Hai, kalian tau tidak?? Pasti tidak tau....
Hahahaha ya iyalah...
Btw sorry garing.
Kalian tau tidak, bagaimana perasaanku saat bermain basket??? Tau???
Kalian pasti tidak tau. Saat beemain basket, aku serasa menemukan suatu kebebasan dan kesenangan. Aku aangat senang bermain basket. Aku juga sangat bangga bisa terpilih sebagai anggota inti dari tim basket disekolahku. Sangat bangga malah. Setidaknya, jika aku tidak ahli dibidang akademik tapi aku punya keahlian dibidang non-akademik. Meskipun matahari begitu terik, aku akan tetap senang bermain basket ditengah lapangan.
Selain bermain basket, aku juga menyukai menggambar. Sebagai bentuk penyaluran bakat, setiap Jumat sore aku akan mengikuti kelas minat dan bakat Menggambar. Guru yang mendampingi kelas ini pun terlihat sangat ramah. Sudah sangat banyak gambar yang aku buat dibuku gambarku. Akan tetapi, rasanya sangat menyenangkan bisa menggambar dengan bebas. Tanpa ada perintah dan juga tuntutan, serta instruksi.
Tapi, ada sebuah kejadian yang membuatku merasa sedikit aneh dengan basket. Bukan lagi senang, tapi seperti khawatir. Apalagi jika orang itu mulai bermain basket. Dia hanyalah seorang perempuan, berambut ikal, berkulit hitam manis, dan juga memiliki senyum yang manis. Dia juga tomboy. Tunggu, sejak kapan aku mulai memperhatikan senyumannya??? Ahh... selama ini aku kan hanya menjahili dirinya saja. Dia juga agak bar-bar sih, tapi dia memiliki kepribadian yang menyenagkan kok.
Sejak kejadian tersebut--yang aku bilang sedikit mengubahku--aku akan sebisa mungkin untuk mengawasinya saat bermain basket. Tapi, sepertinya aku tak usah mengkhawatirkan dia dengan keterlaluan seperti ini. Dia bisa menjaga dirnya sendiri. Dia bukan tipe cewek manja dan menye-menye. Sebisa mungkin dia berusaha untuk berdiri dengan kakinya sendiri. Tapi entah mengapa rasa khawatir yang berlebih selalu saja datang saat melihat dia bermain basket.
Apakah ada yang bisa membantuku??
-Akan kuceritakan alasan kuat dibalik kekhawatiranku yang berlebih ini.
Dulu saat aku masih duduk dibangku kelas 8, Sheira tiba-tiba saja datang dan membawa teman-temanya untuk mengajak aku bermain basket bersama. Aku bisa mengenali otang-orang yang Sheira bawa bersamanya, tapi hanya wajah satu orang yang asing aku lihat. Aku pernah beberapa melihat wajahnya, tapi aku tidak mengetahui namanya. Aku sering melihat dia bersama dengan Sheira. Tapi, sepertinya, Sheira tidak pernah memanggil nama orang tersebut dengan nama aslinya. Selalu saja Sheira panggil dengan nama aneh.
Onyet, anjai, bangsul, emak, twins, manusia.Panggilan itulah yang sering kudengar. Sheira sering melontarkan panggilan tersebut kepadanya, tapi tampaknya dia biasa-biasa saja. Aku terdiam sebentar, lalu menyetujui ajakan Sheira untuk bermain bersama. Terbesit juga keinginan untuk berkenlan dengan dia. Tapi sayangnya, yang terjadi tidaklah sesuai harapan.
Aku malah sibuk bercanda-canda bersama dengan Rora saat masih dikoridor menuju lapangan. Dia pun sepertinya, tipe orang yang cukup cuek. Maka dari itu, aku cuma asik bercanda dengan Rora saja. Kami berbicara ngalor-ngidul tidak jelas. Namun sayang, saat dilapangan aku harus pergi dulu sebentar untuk mengambil bola basket. Kalau salah satu dari mereka yang ambil, pasti akan lama dan tidak diizinkan. Maka lebih baik aku saja yang mengambilnya.
Sesampainya digudang, aku langsung berjalan menuju rak tempat menyimpan bola. Namun sayang, bola orange itu ternyata kempis. Pasti ini kerjaan anak-anak basket yang baru. Dasar mereka itu. Langsung saja kucari pompaan dan memompa bola itu. Akhienya bola kembali terisi dengan angin. Aku langsung berlari menuju lapangan. Saat sampai ditepian lapangan aku memelankan laju lariku secara perlahan. Aku melihat, disana, ditengah lapangan Alo sedang berbicara berdua saja dengan orang itu. Ah... mereka dekat sekali ya.
