Minghao masuk kedalam ruang operasi yang sebelumnya Wonwoo gunakan, tidak lama setelah Mingyu dan Wonwoo pergi meninggalkannya sendirian. Mata itu terus menatap Jun yang terbaring lemah, sebenarnya itu tidak terlalu parah. Hanya tinggal menunggu obat biusnya habis.
"Kenapa rasanya sangat sakit saat melihat mu terbaring seperti ini" Minghao menggenggam tangan Jun, mengusapnya dengan lembut.
"Apa yang sebenarnya terjadi, kenapa semua ini sangat familiar untukku" Minghao membenamkan kepalanya di atas tangan Jun.
"Kau tidak mengingat apapun, wajar saja semuanya semua terlihat familiar namun kau tidak tau" Terdengar suara yang jelas bukan keluar dari mulut Minghao.
Dengan cepat Minghao mengangkat kepalanya, melihat Jun yang telah sadar.
"Apa kau baik-baik saja?" Minghao bertanya ragu.
"Aku tidak apa, lebih baik pikirkan dirimu sendiri. Apa tadi Seungcheol dan Jeonghan melakukan sesuatu padamu?" Jun bangkit dari tidurnya, dibantu duduk oleh Minghao.
"Aku baik-baik saja, tanpa luka" Ia menggeleng pertanda baik-baik saja.
"Baguslah, aku akan sangat marah saat para bajingan itu menyentuhmu" Jun mengusap surai Minghao lembut.
"Jun, kau itu sebenarnya siapa? aku menemukan sebuah buku yang berisi foto-"
"Jadi kau menemukannya, aku bertanya-tanya kemana perginya" Junhui memotong perkataan Minghao.
Sebenarnya ia sedang tidak ingin membahas masalalu, itu terlalu menakutkan untuknya, bahkan memikirkannya saja membuat lengannya tanpa sadar bergetar.
"Jadi kau ingin bertanya tentang hubungan kita dimasa lalu?" Minghao mengangguk pelan.
"Apa yang kau harapkan dari orang brengsek sepertiku?" Junhui kembali melanjutkan perkataannya, kali ini Minghao tidak mengerti apa yang dimaksud pria itu.
"Harapkan?" Mata yang penuh rasa kebingungan menatap Jun, lain halnya yang di tatap malah menunjukkan wajah serius.
"Aku tau ini semua berat untukmu, maafkan aku karena telah menyeretmu dalam masalah sebesar ini. Aku sangat menyesal, rasanya aku sangat ingin seseorang membunuhku, tapi aku tidak bisa meninggalkanmu begitu saja" Jun menunduk, ia menutup matanya, paras tampan itu menjelakan tentang perasaan sedihnya yang terpampang jelas.
"Ini semua sangat sulit, aku ingin menyerah. Sampai kapan aku harus melakukan ini semua sendirian, aku ingin beristirahat dengan tenang Hao." Rancauan tak jelas kembali ia lontarkan, kini air mata mulai mengalir di pipinya, Minghao dapat melihatnya dengan jelas.
"Aku sangat takut, aku takut, setiap hari aku selalu berpikir apakah aku mampu melindungi orang yang kusayangi? Siapa lagi yang akan mati di tangan penuh dosa ini. Sampai kapan Wonwoo akan membahayakan dirinya demi orang brengsek sepertiku?"
Melihat keadaan Junhui yang menyedihkan membuat hati Minghao teriris, ia berdiri kemudian memeluk pemuda tersebut. Dengan lembut ia mengusap punggung Junhui, beban yang ia pikul pasti sangat berat melihat betapa sedihnya wajah dingin yang biasanya Minghao lihat.
"shuuutt... jangan berkata seperti itu. Bukankah kau sudah berusaha keras untuk terus bernapas hingga sekarang? Aku tidak tau apa yang telah terjadi, tapi yang aku tau di dunia bawah sangat sulit untuk bertahan hidup, apalagi menjadi salah satu yang di takuti. Banggalah sedikit pada dirimu meski semuanya sulit untuk di lakukan"
Ah... rasanya semuanya tidak berubah, Junhui ingat saat dirinya masih kecil ia juga menangis di pelukan Minghao. Meski anak polos ini tak tau apa masalah yang Junhui hadapi, dia selalu mampu membuat suasana hatinya lebih baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny [Junhao]
Fiksi PenggemarIa dijual saat usianya menginjak 17 tahun oleh sang ayah. Karena kecantikannya, semua orang ingin menjamah tubuh mulus itu. Dia adalah pria cantik nan imut bernama Xu Minghao. Junhui adalah seorang mafia yang terkenal akan kesadisan dalam membunuh m...