Part 2

1.7K 84 11
                                    

"Ngapain lo kesini?"

Pletakk....

Satu jitakkan dari tangan wanita itu sukses mengenai jidat mulusku. Aku mengulurkan tanganku mengusap keningku yang di jitak olehnya. Kenapa sih? Setiap aku berbicara seenak jidatku, pasti di jitak?

"Enggak sopan, sama calon kakak ipar itu harus sopan dong!" tegasnya, aku hanya memur bola mataku malasa. Sudah tau mood ku hari ini sedang tidak enak, tapi masih saja di ganggu.

"Brisik! Sakit tau!" ucap ku ketus padanya. Aduh, ucapan ku yang ketus ini pasti akan memancing pertannyaan yang neko-neko dari dia.

"Lo kenapa Prill?" tuh kan benar, dia bertanya sambil menaikkan sebelah alisnya. Sepertinya penyakit yang melekat padanya sedang bereaksi.

"Gak!" jawabku singkat.

"Lo ada masalah kan? Critain ke gue!" yah kumat deh penyakit maksa plus keponya. Aku menghela nafas dan menghembuskannya kasar. Melihatnya dengan memicingkan mata.

"Gue mau ke kampus! Bay!" aku berusaha mengalihkan perhatiannya tapi, baru satu langkah saja, tanganku sudah di cekal olehnya. Aku kembali menghadapnya, aku menatapnya dengan tatapan datar.

"Kita sahabat kan Prill? Crita sama gue sekarang!" dia menatapku dengan serius, berbeda denganku yang menatapnya datar. Aku sangat malas sekali membahas ini, lebih baik aku berangkat ke kampus saja saat ini.

"Ekhem, gue enggak kenapa-kenapa kok, tenang aja, gue ke kampus dulu ya!" mencoba bersikap biasa lalu melepaskan cekalan tangannya.

"Kita udah sahabatan sejak SMP kan? Enggak usah bohongin gue, gue tau kapan lo bohong dan kapan lo jujur. Gue kesini mau jemput elo Prill, gue tau lo nggak ada kelas hari ini!" aku menghentikan langkahku, dari mana dia tau aku tidak ada kelas hari ini?

Aku hanya diam di tempat tanpa membalikkan badan menghadap Raina. Dia memang sahabatku sejak kita SMP, dia memang tau semua tentangku. Semua sikapku, semua kesukaanku dan semua masalah-masalah yang ku punya selalu ku ceritakan padanya, entah itu gebetan, mantan, saat putus, sedih, bahagia, dan yang lainnya. Semua selalu ku ceritakan padanya. Oh tunggu dulu, aku belum menceritakan soal perjodohan sialan itu, dan saat-saat aku diputuskan oleh Dava.

Pasti nanti dia akan menanyakan dan mengkorek-korek berita itu sampai ke akar-akarnya. Dan mengingat soal diputuskan itu.......

Brengsek! Berani-beraninya dia memutuskan ku di depan mahasiswa dan mahasiswi di kampus kemarin! Aku tidak akan tinggal diam begitu saja. Lihat saja, aku akan memberikan perhitungan untuknya. Enak saja seorang Prilly Admaja di permalukan di depan anak kampus seperti itu! Memang siapa dia? Anak presiden juga buka!

Tapi, soal perjodohan itu? Aku belum mau bercerita dengan dia. Mood ku hari ini sedang tidak bagus. Aku butuh penenangan!

"Prill!" aku sedikit tersentak mendengar suara itu, sejak kapan Raina ada di depanku? Bukannya tadi dia ada di belakangku? Ahhh, kenapa aku mendadak jadi bodoh seperti ini sih!?

"Gimana?" hah? Aku menatapnya bingung. Bagus, sepertinya aku tidak memperhatikan dia berbicara apa! Aku mengubah ekspresiku menjadi datar.

"Apanya yang gimana?" dia menatapku dengan cengo.

"Gila lo, gue tadi ngomong nggak lo dengerin?"

"Enggak!" ucapku tanpa merasa bersalah sedikitpun.

"Prilllllyyyyyy, huh sabar Rain, sabar" sepertinya dia gemas denganku! Yah, aku tau aku sangat menggemaskan, dan lihatlah mukanya sudah memerah tapi aku tidak perduli itu, toh buat apa jika yang di bahas hanyalah soal perjodohan sialan itu.

Awal & Akhir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang