28 - Hilang

20 2 2
                                    

"Lo masih deketin cewek aneh itu?" Tanya Ferdyan dengan mata masih fokus dengan game di ponselnya. Dia penasaran apakah hubungan cewek iti dengan adiknya sudah ada kemajuan atau mungkin masih jalan di tempat kan bisa dia pepet.

"Ngga tau dah."

Tiba tiba mood ferdynand hancur karna pertanyaan kakaknya yang mau tidak mau ia harus mengingat-ingat itu lagi.

Kakaknya tertawa. Sial.

"Kan gue dah bilang, tuh cewek rada aneh. Eh, lo masih ngebet aja."

Ferdynand memandangi kakaknya. "Dia mantan gue." Ucapnya singkat.

Ferdyan melirik sekilas. Lalu, melemparkan bantal ke muka adiknya. Tak percaya dengan omongan barusan. Kasian masi kecil sudah halu nggak jelas. Adiknya memang rada-rada kalo masalah kayak gini. 

"Bang, napa si?"

"Jangan aneh aneh deh. Mantan lo dari Hongkong?"

Ferdynand berdiri, "lo inget kita pas sd pernah punya temen cewek?"

Ferdyan menggeleng.

"Parah lo udah ilang ingatan." Dia kesal pasalnya, dia sudah siap menceritakan aib memalukan namun kakaknya tak ingat sama sekali.

"Kan gue nggak satu sd sama lo. Gimana sih?"

Ferdynand baru sadar. Iya juga ya. "Yaudah, berarti gausah gue ceritain."

Ferdyan mendorong bahu adiknya, lalu melempari bantal dan guling bersamaan. "Rese lo ah."

Dan, selanjutnya meereka bergelut ria.

**

"Mama beneran nggak tau?" tanyanya lagi memastikan kalau ia nggak salah dengar apa yang barusan mamamu bilang.

Mamanya mengangguk. "Iya, dari dua minggu yang lalu Tante Erin emang nggak ada kabar."

Ferdynand menghembuskan nafas gusar. Aneh banget, mamanya saja yang bisa dibilang dekat dengan Tante Erin pun nggak tau di mana mereka. Apa mereka pindah lagi? Atau liburan? Atau kemana sih? Study tour? Kan nggak mungkin.

Belom aja setahun, dia nemuin temennya yang dulu sempet kepisah. Lalu, apa lagi ini? Dia harus berpisah lagi dengan Aureen? Dia harus pura-pura ngelupain lagi? Dia nggak yakin bakalan bisa kali ini.

"Mama coba telpon polisi aja." Sarannya menyerah dengan masalah yang tak ia temukan jalan keluarnya ini.

Sarah menyentil dahinya. "Ngawur banget kamu ya?" Lalu tertawa. Dia tau anaknya pasti tidak mudah untuk berpisah lagi dengan teman masa kecilnya. Bahkan, mereka pun entah sudah pernah ketemu atau belum, dia tak tahu.

"Terus gimana, ma?"

"Kenapa kamu nggak nelpon Aureen aja?"

"Udah, nggak diangkat."

Mamanya tertawa mengejek. "Kamu ngapain dia sih? Kok dia sampai kek gitu?"

Ferdynand menggeleng. "Kayaknya emang mereka sengaja deh, semuanya nggak jawab telpon. Buktinya, telpon mama juga nggak diangkat Tante Erin, kan?"

Dia menyadari hal itu. Bisa jadi, mereka memang sengaja nggak menjawab telpon untuk ngejauhin pertanyaan dari Sarah maupun Ferdynand. Karena, jika dilihat-lihat Tante Erin dan keluarganya nggak terlalu dekat dengan tetangga sekitar.

Aneh lagi, kenapa harus ngehindar? Bukannya kalo kayak gini malah bikin tambah khawatir aja. Lama-lama Ferdynand bener nanyain mereka ke polisi nih saking fruatrasinya.

"Besok kita ke rumahnya aja, deh. Nanya ke tetangga." Ferdynand tersenyum. Dia berhasil bikin mamanya mikir hal ini juga. Akhirnya.

"Sayang deh sama mama."

--
idk aku kerasukan apa sampai bisa dapet ide dan ngelanjutin nih cerita. Oke, janji bakalan cepet cepet tamat. Ngga yakin masih ada yang nungguin..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Why Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang