Hujan dan Tangis Seorang Perempuan

996 43 0
                                    

Air matamu jatuh di atas merah tanah perkarangan rumah
menghantam paksa batu-batu kecil hingga basah dinding yang terlanjur kusam
aku diajarkan menghapus air mata, tapi air mataku saja sebelum membasahi tilam yang semerbak aroma elegi
Air matamu membuka tabir prasangka, yang dibangun puing-puingnya oleh pelik pikiran manusia
katanya, langit maha luas selalu biru, tak lesu, tak ada deru
tapi hari ini air matamu membuncah abu-abu, badanmu lebam-lebam kelabu,
Hujan pun jatuh dari netra cakrawala, basah satu-satu, meluruhkan duka bersama lirih doa yang melebur bersama nyiur jatuh di atas tanah
Seperti air mata perempuan dari pagoda, bibir jadi muara bersama rapal hangat puisi cinta,
keduanya saling berpelukan hingga beda hanya nama, air langit dan air mata merengkuh bumi dalam basah
Lalu esok hari mereka bangkit, mengantarkan sisa-sisa tangis pada sebuah cerah maha cahaya, disimpan sisa luka yang menganga untuk kemudian jadi cerita

Hujan dan tangis seorang perempuan, yang sama-sama menderu di tengah isu paradigma gagah,
Merekapun bisa menangis, pada akhirnya, setelah tawa terpaksa menyeruak di tengah jengah.

— pemeluk sepi

MEMOAR DEGUPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang