5. Cheeks

6.1K 1K 119
                                    

Belakangan aku menyadari bahwa aku selalu kepergok oleh Jimin tidak sengaja sedang memandanginya. Memalukan betul, rasanya seperti mata-mata cupu yang tidak benar menjalankan tugasnya dalam mengintai.

Meski begitu, aku cukup menikmati saat mata kami bertemu. Sepersekian detik kami saling memandang dan tersenyum bodoh. Lucu memang, aku pun tidak mengerti kenapa kami bisa seperti ini.

Tak ada kata, hanya saling memandang saja dan itu sudah membuatku cukup senang.

Dalam hati yang terdalam, terbesit harapanku bahwa Jimin menaruh hati padaku tapi kupikir terlalu indah untuk jadi nyata.....untuk saat ini. Jadi logikaku berkata bahwa Jimin melempar senyumnya ketika mata kami bertemu itu hanya untuk menghormatiku sebagai bosnya, tidak lebih.

Ya, meski logikanya begitu..... Tapi hatiku tidak berhenti memupuk harap. Bukan apa-apa, ini semua karena pipi tembam Jimin yang merona.

Sungguh, mataku masih bisa melihat bagaimana pipi tembamnya itu memerah tiap dia mendapati aku yang sedang memandanginya.

Pipinya merona alami sekali. Warnanya peach atau malah cenderung rosy, kadang merah muda atau malah benar-benar merah. Lucu dan menggemaskan, ingin rasanya kucubit dan kuciumi pipinya sampai tandas tak bersisa.

 Lucu dan menggemaskan, ingin rasanya kucubit dan kuciumi pipinya sampai tandas tak bersisa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mochi~~~ tahu tidak kalau Jimin itu dijuluki mochi? Uwuuu mochii~~"

Itu Hoseok dengan segala keberuntungan yang ada di dunia, dia mencubit kedua pipi tembam Jimin dengan rasa gemas.

Aku hanya bisa mengepalkan tanganku kuat, menahan gemas melihat bagaimana Hoseok mencubit kedua pipi Jimin yang tentu saja direspon pukulan sebal oleh empunya.

Aku hanya bisa mengepalkan tanganku kuat, menahan gemas melihat bagaimana Hoseok mencubit kedua pipi Jimin yang tentu saja direspon pukulan sebal oleh empunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku berdeham menghentikan canda tawa Hoseok dan Jimin yang saling membalas pukul dan cubit sana sini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku berdeham menghentikan canda tawa Hoseok dan Jimin yang saling membalas pukul dan cubit sana sini.

"Sudah lihat hasil revisiannya, Hoseok-a?"

Hoseok menganggukkan kepalanya mantap. Dia memberikan masukan padaku untuk beberapa detail yang dibutuhkan, sembari aku curi tatap wajah Jimin yang cemberut mengelus pipinya yang kesakitan dicubit Hoseok.

"Eyy, kau dengar tidak?" tanya Hoseok mengembalikan fokusku.

"Dengar kok dengar" kataku cepat seraya memperhatikan bagaimana Jimin telah pergi menjauh.

Tanpa kusadari Hoseok ikut memperhatikan kemana arah pandangku. Dia hanya senyum-senyum sendiri penuh arti.

"Baiklah kalau begitu, kita langsung ke kantorku saja atau gimana?" tanya Hoseok mengambil mantelnya.

Aku pun mengiyakan tawaran Hoseok sambil lalu mengambil mantelku juga. Musim gugur yang sangat dingin dibanding hari biasanya, rasanya musim dingin segera tiba.

Selama di perjalanan menuju kantor Hoseok, aku tidak bisa melepas bayanganku pada betapa kenyalnya pipi Jimin saat Hoseok mencubitnya. Sungguh dari tadi otakku hanya memutar itu saja sampai aku lupa membawa dokumen pentingku.

Betapa bodohnya aku.

"Kau duluan ke atas saja sana, nanti aku nyusul" kataku pada Hoseok memastikan bahwa aku akan menunggu anak buahku mengantarkan dokumen itu di lobby.

Hoseok menganggukkan kepalanya mengerti. "Baiklah kalau begitu. Lagian kau ada-ada saja. Tidak fokus seperti ini bukan dirimu, Yoon. Ya, yang jatuh cinta memang susah sih hahaha"

Hatiku mencelos mendengar ucapan sembarang Hoseok. Dia tertawa melihat ekspresi terkejutku dan berlalu begitu saja tanpa membiarkan aku untuk protes.

Tidak lama menunggu di lobby, aku menyipitkan mataku untuk memastikan bayangan pria yang sedang belari ke arahku adalah Jimin.

"Yoongi hyung!!"

Aku benar. Aku pun berlari mendekat ke arah Jimin dengan tampilan sedikit kacau. Rambutnya sedikit basah karena angin musim gugur yang dinginnya hampir membuatmu membeku.

Jimin menyerahkan dokumen penting itu padaku seraya menghembuskan nafasnya dengan uap yang tergambar jelas di udara. Dia terlihat berkeringat dan pipinya merona.

Aku yang melihat itu pun tanpa sadar menyentuh kedua pipinya yang dingin. Kusentuh lembut kedua pipinya, menghangatkannya dengan kedua tanganku yang sedari tadi kumasukkan dalam mantel.

"Dingin sekali," kataku khawatir dengan kedua tangan yang masih berada di kedua pipinya.

Mata kami bertemu lagi dan Jimin memutus kontak lebih dulu lagi dengan melihat ke arah lain. Aku tersenyum tipis melihat bagaimana pipi Jimin yang makin memerah di dalam tangkupan kedua tanganku.

Park Jimin,
Bolehkah aku berharap bahwa kau merona karena aku bukan karena cuaca atau lainnya?

.

.

.

.

.

-Bagian kelima yang aku sukai darimu-

.

.

.

-page 5 closed-

.

.

.

.

.

.

"Yoo-Yoongi hyung kenapa ngeliatinnya gitu banget sih? Kan bahaya kalo naksir"

INCARAN | YoonMin vers. ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang