*3

16 3 0
                                    

Aku sadar. Sangat sadar malah. Seberapa jauhpun aku melangkah atau pergi, pada akhirnya aku juga akan kembali ketempat yang sama. Tempat nyaman dan penuh kegilaan. Tempat itu adalah, pelukan dari double S dan juga Alo. Saat aku kembali menampakkan diri didepan mereka, aku merasa malu. Pada saat itu, mereka bertiga sedang duduk dimeja paling belakang--tempat duduk double S--. Mereka bertiga, terlihat begitu bahagia sekarang. Bahkan, pada saat berkumpul, formasi tempat duduknya masih saja sama. Double S akan duduk bersebelahan, lalu aku dan Alo akan duduk didepan mereka. Sekarang pun juga seperti itu. Tapi bedanya kursi disebelah Alo, kosong.

"Oii.. Winny, lecek amat muka lo. Ngapa lo??? Duit jajan lo dicuri?? Mampus deh, uang KAS lo minggu ini harus nunggak!! Tapi tenang aja, gue juga nunggak kok. Lo enggak usah takut, nanti gue yang bilangin ke Bendahara. Santai ae.."

Akanku beritahu, siapa yang bicara seperti ini. Dia, Sheira. Selama ini, disaat aku diterpa masalah, maka orang pertama yang tau adalah Sheira. Aku tau, sebenarnya dia berpura-pura seperti agar dapat menghiburku. Tak terasa, air mataku menggenang dan akan bersiap-siap untuk terjun dengan bebasnya. Aku menahan tangisku sekuat mungkin. Melihat aku yang seperti mau menangis, Sky langsung menyalah-nyalahkan kembarannya. Dan, Alo juga berlaku seperti itu. Tapi meskipun begitu, nada mereka masih juga seperti orang yang bercanda. Sheira yang pada dasarnya suka panik-kan, langsung saja dia termakan omongan Alo dan juga Sky.

"Winny.. jangan nangis dong! Udah yaa, udah. Lo tenang aja, si Bendahara enggak bakal marahin, lo kok. Udah dong, Winny. Jangan nangis disekolah ya, tapi kalau lo mau nangis pas udah pulang sekolah, enggak papa. Yang lebih baiknya, gue pasti temanin lo kok!! Tapi jangan nangis sekarang ya? Gue lagi malas punya masalah sama si Banci, lagian masalah gue juga belum kelar sama dia. Gue lagi enggak pingin ketemu si Banci, jadi lo jangan nangis ya. Oke??"

Lihat, bahkan disaat panik begini dia masih juga sempat-sempatnya menghina salah satu guru. Tepatnya guru yang dihina Sheira tadi adalah, Pak Ben. Dia seorang guru BK, yang lumayan lama bekerja disini. Meskipun namanya keren, banyak murid yang memplesetkan menjadi Pak Ban. Bahkan nama itu menjadi lebih nista saat double S yang mengucapkannya. 'Banci'. Begitulah panggilan kesayangan mereka terhadap beliau. Ucapan Sheira memang lucu, tapi tak membuat air mataku mengalir. Aku tertawa mendengar ucapan Sheira. Akhirnya, aku menutup mataku dan tertawa dengan terbahak-bahak.

"Lah lo kok malah nangis sih?!?!?! Usap air mata lo, cepat!! Usap, Winny!! Cepat usap, sebelum gue diaduin ke si Banci kaleng!!"Sheira berujar dengan begitu paniknya, sambil mengguncang salah satu bahuku.

"Sheira, mampuslah lo! Winny jadi nangis kan!! Gue aduin ah..ke Pak Ben. Ayo... Alo temanin gue. Mau ngadu nih!!"Sky malah menakut-nakuti Sheira dan menambah kadar kepanikan Sheira.

"Bangs*t lo, Sky!! Sok-sokan lo mau ngadu!! Baru sampe didepan ruangan si Banci aja, lo langsung lari. Lo lupa, kalau lo juga punya urusan sama si Banci?!?! Gak usah sok lupa ya lo, Kampret!! Lo mau diceramahin sama dia??"

"Ooo..... iya, lupa gue. Males banget ketemu sama si Banci, mending gue nyamperin my liltle Sister. Tapi, kan masih ada Alo. Dia pasti enggak bakalan kena ceramah. Alo, tolong aduin Sheira ke si Banci kaleng ya??"

"O---"

"Kalau lo ngaduin gue, liat aja lo. Lo mau rambut lo rontok atau tangan lo merah-merah?!?!?!"belum aja Alo sempat menyelesaikan omongannya, dia malah sudah dapat ancaman dari Sheira.

"Hehehe... gue eng--"

"Atau, lo mau gue buat putus sama Rora??"ujar Sheira sambil tersenyum miring.

TBC

Sorry for typo

Salam Hangat

Kecup Jauh

Sweet TalkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang