Part 3

1.6K 87 32
                                    

"Kita butuh bicara!"

Suara lantang nan tegas itu mebuat Prilly mengankat sebelah alisnya. "Yaudah, ngomong aja!" ucapnya sambul mencoba melepaskan cekalan pria itu.

Sebenarnya dia sangat malas sekali dengan pria yang ada di depannya ini. Yah, Ali! Kenali Reynad, pria yang telah di jodohkan dengannya itu, kini menatapnya dengan raut muka yang sulit diartikan.

"Ikut gue!" ucapan Ali yang terlihat datar itu membuat Prilly memutar bola matanya malas. Dasar pria kulkas, seenaknya saja dia memerintah Prilly seperti itu.

"Ngapain?"

"Ada yang perlu kita omongin!"

"Yaudah, tinggal ngomong disini aja apa susahnya si!" perkataan itu terdengar tidak santai.

"Nggak bisa!" lagi-lagi Prilly hanya memutar bola matanya malas. Sebenarnya Priilly sangat malas sekali berbicara dengan pria di depannya ini. Setiap dia bertanya, lelaki ini akan menjawabnya singkat, sialan.

"Yaudah gak usah ngomong!" ucap Prilly lalu berjalan meninggalkan tempat itu. Niatnya untuk mengembalikan mood, dia unrunkan karna laki-laki satu itu.

Baru saja dia jalan empat langkah dari Ali, tapi tangannya sudah ditarik oleh pria itu! Menyeretnya kasar dan tak perduli dengan prilly yang sedari tadi memberntak dalam genggamannya.

"Ali lepasin gue! Ali sakit,,, Aliiiii!" Ali tetap saja menarik pergelangan tangan Prilly. Pria itu menariknya dengan kasar dan sedikit mempercepat pergerakannya.

"Lo mau bawa gue kemanasi? Sakit woy!" Ocehan demi ocehan terus saja keluar dari mulut Prilly. Tapi itu semua tidah dihiraukan oleh Ali. Sampai mereka berada tepat didepan mobil lamborghini berwarna merah, Ali melepaskan cengkraman tangannya dari Prilly.

Ali melihat Prilly dengan tatapan tajamnya. "Trima perjodohan itu" tiga kata namun sangat tegas itu keluar dari mulut Ali dan dia mengalihkan pandangannya ke arah lain setelah mengucapkan itu.

Prilly dibuat kaget oleh pernyataan Ali barusan. Harusnya pria itu senang dengan sikap dia yang menentang keras perjodohan itu. Tapi kenapa Ali malah menyuruhnya untuk menerima perjodohan sialan itu?

"Gak mau!" Prilly menjawab dengan lantang dan tegas. Perempuan itu memang belum siap untuk menikah! Apalagi menikah dengan orang yang tidak benar-benar dia cintai.

Mendengar jawaban Prilly, Ali langsung mengarahkan tatapan tajamnya ke arah Prilly. Apa-apaan ini!? Pria setampan dan semapan Ali ditolak oleh gadis ingusan seperti dirinya? Jangan sampai para wartawan tau jika dia di tolak oleh bocah ingisan seperti Prilly! Mau di taruh dimana muka tampannya nanti!?

"Kenapa?"

"Gue gak cinta sama lo!" Kalimat itu Prilly ucapkan dengan lantang tepat di depan wajah tampan Ali. Sedangkan Ali? Pria itu menunjukkan senyum miringnya.

"Kita hanya butuh menikah beberapa bulan saja!" Prilly mengernyitkan keningnya. Perempuan itu bingung dengan apa maksut Ali! "Hitam diatas putih!" sambung Ali yang membuat Prilly semakin bingung dengan maksut ucapan Ali.

"Huftt, kita menikah dengan perjanjian yang tertulis atas persetujuan lo dan gue, tanpa pengetahuan antara orang tua kita!" Ali menarik nafas, ucapannya sukses membuat Prilly membelalakkan matanya.

"Maksut lo kayak kawin kontrak?" kagetnya dengan meninggikan sauranya, dan itu memicu pandangan manusia yang lewat di sekitar parkiran mobil. Prilly yang sadar dengan pandangan manusia-manusia itu langsung menutup mulutnya.

"Lo gila? Ogah gue kalo kawin kontrak mah!" sambung Prilly merendahkan suaranya. Enak saja pria itu memintanya untuk kawin kontrak dengan pria pas-pasan sepertinya.

Awal & Akhir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang