Bab 17: Keberangkatan

2.2K 97 29
                                    

"Nah! Ini dia! Ketemu!" seru Ali. Raib dan Seli yang mendengar seruan Ali serentak menoleh dan berjalan mendekatinya.

"Mana? Mana?" seru Seli heboh. Raib hanya melirik sekilas sahabatnya yang terlihat heboh sendiri itu sambil menggelengkan kepala.

"Lho?! Dia kan?!" Raib berseru setelah kembali memperhatikan layar di depannya.

"Dia yang kemarin itu, kan? Mata-mata yang kemarin kita lihat di taman belakang sekolah?" Ucap Raib tidak percaya.

"Safo?" gumam Raib. Ali menggagguk "ya, alias Alex."

"Tapi apa yang dilakukanya?" tanya Seli. Ali memperbesar layarnya yang merekam dari arah samping.

"Ia mengecek data perkembangan di sekolah," ucap Ali setelah memperhatikan layar sebentar.

Keadaan menjadi hening, tidak ada yang berbicara diantara mereka bertiga. Hanya terdengar suara menderu dari AC di basement Ali.

"Jadi ... sekarang gimana?" tanya Seli memecah hening.

"Aku tidak tahu, Sel. Tapi, untuk sekarang kita jangan memikirkan hal ini dulu. Kita pikirkan saja untuk keberangkatan kita ke klan Matahari hari Senin nanti," ucap Raib.

"Baiklah," balas Seli. Ia mengangguk mengiyakan.

"Daripada itu, bukankah ada yang harus kamu lakukan, Ra?" Tanya Ali.

"Apa?"

"Kamu udah kasi tau orang tuamu? Pasti belum, kan?"

Raib terdiam. Ia merutuki Ali di  dalam hatinya. Tapi, disisi lain ia juga membenarkan apa yang dibilang Ali, ia belum memberitahu orang tuanya soal keberangkatannya.

"Lihat? Kamu diam berarti iya. Ck ck ck," ucap Ali sambil berdecak dan menggelengkan kepalanya pelan.

"Kebiasaan banget kamu, Ra. Jadi, kapan kamu mau bilangnya? Nunggu sehari sebelum berangkat lagi?" Tanya Ali.

"Aku...," Raib menghela napasnya pelan. Ia tidak bisa melanjutkan kalimatnya.

"Karena kamu takut orangtuamu khawatir, kan?" Tebak Seli. Raib hanya mengangguk pelan.

"Tidak apa-apa, Ra. Kami akan membantumu menjelaskannya kepada mereka," ucap Seli. Tersenyum kepada sahabatnya itu.

"Benarkan, Ali?"

Ali mengangguk "benar,Ra. Kami akan membantumu, tenang saja."

Raib menatap kedua sahabatnya itu dan tersenyum.

"Terimakasih, kalian berdua."

***

3 hari sebelum keberangkatan.

"Jadi, kalian akan pergi ke klan Matahari saat liburan nanti?"

"Iya, tante. Kami hanya seminggu disana. Hitung-hitung sekalian berkunjung ke kampung halamannya Seli," ucap Ali. Sedangkan Seli yang namanya disebut hanya menyengir.

"Jadi ... bolehkan, Ma? Ra pergi ke sana?" tanya Raib, ia menggigit bibir bawahnya. Cemas menunggu jawaban dari Mamanya.

Mamanya menghela nafas pelan setelah berpikir sebentar. "Mama juga tidak bisa ngelarang kamu buat pergi. Karena Mama tau cepat atau lambat kamu akan pergi lagi ke luar sana, menemukan semua jawaban atas semua pertanyaanmu."

Raib menghela nafas lega setelah mendengarnya. "Makasih banyak, Ma."

"Sama-sama, nak." Ucap Mama Raib sambil mengelus rambutnya pelan.

Is This Love? [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang