Prolog

31 3 0
                                    

Malam ini Kiara duduk dikursi depan jendela kamarnya. Seperti biasa, ia senang sekali menatap langit malam yang penuh bintang dan cahaya rembulan. Belum lagi ketika angin malam yang berhembus menerpanya, seakan ada yang mengajak tiap helai rambutnya untuk  menari mengikuti irama.

Tapi kali ini berbeda. Tidak ada bintang, tidak ada bulan. Yang ada hanya suara gemuruh dan riakkan air hujan yang menemaninya. Tapi itu semua tidak membuat dirinya takut "untuk apa takut, toh aku suka hujan". (ucapnya dalam hati), ia setia menatap langit gelap itu dengan matanya yang sembab.

Ditemani buku diary kesayangannya, ia mulai menceritakan tentang hari-hari yang dilaluinya, termasuk hari ini. Hari yang sangat menguras pikiran dan hatinya. Tidak terasa air mata perlahan membahasi lembaran kertas diary dan melunturkan sebagian coretan pena yang dibuatnya.

Memeluk BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang