Bertahun-tahun lamanya Magali sendirian. Bukan karena tak ada yang menginginkan, akan tetapi banyak pria langsung undur ke belakang begitu tahu apa yang Magali syaratkan-tak boleh menjamahnya hingga ke pelaminan.
Tak heran jika banyak orang mengang...
Delapan hari kemudian, Preston menelepon dan memintanya datang ke ranch dalam waktu satu jam. Penting, cuma itu yang dikatakan Preston ketika Magali bertanya ada perlu apa. Ketika Magali tak kunjung tiba, seorang pria dengan tubuh sekurus lidi muncul dan tersenyum penuh penghormatan di depan pintunya. Ia mengantarkan paket yang berisi kue dan ancaman.
Kalimat itu tak memiliki lanjutan, tapi Magali tahu kemana arahnya. Merasa ngeri jika ancaman tersebut benar-benar dilaksanakan Magali pun tergopoh-gopoh datang.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Preston sudah menanti di Aspen Meadow ketika Magali muncul di Green Pine ranch empat puluh lima menit kemudian. Dengan sopan salah seorang pegawai ranch menyambut Magali dan mengantarnya ke padang rumput indah dimana Preston berada. Gadis itu tersenyum manis ketika pria berdarah latin itu mengangguk sebelum meninggalkannya. Ketika bersitatap dengan Preston senyumnya berubah masam dan matanya bersinar tak ubahnya pedang. Sangat tajam. Seakan ingin menghabisi mahkluk kokoh di depannya dalam sekali kedip.
Dagu mungil Magali mendongak saat mereka berhadapan, matanya menentang Preston sebagai ganti kalimat "Jadi apa maumu sekarang?".
Preston mengeluarkan tangan dari kedua sakunya, lalu membentangkan tangan. Santai ia berujar ,"Piknik sembari menikmati langit biru dan padang rumput yang dipenuhi bunga liar."
Hati Magali gerimis oleh rasa haru yang disesalinya sepekan kemudian.
Hari itu ia tengah berbelanja di sebuah mall ketika tiga orang perempuan ngobrol ramai di area buah dan sayur. Sembari mendorong kereta belanjanya, mereka berbicara soal pria yang akhir-akhir ini dibicarakan di Ashland. Ia tampan, memiliki senyum yang meluluhkan, berpembawaan menyenangkan, dan sederet kehebatan lain yang mengingatkan Magali pada tokoh utama pria dalam cerita roman. Magali tak peduli sampai telinganya menangkap sebuah nama yang tak asing. Preston. Preston Bailey. Begitu mereka menyebut.
Magali melengak heran. Ia tak menyangka pria yang sedang dibicarakan oleh wanita-wanita itu Preston.Astaga! Kalausajakautahuseberapajahatnyadia, nona-nona. Magali menggeleng-gelengkan kepala.
Sewaktu tangannya terjulur meraih pisang, salah seorang diantaranya berujar ,"Sayang sekali peluang mendapatkannya sudah tertutup. Ia memiliki pacar."
"Benarkah? Kau jangan bercanda, Jen!"
"Kalau kau tak percaya kuperlihatkan gambar di Instagram-nya."
Gadis yang dipanggil "Jen" itu segera mengambil ponsel dan menunjukkan gambar yang dimaksud. Sejurus kemudian terdengar suara "aah" yang dilantunkan dengan nada kecewa oleh kedua kawannya.