Pagi ini adalah hari yang cerah. Aku berangkat ke sekolah di antar oleh Papa. Sebenarnya, aku ingin naik angkot. Tapi, Papa bilang berangkatnya bareng aja soalnya ada hal yang harus diurus pagi ini.
Aku melihat ke arah jendela yang berembun, menatap jalanan lengang. Sesekali menguap.
"Bagaimana sekolahmu, Ra?" tanya Papa.
"Seperti biasa, Pa." jawabku tanpa mengalihkan pandangan dari jendela.Aku mendengar suara dering telepon. Aku menoleh, ternyata suara dari ponsel Papa.
'Sepertinya dari kantor' pikirku.Papa mengangkat telepon tersebut. Aku tidak terlalu mendengarkan pembicaraan dan kembali memperhatikan jalan.
Lengang.
Papa menutup panggilan tersebut dan menoleh kepadaku "Apakah kamu ada masalah di sekolah, Ra? Papa dari tadi perhatikan kamu lebih banyak diam,"
Tanya Papa.Lampu merah.
Aku menggelengkan kepala dan menoleh ke arah Papa. Kulihat Papa tersenyum. Aku pun balas tersenyum.
Dan menoleh ke arah depan."Kamu tau Ra? Kantor Papa sebenarnya sedang tidak memiliki banyak pekerjaan. Tapi, Papa malah di suruh datang pagi-pagi. Aneh bukan?" tanya Papa sambil tertawa.
Aku mengangguk dan ikut tertawa. "mungkin bosnya Papa ingin menambahkan bonus," balasku."Hahaha, mungkin saja Ra." Papa kembali tertawa.
Lampu berubah menjadi hijau, Papa pun menancap gas.
Aku melirik jam tangan. Pukul 06:00.
Sepertinya sekolah masih sepi pikirku dalam hati. Papa melanjutkan perjalanan. Tinggal beberapa menit lagi hingga sampai di sekolah."Nah, kita sudah sampai!" ucap Papa. Aku menoleh dan melihat gerbang sekolah. Aku segera memakai tas dan berpamitan dengan Papa.
"Dah, Pa!" seruku dari luar sambil melambaikan tangan. Papa juga melambaikan tangan dan tersenyum. Aku segera menutup pintu mobil dan berjalan menuju gerbang sekolah. Kulihat mobil Papa sudah menghilang dari kelokan jalan.
Aku melanjutkan berjalan dan mendengar ada yang memanggilku.
"Ra! Raib! Tunggu!"
Aku menoleh ke belakang dan mendapati Seli yang sedang berlari ke arah ku. Aku berhenti dan menunggu Seli. Seli datang dengan nafas tersengal-sengal.
"Ha-"
"Tunggu dulu, Ra. Biarkan aku mengambil nafas dulu," Seli memotong kalimatku. Aku tersenyum melihat Seli."Oke, baiklah. Hai, Ra! Selamat pagi" dia menyapaku. Aku pun balas menyapa nya "Pagi juga, Sel."
"Apakah kamu sudah mengerjakan PR yang di berikan Bu Ati minggu lalu?" tanya Seli sembari kami berjalan menuju kelas.
"Sudah. Memangnya kenapa?" jawabku. Aku mempunyai feeling kalau Seli akan meminjam PR-ku."Boleh kupinjam?" tanya Seli sambil menyengir.
Aku menghela nafas "baiklah," jawabku singkat.
"Yeayy! Makasi ya, Ra!" Seli berterima kasih."Hmm."
Kami terus berjalan menuju kelas, hingga tiba-tiba....
BRUUUKK!!
"Aduuuhhh...."aku meringis. Siapa sih yang jalan nggak liat-liat? Aku membersihkan tanganku dan bersiap untuk berdiri. "Mau kubantu, Ra?" Hingga suara tersebut menyadarkanku sambil memberikan tangannya. Kudongakkan kepalaku dan ternyata... Ali.
"Tidak, tidak perlu." aku menjawab dengan ketus
"Kamu yakin?"
Aku pun berdiri "Ya. Lagian matamu itu di letakkan di mana sih?! Sampai menabrakku?!" aku melanjutkan dengan nada marah.
"Yah, Ra. Bukan salahku kalau kamu terjatuh. Kamunya saja yang berjalan tidak lihat-lihat," balas Ali dengan nada agak sedikit mengejek."Apa?! Aku?! Hei, Ali. Kamu jangan mengelak ya, yang jelas kamu yang menabrakku! Lagipula ini masih pagi, jangan membuat masalah!" balasku dengan nada tidak percaya. Ali hanya menjawab dengan tertawa.
Kenapa dia malah tertawa?
