Winny pov
Hari ini sama seperti hari-hari biasanya. Sky dan Alo asik membicarakan game online. Lalu, Sheira pergi untuk bergosip atau sekedar menjadi pesuruh dadakam guru. Aku hanya diam dan duduk dikursi yang tepat berada ditengah kelas. Aku menolehkan kepala kekiri dan kekanan untuk mencari bahan tontonan. Merasa tidak ada yang menarik, aku pun menolehkan kepala kearah belakang. Disana aku seperti mendapat yo tontonan yang menarik. Dia sedang berada disana bersama rombongannya dan tertawa dengan begitu kerasnya.
Aku menatapnya sambil tersenyum simpul. Aku hanya memberikan seutas senyum saja. Ku lihat dia membuat beberapa lelucon, tapi tidak semua leluconnya itu lucu alias garing. Entah kenapa, hal itu tetap menggelikan. Ku lihat dia bahkan terus tertawa. Satu hal yang kusuka darinya adalah, caranya tertawa. Terkadang aku merasa iri saat melihatnya tertawa. Bagaimana mungkin dia bisa tertawa begitu lepasnya, seakan tiada beban?? Setauku, sejak kami kelas 9, nalah banyak sekali tugas-tugas yang menumpuk. Tapi sepertinya aku tidak menagjap raut stress dimukanya.
Kalian tau, selama ini aku selalu menyembunyikan segala ekspresi kesakitanku. Aku hanya tak ingin orang-orang mendengar tentang semua beban yang kutanggung. Cukup aku yang tau, cukup aku aja yang merasakan. Mungkin selama ini, wajah yang kupampangkan keorang-orang, wajah kebahagiaan. Tapi, sebenarnya aku tak sesantai itu dan aku juga tak sesantai itu. Dulunya aku juga punya sahabat selain double S, Alo, dan juga mantanku. Mereka sahabat perempuanku. Kami dulunya, sering pergi bersama. Mereka juga ber-3. Rachel, Milania, dan Jenika. Ya, mereka juga pernah mengisi hidupku. Dulu...
Tapi, itu semua tidak seperti angan-anganku. Kukira, kami dapat bersahabat dalam jangka waktu yang lama. Aku memang masih bersahabat dengan Double S dan juga Alo, tapi aku sadar. Bahwa aku lebih dekat dengan mereka. Tapi, sepertinya double S dan juga Alo tidak mempermasalahkan hal tersebut. Setiap aku datang kepada mereka, aku juga merasa masih diterima dengan hangat. Awalnya kisah persahabatan kami, berjalan dengan baik dan mulus. Lalu, konflik-konflik kecil mulai timbul.
Jenika, yang tidak bisa ikut kalau kami sedang hang out bersama. Awalnya kami bisa menolerir, semua alasan-alasan dia. Lalu, perlahan-lahan kami mulai merasa marah. Dia berkata, tidak bisa untuk berkumpul dengan kami--sahabat-sahabatnya--. Tapi meluangkan waktu untuk berkumpul dengan teman-teman satu organisasinya, dia bisa. Ya, dia memang tergabung didalam sebuah asosiasi perkumpulan anak-anak yang hobi bermain badminton. Kami tentunya memperbolehkan dia berkumpul dengan teman-teman asosiasinya, tapi alangkah baiknya jika dia juga sempat berkumpul bersama kami juga.
Lalu, Rachel. Sejak kelas 9 ini dia malah semakin dekat dengan teman-teman yang lain, sampai-sampai mengabaikan diriku. Awalnya, aku bisa menolerir hal itu. Mungkin dia juga ingin bermain dengan yang lain? Begitu awalnya yang kupikirkan. Tapi, lama-kelamaan dia juga berubah. Aku menceritakan hal ini kepada, Milania. Dia berkata akan mencari tau alasannya. Lalu, saat kami berkumpul-kumpul, dia juga jarang ikut. Dia lebih mementingkan teman-teman barunya. Tak lama kemudian, akhirnya hubungan kami-pun semakin meranggang.
Dan yang terakhir, Milania. Aku kira dia yang paling bisa mengerti diriku. Tapi aku salah. Sejak hubunganku dengan Rachel meranggang, hubungan dia dan Rachel juga ikut meranggang, karena sebuah masalah. Lalu kami hanya ber-3. Ya, kami akhirnya memaafkan kesalahan Jenika dan kembali bersahabat--meskipun, tidak seperti pada awalnya. Dan dalam beberapa kemudian, dia juga dekat dengan seorang teman lagi. Dia lebih dekat dengan orang itu. Dan aku merasa, sahabatku juga akhirnya direbut oleh seseorang.
TBC
Sorry for typo
Salam Hangat
Kecup Jauh
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Talk
Teen FictionYa, karena aku bukan indomie nya dia, "selera ku" . Tapi kodomonya dia, "teman baik ku".