya yang satu ini. wajahnya lebih pucat dari pada biasanya.
“tidak apa hyung, aku baik.” Jawab Jimin sambil tersenyum.
Setelah memastikan Yoongi percaya dan berlalu pergi, ia berdiri untuk berjalan ke kamar mandi.
Sebenarnya ia merasa kedinginan sejak mereka berangkat tadi siang. Ia membasuh mukanya dengan air sambil memperhatikan tetes air yang jatuh dari rambutnya.
Ia bergerak untuk melepas celana panjangnya menyisakan celana pendek yang membalut kaki berototnya dan terpaku pada sebuah garis panjang yang menggores di pergelangaan kaki sampai betis sebelah kirinya.
{Bangtan Apocalypse}
Mereka bangun lebih dulu daripada matahari pagi ini. Masih dalam keadaan mengantuk, mereka semua sibuk mengemasi barang masing-masing untuk bersiap pergi ke ke Jeju.
Sementara yang lain masih sibuk mengumpulkan nyawa, Yoongi dan Namjoon tengah berdiskusi didepan teras rumah.
“akan lebih jauh jika kita kembali ke Incheon untuk mencari penerbangan ke Jeju. Saranku kita langsung kepelabuhan saja.” Ucap Yoongi. mereka tengah memperhatikan peta yang berada di ponsel Namjoon.
“siapa yang akan menyetir hari ini?” tanya Seokjin yang muncul di depan pintu.
“aku saja Hyung.” Jawab Yoongi. ia melirik ke arah belakang Seokjin dimana semua sudah siap.
“yasudah, semua naik kemobil.”
Mereka berangkat menelusuri jalan lintas kota yang dalam keadaan lengang.
Aneh sekali. Jika ditengah kota semua dalam keadaan kacau balau, jalanan disini justru terasa sepi tanpa ada kendaraan lain yang lewat―seperti di rumah Hoseok semalam.
Seokjin tengah menemani Yoongi menyetir, Namjoon dan Hoseok kembali tidur, Taehyung sibuk dengan ponselnya sedangkan Jungkook tengah sibuk memperhatikan Jimin yang menjadi pendiam sejak hari kemarin.
Biasanya mereka akan saling menjahili satu sama lain, dan melihat Jimin yang pendiam seperti ini membuatnya menjadi tidak nyaman.
Tapi Jungkook menelan semua pertanyaannya ditenggorokan. Mungkin sama seperti ia yang tengah takut, Jimin tengah mengalami masa-masa sulitnya. Mungkin ia tengah butuh waktu sendiri dan sampai saatnya tiba nanti, ia akan kembali bercerita seperti biasanya.
Ya, Jungkook harap begitu.
{Bangtan Apocalypse}
To be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangtan Apocalypse • BTS ✔
FanfictionBangtan in Zombie Area. Bisakah mereka keluar, atau menjadi bagian dari mereka?