#4

13 4 0
                                    

---

Eomma...

Bisakah kau biarkan aku kali ini saja?

Untukmelakukan apa yang ingin aku lakukan? 

---

Jinkyung menatap kosong jalanan dari balik kaca supermarket yang ia tempati. Ia menghembuskan nafas berat beberapa kali dan meminum bir yang ia beli.

"Ya! Kenapa aku tidak bisa melakukan apa yang ingin ku lakukan? Kenapa aku harus mengikuti apa yang orang tua ku inginkan?" Jinkyung meneguk bir yang tengah ia genggam.

"Aku tau... aku tau... eomma... appa... kalian ingin yang terbaik untukku kan? Ya kan? Tak bisa kah kau membiarkan ku kali ini saja?"

Kini jinkyung sudah menghabiskan 6 kaleng bir didepannya sendirian. Wajahnya memerah. Ia mulai membicarakan hal yang tidak penting.

Seorang pria dengan topi hitam dan kacamat berbingkai tebal menghampirinya dan duduk tepat disebelahnya. Jinkyung menatap pria itu samar-samar. Ia terus menatap pria itu hingga pria tersebut ikut memperhatikannya. Keadaan jinkyung yang sudah tidak karuan –rambut acak-acakan, wajah merah, nafas berbau alkohol, mata sayu- membuat pria tersebut menatapnya dari ujung rambut hingga ujung kaki.

"Ahjussi" jinkyung memanggil pria itu yang membuatnya tersentak. Pria itu tidak tampak seperti pria paruh baya sama sekali sehingga dari sudut mana pun tidak bisa dipanggil dengan sebutan ahjussi.

Pria itu mengalihkan perhatiannya kearah jalanan yangberada di balik kaca "Apa kau ingin mendengarkan ceritaku?"

Suara itu kembali membuat pria itu mengalihkan pandangannya pada wanita yang berada disebelahnya. Kenapa wanita ini minum banyak sekali jika ia tau dirinya tidak kuat?

"Aku mohon dengarkan ceritaku" jinkyung tiba-tiba saja menangis yang membuat pria disebelahnya tambah bingung.

"Kau lebih baik pulang agassi"

"Ahjussi.. apakah berdosa untuk menjadi seorang penari?"

Pria itu terdiam sejenak "Aku rasa tidak"

"Benarkan? Tapi kenapa orang tuaku melarangku mati-matian untuk menjadi seorang penari?" jinkyung menelan ludahnya dan melanjutkan "Aku... benar-benar... sungguh-sungguh.... Ingin menjadi seorang penari. Aku ingin menari di atas panggung. Di depan banyak orang. Tapi lagi-lagi orang tua ku melarangku. Aku bahkan harus menari sembunyi-sembunyi dari orang tua ku." Tiba-tiba air mata keluar dari mata jinkyung

"AHJUSSIIII AAHHH" teriakan jinkyung membuat dirinya terperanjat. Untung saja di dalam supermarket tersebut hanya ada mereka berdua dan seorang petugas.

"Agassi, kalau kau mau menjadi seorang penari. Menari di atas panggung, di depan banyak orang, maka menarilah. Aku rasa orang tua mu akan mengerti suatu saat nanti. Karena saya pernah mengalami masa itu."

Jinkyung menatap pria itu dalam "Benarkah? Apakah kau juga seorang penari?"

Pria itu terdiam sejenak memikirkan jawaban yang harus ia berikan "Bisa dibilang seperti itu"

Jinkyung dengan cepat menghapus air matanya "Bisakah kau menceritakan padaku cerita mu itu? Aku ingin menjadikan mu mentorku" Jinkyung menatapnya penuh harap dengan memegang tangan pria itu erat-erat.

Pria itu tampak panik dan segera bangkit dari tempatnya "Saya harus segera pergi"

***

Siang itu tampak seperti siang yang biasanya. Tampak kendaraan yang begitu sibuk berlalu-lalang di jalan raya, orang-orang yang berjalan dengan cepat, suara yang berasal entah darimana asalnya terdengar memenuhi sepanjang jalan.

"eosooseyo (selamat datang)" suara seorang pria muda terdengar ketika pintu minimarket tersebut terbuka

Jinkyung membalas pria itu dengan tersenyum dan kembali mencari minuman yang diinginkannya "Ah... diluar panas sekali. Aku ingiiinn..." gumamnya di depan lemari pendingin kaca tersebut "ini dia"

"permisi bukankah kau Jungkook BPB?" ucap seorang remaja wanita berseragam sekolah kepada seorang pria bertopi serta berjaket hitam. Tidak. Semua pakaiannya hitam. Hitam dari ujung kepala hingga ujung kaki. Apakah ia tidak merasa panas menggunakan pakaian seperti itu?

"maaf. kau salah orang" ucap pria itu dan dengan cepat meninggalkan tempat itu.

Jinkyung menatap pria itu dengan seksama. Jungkook BPB? Pria yang bukunya tertukar dengan milikku?

Jinkyung mengikuti pria tersebut yang diikuti oleh beberapa remaja wanita. Ia melihat wanita itu menelfon seseorang sambal berlari mengikuti pria itu dan tampak semakin banyak remaja wanita yang mengikutinya.

"Aku harus melakukan sesuatu" gumamnya yang kemudian iaberjalan kearah lain untuk menemukan pria itu lebih cepat dari wanita lainnya.

***

Bagaimana ini? Apa aku harus menghubungi Hyung?

Jungkook merogoh kantung jaketnya namun ia tidak dapat menemukan ponselnya. Ia tampak semakin gelisah. Ia memutuskan untuk tetap berlari sampai seseorang tiba0tiba menarik tangannya.

"Kau?"

"sstt..." wanita yang meriknya itu menyuruhnya diam dan matanya melirik kearah jalan yang tadi ia lalui. Jungkook pun ikut melirik kea rah jalan itu sampai terlihat sekumpulan remaja wanita itu melewati tempat persembunyiannya.

"Oke sekarang kau aman. Maaf sudah menarik tanganmu. Kau pasti terkejut. Tapi itu semua untuk keselamatanmu sendiri." Wanita itu mengulurkan tangannya kearahnya "Aku Jinkyung. Mungkin kita akan sering bertemu kemudian."

Jungkook memperhatikan wajah Jinkyung dengan seksama. Tampaknya aku pernah melihatnya... tapi dimana?... AAHH... orang yang semalam memanggilku Ahjussi?

"Terimakasih Jinkyung ssi" ucap Jungkook dengan menjabat tangan jinkyung.

"Aku rasa situasinya sudah aman. Kau boleh pergi sekarang"

Jungkook mengangguk dan kembali berjalan dengan hati-hati. Ia membenarkan posisi topi yang ia kenakan agar tidak ada lagi orang yang menyadarinya. Tapi... ia merasakan sesuatu yang janggal. Ia merasa seseorang telah mengikutinya. Apa mereka masih mengikutiku?

Jungkook mempercepat langkahnya sambil melirik kebelakang memastikan jarak mereka tidak terlalu dekat. Namun ia merasa langkah orang tersebut juga semakin cepat. Ia berlari. Terus berlari agar mereka tidak dapat mengejarnya. Namun....

"AAAHHH..." teriaknya dan seorang wanita yang hampir ditabrak olehnya.

"Jinkyung ssi"    

Just Believe In MeWhere stories live. Discover now