"Kenapa kamu tertawa?" aku merasa sedikit tersinggung. Ali masih saja tertawa "ya ampun, Ra. Kamu saat marah ternyata lucu juga ya? Hahahaha." Ali melanjutkan tawanya. Seli di sebelahku juga ikutan tertawa, dari tadi dia hanya memperhatikanku dan Ali bertengkar mungkin dia pikir ini adalah siaran langsung drama korea yang sering ditontonnya.
Aku merasakan wajahku menghangat, aku yakin warna nya seperti kepiting rebus.
Aku segera melangkah menjauh, di susul oleh Seli. Tawa Ali masih terdengar. "Hei, Ra! Kamu mau ke mana?"
Uh, menyebalkan!
Aku melangkah masuk ke kelas dan segera duduk di bangku ku meletakkan tas di laci. Untung saja tadi jarakku terjatuh tidak jauh dari kelas.
Seli menyusul duduk di sampingku, tersenyum. Lebih tepatnya tersenyum jahil sambil menahan tawa."Ekheem! Wah, tampaknya ada pasangan baru pagi ini. Hehehe." gurau Seli sambil tertawa kecil.
"Apaan sih, Sel?" jawabku kesal.Seli masih tertawa "lagian kenapa kamu sampai segitunya marah ke Ali? Apa jangan-jangan kamu suka dia ya? Iya kan?" gurau Seli yang semakin membuatku kesal.
"Kamu ngomong apa sih, Seli?" tanyaku sambil menyubit sebelah pipinya.
"A-aduh! Sakit Ra! Lepas!" ringis Seli. Aku pun melepaskannya "makanya kalau orang sedang kesal jangan dibuat tambah kesal!" seruku.Seli masih meringis di sebelahku sambil memegang pipinya. "Tapi, Ra..."
"Apa?" aku segera memotongnya.
"Ali itu sebenarnya..." Seli berbicara sambil menahan tawa.
"Apaan? Ali kenapa?" jawabku masih dengan nada sebal. "Udah deh jangan bahas anak itu." lanjutku.Seli baru akan membuka mulut, tiba-tiba...
KRIIIIING!!!
Bel sudah berbunyi. Baguslah setidaknya itu akan menahan Seli menggodaku hingga jam istirahat nanti.
Ali masuk ke dalam kelas dan lewat di samping bangku ku. Dia tersenyum kepadaku. Aku memperhatikannya sampai dia duduk di bangkunya.
Ada apa dengannya? Pikirku dalam hati
Tiba-tiba Seli menyenggolku dan tersenyum jahil... Lagi
"Ciiee..."
"Selamat pagi, anak-anak" tiba-tiba pak Gun, guru biologi kami masuk ke kelas memotong kalimat Seli yang akan menjahili ku lagi.
Aku menghela nafas.
Hari ini pelajaran pertama biologi, pak Gun di depan sana sedang meng-absen para murid.
Aku termenung, entah apa yang kupikirkan. Pak Gun masih meng-absen, hingga tiba di namaku...
"Raib," panggil pak Gun. Seli menyenggolku, aku pun tersadar dari lamunanku."Apaan sih?" tanyaku. Seli menunjuk ke depan.
"Raib. Apakah Raib tidak masuk?" pak Gun bertanya. Aku segera mengangkat tanganku.
"Raib kenapa kamu ketika dipanggil tidak mengangkat tangan?" tanya pak Gun sambil membenarkan kaca matanya.
Aku hanya menjawab "maaf, Pak." sambil nyengir sedikit. Pak Gun hanya menggelengkan kepala dan kembali melanjutkan mengabsen.Aku memikirkan kenapa tadi aku termenung. Apa yang kupikirkan?
Seli kembali meyenggolku dan bertanya. "Apa yang kamu pikirkan, Ra? Hingga kamu termenung dan tidak mendengar panggilan pak Gun? Apa jangan-jangan kamu memikirkan Ali kan? Iya kan? Ngaku Ra!" Seli terus bertanya tanpa menuggu jawabanku.
"Apaan sih, Seli? Aku memikirkan Ali? Amit-amit! Melihatnya saja sudah membuatku kesal" jawabku.
"Oh, ayolah Ra!" Seli masih bersikeras bertanya.Sepertinya ini akan menjadi hari yang sangat panjang.
***
Annyeong!
Halo semuanya! Ini adalah fanfic pertamaku jadi harap maklum ya, bila ada alur yang nggak nyambung. Soalnya aku masih mikirin ide nya.
Mohon dukungannyaDo'a kan saja agar kedepannya fanfic ini agar lebih bagus
AamiiinnnYa, selamat membaca!
Senin, 7 Januari 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Is This Love? [DISCONTINUED]
Teen Fiction"HANYA WORK ABAL-ABAL" JANGAN DIBACA PLIS🙏 (demi menjaga mata kalian dari tulisan yg bikin sakit mata) Raib adalah seorang gadis remaja keturunan klan Bulan, bersahabat dengan Seli dari klan Matahari, dan Ali dari klan Bumi+Aldebaran. Menjalani ke...