Bab 15: Mata-Mata

2.3K 95 103
                                    

Seli: Ra! Cepat ke taman belakang! Gawat!! 1!1!1!

Raib: Ada apa, Sel?

Seli: Sudahlah cepat kemari!! 1!1!

Raib: Aku otw
Read

Aku memasukkan hpku kedalam saku sweater dan segera berlari ke taman belakang.

Sial! Apa yang sebenarnya terjadi?! 

***

Aku berlari menyusuri lorong sambil membawa tas berisi sepatuku, mengabaikan orang-orang yang memandangku.

Baru setengah jalan aku berlari, tiba-tiba ada yang menahan tangan kiriku. Otomatis aku berhenti berlari dan hampir saja aku terjatuh.

Keringat dingin mengucur di dahiku, dan juga lorong yang kulewati sekarang sepi.

"Ra." panggilan tersebut terdengar familier di telingaku. Aku pun membalikkan badanku.

Aku menghela nafas. "Ada apa?" tanyaku langsung ke intinya.

Ali memandangku agak lama sebelum berkata "aku baru saja akan menjemputmu."

Aku menaikkan sebelah alisku bingung.

Menjemputku?

"Menjemputku? Kenapa?" tanyaku bingung. Baru saja Ali akan membuka mulutnya tapi kembali menutupnya.

Dia menyentuh telinganya dan mengangguk. "Oke, aku segera kesana," ucapnya. Aku menatapnya yang sedang menunduk "kenapa?"

Ia mendongakkan kepalanya lalu merogoh saku celananya. Ali memberikan sebuah handsfree berwarna hitam kepadaku.

"Pakai ini!"

"Untuk apa?" tanyaku sambil memasangnya dan mata mengarah ke telinga kiri Ali saat dia seperti menerima panggilan.

Dan disana tidak terlihat apapun, seperti ia tidak memakai sebuah benda disana. Saat handsfree yang tadi diberikan olehnya terpasang di telingaku, tiba-tiba saja handsfree itu menghilang. Tentu saja aku kebingungan dengan hal itu. Ali yang melihatku hanya tersenyum miring. Oh, aku mulai paham.

"Aku akan menjelaskannya nanti. Sekarang, ayo! Seli sudah menunggu kita." ucapnya sambil menarik tanganku

"Kemana?" tanyaku sambil menyamakan lariku dengannya.

🌙🌙🌙

Ali membawaku ke taman belakang. Dan langsung saja dia membawaku belakang semak-semak disana.

Terlihatlah Seli seperti tengah memperhatikan sesuatu dari layar transparan—dan yang pasti itu milik Ali, karena tepat di sebelahnya terdapat tas Ali yang resletingnya terbuka.

"Jadi bagaimana, Sel?" tanya Ali. Ia langsung duduk di sebelah Seli dan mengambil alih proyeksi transparan tersebut. Aku pun ikut duduk di sebelah Ali.

"Belum ada tanda-tandanya, Li."

"Eh, tunggu dulu! Tanda-tanda apa maksudnya?" tanyaku, karena hanya aku disini yang tidak tau apa-apa.

"Alat pendeteksi Ali ada menangkap sinyal manusia yang berasal dari klan lain," jawab Seli. Ia sedang memperhatikan layar proyeksi tersebut.

"Klan lain? Klan mana maksudmu?"

"Entahlah, tapi yang pasti alat ini menunjukkan kekuatan yang dimiliki orang tersebut hanya 7/10. Tidak terlalu besar, tetapi cukup untuk kita berjaga-jaga dan mengetahui ada mata-mata klan lain disini. Di sekolah kita." jelas Ali, ia yang tengah mengutak-atik proyeksi tersebut memandangku diakhir penjelasannya.

Is This Love? [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang