Aureen sudah tau siapa yang membunyikan bel di depan pagar. Dengan sigap, ia membuka pagar rumahnya dan langsung mengambil dan menarik bungkusan plastik yang dibawa oleh cowok itu. Lalu, menutup pagarnya begitu saja. Ferdy yang melihat itu, mendadak bingung apa yang salah dengan dirinya.
"Eh, ini jus alpukatnya ambil." suruhnya lalu pagar rumahnya terbuka lagi. Dan, dengan cara yang sama Aureen menarik jus itu. Dengan sengaja, Ferdy menumpahkannya sebelum Aureen berhasil membawa masuk jus tadi.
"Gimana sih?" Aureen jadi marah sendiri. Dia nggak rela kalau jus alpukatnya jadi sangat sia-sia berceceran di bawah.
"Siapa juga yang suruh narik-narik gitu? Idah kayak jambret aja." Tanya Ferdy gemas dengan sikap Aureen yang super aneh.
"Y-ya terserah aku dong, udah sana pergi. Udah kan nganterin makanannya?" usir Aureen. Dia sedikit tak nyaman dengan kehadiran cowok asing di rumahnya. Aureen tidak berani menatap mata Ferdy.
Tangan Aureen ditarik, kemudian dibawa ke dekapannya Ferdy. Aureen kaget. Dia tentu saja tak siap dengan pelukan itu. Dengan kasar, dia mendorong bahu Ferdy, melepaskan dekapannya.
"Jangan aneh-aneh ya!" marahnya lalu meninggalkan Ferdy melupakan pagarnya yang belum tertutup.
Ferdy mengejarnya sampai pintu rumahnya. Lalu menarik tangan Aureen lagi. "Apa sih?" tanya Aureen galak. Wajahnya sudah memerah. Tangannya mengepal walau masih tetap mengggenggam plastik makanan nasi goreng tadi.
Ferdy tak mengatakan apa-apa. Dia hanya memandangi Aureen dalam diam. Menatap mata hitam cewek itu dengan lekat. Seolah ada hal yang menarik di dalamnya. Sampai-sampai Ferdy melupakan seisi dunia. Beneran, Aureen jadi bingung sendiri.
"Mata aku ada apanya emang?" tanyanya karena sedari tadi Ferdy tak kunjung bicara. Lalu, mata Ferdy sudah tidak mengarahkan ke matanya lagi. Sekarang, meneliti setiap sudut wajahnya. Seperti mencari sebuah jerawat di sana.
"Maaf, tapi aku nggak nyaman ditatap gini. Aku nggak tau siapa kamu. Aku nggak kenal. Jadi, makasih makanannya. Sekarang kamu bisa pergi. Aku mau makan."
Ferdy seolah sudah tersadar. "Sorry, Reen."
Aureen tak menjawab. Dan, ini momen yang sangat canggung. Cowok itu sangat nggak peka apa ya? Lalu, ada suara yang memecah keheningan mereka. Suara dari perut Ferdy.
Ferdy nyengir.
Aureen menatapnya kebingungan. "Kamu, laper?" tanyanya dengan polos.
"Udah tau perut bunyi, ya laper, Aureen sayang."
"Kenapa nggak makan?"
"Tadi, cepet-cepet beli nasi goreng."
"Kenapa nggak makan dulu?"
"Orang rumah belum pada makan dan, gue nggak mau lo nunggu abang go food ini dengan cacing kelaparan."
"Mau makan?"
"Gue cuma beli satu."
Aureen tertawa. Ferdy terhipnotis melihatnya, memang lebay. Tapi, sudah berapa lama ia tak melihat tawa itu dari Aureen? Bahkan ia lupa sendiri dan malas juga menghitungnya.
"Kamu nggak pinter banget, ya?" ujar Aureen tanpa pikir panjang. Ferdy mengangguk. Memang iya. Dia nggak pintar-pintar amat.
***
Setelah menunggu sekitar sepuluh menit, mereka sekarang sudah berada di meja makan dalam rumah Aureen dengan dihadapan mereka ada nasi goreng seafood dan indomie goreng yang dimasak Aureen barusan."Sebenernya nggak sehat." jujur Aureen. Karena nasi dan mi memang kalorinya sama-sama tinggi.
Ferdy tersenyum. "Lo makan nasi gorengnya aja." Seperti cowok pada umunya kalau di depan cewek, pasti mereka akan sok-sokan menjadi pahlawan kesiangan atau kemaleman karena ini sudah malam.
"Ya udah." jawab Aureen ringan. Ferdy pikir, Aureen akan menolak. Tapi..ternyata tidak.
Aureen sangat polos. Beda dengan cewek-cewek yang pernah di dekati Ferdy sebelumnya. Mereka pasti akan berpura-pura melarang Ferdy, padahal dalam hati mereka berkata kebalikannya. Dasar munafik.
"Lo beneran gatau gue?"
Aureen menggeleng sambil menyuapkan nasi goreng ke mulutnya.
"Bener?" Aureen mengangguk.
"Kamu kenal aku?" Aureen balik tanya. Pertanyaan yang sangat tak masuk akal.
"Kenal."
Aureen menatap Ferdy, masih dengan makanannya. "Kenal di mana?"
"Nanti gue ceritain. Lo makan dulu deh, kasian nanti nasi gorengnya dianggurin."
Aureen mengangguk. Dan mereka menikmati makanan dengan keheningan yang menyelimuyi ruang makan.
--Karena telfon mendadak dari mamanya Ferdy yang menyuruhnya untuk degera pulang ke rumah, dengan sangat terpaksa Ferdy menuruti keinginan mamanya dan pamit kepada Aureen.
Waktu seperti sangat cepat berlalu sejak pertemuan di depan gerbang tadi, lalu saat dia memaksa Aureen untuk jatuh ke pelukannya, meneliti setiap sudut wajah Aureen, perutnya uang berbunyi, makan bersama di ruang makan dan akhirnya dia sekarang harus pulang.
Aureen pun mau mengantarnya sampai depan. Berbeda dengan Aureen yang tampak senang dengan kepergian Ferdy.
"Makasih makanannya abang go food." Ucap Aureen sambil berdiri mematung di pinggir gerbang rumahnya.
Ferdy mengangguk. Diam sejenak, berpikir. "Pinjem hp." Katanya sambil menyodorkan tangannya di depan Aureen.
Aureeen merogoh sakunya, mengambil hpnya dan menyerahkannya pada Ferdy. Entah apa yang dilakukan Ferdy, tidak lama kemudian hp Aureen sudah dikembalikannya.
"Gue pulang duluan. Jangan lupa kunci pager, rumah lo sepi. Terus pintu juga kunci, masuk rumah diem aja gak udah keluyuran ini udah malem. Jangan lupa tidur, kalo nggak besok pagi lo bakalan ngantuk."
"HAH?"
Ferdy melambaikan tangan. Meninggalkan Aurern yang masih kesulitan mencerna kata-katanya tadi.
--
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Me?
Short StoryBertanya tentang apa yang terjadi kepada dirinya saat ini. Sia-sia tiada yang mengetahui seluk beluk dari kedatangan seseorang yang entah dari mana itu membuat Aureen nyaman. Tidak berhenti di situ, hari-harinya berbeda dari yang ia jalani dulu. Bi...