Preston menatap perempuan yang berjarak sedepa dengannya dari balik gelas anggurnya. Memakai gaun dari bahan lace berwarna krem, ia telah mencuri perhatian. Ia pandai berbaur dan menjadikan dirinya teman ngobrol yang menyenangkan. Orang-orang bilang ia beruntung mendapatkannya. Meski tak mengakui secara terbuka, Preston tahu itu benar. Sayang, hubungan mereka tak berlangsung seperti yang orang pikirkan.
Satu setengah tahun silam....
Preston tersenyum kecil sekejap setelah Christine Bailey menutup telepon. Ia tahu apa yang wanita itu rencanakan dibalik ajakan menemani ke pesta pernikahan seseorang pekan depan. Tak ada pemaksaan, tak ada dorongan berlebihan, seperti ajakan lain yang ia sampaikan sebelum ini. Tetapi, ia sudah mengenalnya seumur hidup. Jadi ia tahu kapan saja wanita itu hendak melakukan sesuatu keusilan, seperti menjodohkan dirinya dengan perempuan-entah-siapa hanya karena ia tidak terlibat dengan perempuan manapun selama empat tahun belakangan. Sudah banyak korbannya, tiga dari empat sepupunya menikah atas campur tangan Christine Bailey. Terus-terang atau diam-diam.
Yang terakhir adalah Daphne, putri Paman Reid, yang hendak menikah dengan Henry Clarkson tahun depan. Daphne sebelumnya menolak keras niat neneknya itu,tapi entah bagaimana pada akhirnya ia bertekuk lutut dan menikah dengan pria yang dikenalkan dengannya. Tak tahu juga apa rahasianya, tetapi Preston bertekad untuk tidak menerimanya begitu saja. Ia pria modern, bisa mencari jodoh sendiri dan tidak memerlukan tangan orang lain untuk mencampuri urusannya. Lagipula tak terlibat dengan siapa-siapa bukan berarti tak ada yang suka. Banyak malah. Hanya saja Preston merasa tak satupun dari mereka memenuhi kriterianya.
Sesungguhnya ia sudah pernah menemukan satu diantaranya. Bekerja sebagai host di stasiun televisi lokal Cassie bertubuh tinggi, berambut pirang, dengan wajah cantik berbalut kecerdasan. Namun sayang perempuan yang ia yakini akan menjadi ibu anak-anaknya, yang diajaknya bergandengan erat dalam balutan janji "hingga maut memisahkan" justru memilih pria lain sebagai pasangan tiga pekan sebelum pernikahan. Tak bisa disalahkan, pria itu memiliki segalanya. Ia pemilik tiga surat kabar dan dua stasiun teve. Usia tak memberi pengaruh pada Cassie. Uang dan kekuasaan yang dimiliki pria itu yang menjadi pertimbangannya. Ia menyukai ide menjadi istri seseorang raja media. Dan Preston yang bukan apa-apa, hanya pemilik kedai kopi yang belum jelas masa depannya, tak memiliki tempat untuk impian sehebat itu.
Preston terluka. Namun, dengan cepat ia menyadari menangisi kepergian Cassie tak menghasilkan apa-apa. Ia bangkit. Tindakan pertama yang dilakukan adalah membuang dan melupakan segala hal tentang perempuan itu. Preston memilih fokus membangun bisnisnya dan terbukti sekarang ia telah menangguk kesuksesan.
Gabungan fisik yang menawan serta bau wangi keberhasilan, membuat Preston menjadi bujangan paling diinginkan. Semua berbondong-bondong mendekatinya. Tetapi, tak satupun berhasil membuat pria setinggi 190 cm itu bertekuk lutut. Jangankan berlutut, berteduh di teras hatinya saja tak ada yang kesampaian.
Mereka bisa saja menikmati perhatiannya, bersenang-senang dengannya. Menikmati senyumnya yang menawan atau genggaman tangannya yang kuat lagi hangat, namun tidak untuk satu hal yakni cinta. Preston tidak menginginkannya. Cintanya sekarang adalah bisnisnya. Hal-hal yang berkaitan dengan asmara menempati porsi yang sedemikian sedikit di hati pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAGALI
RomanceBertahun-tahun lamanya Magali sendirian. Bukan karena tak ada yang menginginkan, akan tetapi banyak pria langsung undur ke belakang begitu tahu apa yang Magali syaratkan-tak boleh menjamahnya hingga ke pelaminan. Tak heran jika banyak orang mengang...