13

207 10 1
                                    

Ngaret banget yaampun): buat yang lupa ceritanya, baca chapter sebelum2nya dulu yaa

***

Takut― itulah yang dirasakan Eva saat ini. Gadis itu terus menggenggam tangan Devon yang terasa lemah. Dalam keadaan terlelap pun, Eva tak berhenti menggenggam tangan lelaki di hadapannya.

"V-va?" Suara yang serak dan berat itu memanggil nama Eva― sehingga ia terbangun dari tidurnya.

Mata yang memerah dan terlihat membengkak― Devon dapat segera menyadari bahwa Eva sempat menangis.

Melihat hal itu, Devon tersenyum tipis. Rupanya Eva bisa juga menangisi dirinya.

"Nangis?" Tanya Devon kemudian― diikuti dengan sebuah tawa kecil.

Eva mengerucutkan bibirnya. "Menurut lo? Gue khawatir tau!" Seru Eva. Membuat Devon kembali tertawa.

Kemudian, ruangan kembali hening. Mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing. Entah apa yang dipikirkan oleh keduanya.

"Makasih." Ujar Eva memecah keheningan tiba-tiba.

"Buat?" Tanya Devon bingung.

"Um..tadi. Lo nyelamatin gue." Balas Eva. Devon tersenyum dan mengangguk pelan.

"Kalau lo emang merasa berterimakasih, gue mau lo jawab pertanyaan gue dengan jujur." Ujar Devon kemudian― membuat Eva mengernyit bingung.

"Apa?" Tanyanya.

"Lo mau jadi pacar gue gak?" Pertanyaan tersebut langsung membuat wajah Eva merona.

"L-lo belum nyerah juga?" Ujar Eva gelagapan― memikirkan bagaimana caranya merespon Devon.

"Yah.. gimana ya? Ngeliat tindakan Daniel yang sebelumnya benar-benar membuat gue marah. Lo gak pantes digituin, Va. Bukan cuma lo, tapi semua orang. And i won't let it happen to you twice. I want to protect you." Devon menatap Eva lekat-lekat― membuat gadis itu terpaksa membuang muka.

Cih. Bobrok begini ternyata bisa juga ngomong gitu. Batin Eva memaki.

"Y-ya udah." Ucap Eva.

"Apanya ya udah?" Tanya Devon balik.

"Y-ya udah, gue m-mau." Balas Eva terbata-bata. Devon segera tersenyum lebar setelah mendengar respon Eva.

"Oh ya, lo hari ini gak masuk kan? Kenapa lo gak masuk? Terus, kok lo bisa ada di area sekolah?" Tanya Eva terus menerus.

"Akhir-akhir ini badan gue rasanya lelah banget. Wajar sih, belakangan ini gue banyak kegiatan. Makanya, gue gak masuk. Tadi gue mau berobat dan kebetulan jalannya lewat sekolah." Jawab Devon. Eva terlihat mengerti dan mengangguk pelan.

"Um.. kalau gitu gue pulang dulu ya? Udah malem." Eva segera beranjak dari kursinya dan mengenakan tasnya kembali.

Ia mengusap puncak kepala Devon dan tersenyum, "cepet sembuh, ya."

Baru saja Eva hendak meninggalkan Devon, namun lelaki itu menahan tangannya.

Ia memeluk Eva dengan erat― membuat gadis itu merasa bingung sekaligus merona.

"Kenapa?" Tanya Eva kemudian.

Devon melepaskan pelukannya dan tersenyum, "enggak..pengen meluk aja." Jawabnya.

Eva tersenyum kecil. Gadis itu memakai tas punggungnya kembali dan melambaikan tangannya pada Devon.

"Gue pulang ya." Ucap Eva yang dibalas dengan anggukkan Devon. Lelaki itu hanya bisa menatap punggung Eva yang kemudian menghilang dari balik pintu ruangannya.

[#2] The Truth Untold [SlowUpdate]Where stories live. Discover now