Entah mengapa aku berlari-lari terlebih dahulu sebelum menuju kelapangan. Aku seakan ingin menyembunyikan sesuatu. Setelah diarasa cukup, lalu akupun segera berlari menuju lapangan. Dengam napas yang masih tersengal-sengal aku langsung memberikan bola kepada Rora. Setelah itu, Sheira malah memberikan saran agar aku dan Alo dulu saja yang deluan bermain. Aku tau sebenarnya ini hanyalah alibi, agar si Gentong itu bisa duduk dengan tenang. Dasar Gentong!!
Saat diawal permainan, Alo bermain dengan begitu berantakan. Tampak sekali bahwa dia sedang tidak fokus dan marah mungkin?? Hahahaha... sepertinya aku tau alasan dia marah. Maaf kawan. Lalu setelah ditengah permainan, Rora memberikan suntikan penyemangat. Dan sepertinya itu berhasil. Permainan Alo menjadi lebih terkontrol dan bagus. Akhirnya dia bisa mengejar ketertinggalan poinnya. Aku ingat, setelah Rora menyemangati Alo, aku juga mengucapkan sesuatu. Ah...kira-kira seperrti sedang mengungkapkan betapa ngenesnya hidupku ini.
Ternyata malah dia yang menjawab. Dia lucu juga yaa ternyata. Sejak itu aku bertekad untuk menjalin hubungan pertemanan dengannya. Selain itu, dia juga terlihat tomboy. Sangat tomboy malah. Sesekali aku memperhatikan dirinya dari jauh. Semoga saja si Lambe Tyurah kampret itu tidak memperhatikannya. Kalau tidak, bisa-biaa aku menjadi bahan pembicaraan satu sekolah karena gosip yang dia timbulkan.
Dukk....
Secara tak sengaja bola yang tadinya aku shot, malah mengenai jidat dia dengan begitu keras. Sontak saja setelah kejadian tersebut aku langsung berlari kearahnya dengan tampang khawatir. Aku memperhatikan bahwa dijidatnya sudah terdapat lebam yang cukup besar. Pasti rasanya sangat sakit. Saat aku ingin membawa dirinya ke UKS, Sheira sempat menolak dengan dalih biar dirinya saja. Tapi entah kenapa kali ini aku menjadi sangat keras kepala. Dengan keukuh, aku mencoba, tapi sayang sepertinya Sheira tetap keukuh juga menolak. Selain itu dia juga dibantu oleh Rora untuk menolakku.
Akhirnya, aku pasrah saja membiarkan dia dibopong oleh Sheira dan juga Rora. Tapi perasaanku juga masih belum karuan. Aku begitu cemas sekali rasanya. Aku bimbang, apakah aku harus melihatnya?? Tapi bagaimana jika Sheira atau pun Rora malah melarangku untuk bertemu dengannya?? Siapa tau saja mereka malah marah. Aihh... tapi rasanya tidak benar jika aku tidak melihat keadaan dia. Maka aku membulatkan tekad dan menerima konsekuensi jika harus dimarahi.
Maka sesampainya di UKS dengan sangat tergesa-gesa aku membuka pintunya. Orang-orang yang disana sempat terkejut walau sebentar. Tak disangka bahwa ternyata dia pingsan. Saat masih dilapangan tadi aku melihatnya masih meringis kesakitan, tapi sekarang dia sudah pingsan. Aku pun semakin merasa bersalah. Rasa itu seakan menimpa badanku berton-ton. Demi menebus rasa bersalah, aku menawarkan diri untuk menggantikan mereka menjaga dia.
Gue juga baru tau bahwa namanya ialah Winny. Aku melihat hal itu sekilas dari name tag yang tersangkut dibajunya. Aku pun akhirnya diberi kepercayaan untuk menjaga Winny. Selagi menunggu dia sadar, aku mencoba mencari tau tentangnya. Namun sayang, aku tidak mendapat apa-apa. Bagaimana caranya agar aku bisa tau tentang dia lebih banyak?? Sedangkan si tersangka saja sedang tertidur dengan begitu pulasnya. Aku menatap wajahnya dan terbesit niat untuk menjaga dirinya. Karena basket, aku jadi was-was jika dia ikut bermain. Entahlah, rasanya seperti ada trauma.
#Maxim Aileen Nayaka.
TBC
Sorry for typo
Salam Hangat
Kecup Jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Talk
Teen FictionYa, karena aku bukan indomie nya dia, "selera ku" . Tapi kodomonya dia, "teman baik ku".