"Istirahatlah, kau terlihat lelah" Wonwoo menutup pintu kamar lalu berjalan kearah Minghao yang sudah duduk di kasur. Mereka sekarang sudah di kamar Minghao.
"Boleh aku bertanya?" Dengan perasaan takut Minghao mengeluarkan suara, ia hanya ingin menghilangkan rasa penasaran dalam dirinya.
"Kalian ini sebenarnya siapa? Apa yang kalian inginkan dariku? Apa aku akan bernasip sama seperti saat aku berada dirumah yang pernah aku pijaki sebelum aku disini?" Minghao langsung menghujamkan beberapa pertanyaan pada Wonwoo.
"Apa maksudmu kau akan bernasip sama saat berada dirumah yang pernah kau pijaki sebelum kau berada disini?" Wonwoo kembali bertanya pada anak itu, menyatukan alisnya bingung. Ia sama sekali tidak mengerti apa yang Minghao katakan.
"Aku hanya takut" bukannya menjawab Minghao malah menunduk dalam, tubuh kecil itu sedikit bergetar.
"Jangan takut aku ada disini, tidak ada yang berani menyentuhmu saat aku berada disini" Wonwoo mengusap surai hitam Minghao, dan terukir senyum dibibir tipisnya.
"Um... Siapa namamu, aku belum mendapat penjelasan dari manusia dua itu" Wonwoo masih terus tersenyum pada Minghao, rasanya senyuman itu sangat menghangatkan dan menenangkan.
"Aku... aku Xu Minghao"
"Nama yang familiar" gumam Wonwoo.
"Kenapa kau bisa berada disini?" Wonwoo terus bertanya agar mendapatkan informasi, jika temannya tidak memberi tau maka ia akan cari sendiri.
"Temanmu yang membawaku kemari" suara lembut keluar dikala pertanyaan Wonwoo terjawab.
"Tidak biasanya dia membawa orang asing kerumah, apa kau punya masalah dengan pemilik rumah ini?"
"Aku bahkan tidak tau siapa pemilik rumah ini"
"Aku pemilik rumah ini"
Wonwoo dan Minghao melirik kearah pintu secara bersamaan, melihat siapa orang yang mengaku bahwa rumah megah nan mewah ini miliknya.
"Kenapa kau kemari, bukankah kau menyuruhku untuk menjaga anak ini" Wonwoo berujar datar, ia masih kesal dengan sikap sahabatnya yang seenak jidat menyuruh untuk mengerjakan tugas yang seharusnya bukan standar pekerjaan Wonwoo.
"Keluarlah, aku sedang tidak ingin berdebat Jeon"
"Ck, jika tidak ada anak ini ku pastikan peluru sudah menembus kepalamu" Wonwoo bangkit, meletakkan kedua tangan di saku celananya, berjalan santai kearah pintu.
"Baik sekali seorang tuan Wen membawakan makanan enak untuk orang asing" kata kata itu tepat ditelinga Junhui saat Wonwoo berpapasan dengannya.
"Kau terlalu banyak bicara Jeon"
"Tunggu saja tanggal mati mu Wen"
Wonwoo menutup pintu, menyisakan Junhui yang memengang sebuah makanan ditangannya dan Minghao yang duduk manis di kasur king size nya.
"Makanlah" Junhui menyodorkan sebuah piring yang bersisi sayur dan lauk pauk diatasnya, tak lupa pula ditangan lainnya ada sebuah gelas yang berisikan air bening.
"Aku tidak lapar" Minghao hanya menatap Jun, ia sama sekali tidak berniat untuk mengambil makanan lezat ditangan Junhui.
"Kau tidak sadar selama 2 hari, apa kau tidak lapar sama sekali" tangan itu masih setia memegang piring agar Minghao mengambilnya.
"2 hari?!" Selama itu dirinya tidak sadarkan diri? Pantas saja rasa sakit ditubuhnya menghilang.
"Tanganku lelah, ambil makanan ini atau aku akan melemparnya tepat kewajahmu" gertakan itu sukses membuat Minghao segera mungkin mengambil makanan dari tangan Junhui.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny [Junhao]
FanficIa dijual saat usianya menginjak 17 tahun oleh sang ayah. Karena kecantikannya, semua orang ingin menjamah tubuh mulus itu. Dia adalah pria cantik nan imut bernama Xu Minghao. Junhui adalah seorang mafia yang terkenal akan kesadisan dalam membunuh m...