Tidak kusangka, project pengerjaan dokumentasi produk kantor Hoseok kelar lebih cepat dari yang seharusnya, hanya tinggal penyelesaian akhir. Bukan apa-apa jika project ini berakhir itu artinya studioku tidak memerlukan Jimin lagi, mengingat dia orang cabutan yang dipekerjakan hanya untuk project ini saja.
Tentu aku akan menawarkannya untuk tetap bekerja di tempatku, tetapi semua kembali pada keputusan Jimin. Apalagi dia masih sibuk dengan kehidupan mahasiswanya.
Mengingat hal itu semua membuatku berusaha mengencangkan pergerakanku. Setiap waktu bersama Jimin tidak boleh terbuang percuma.
Aku pun nekat mengajaknya pergi berdua.
From: Park Jimin
Humm sekalian kita cari sisa perlengkapan buat outing ya, hyung?Begitulah jawaban Jimin ketika aku mengajaknya kencan. Ya, tak apa jika dia tidak menganggap ini kencan. Setidaknya hari ini aku menghabiskan waktu berdua dengannya.
Musim gugur kali ini makin terasa dingin, mungkin karena sebentar lagi pergantian jadi musim dingin. Biasanya aku akan memilih untuk tidur di rumah, tapi kali ini aku tidak menyesal untuk keluar dan melihat betapa lucunya Jimin berjalan ke arahku dengan mantelnya yang terlihat kebesaran di tubuhnya.
Aku tersenyum sambil membukakan pintu mobil dan mempersilakannya masuk. Dia sedikit panik melihat perlakuanku dan berakhir masuk ke dalam mobil dengan gerutuan segan.
Ah, lucunya. Dia seperti salah tingkah.
Kupacu mobilku sambil memberi pengakuan pada Jimin bahwa aku belum punya tujuan kemana aku akan membawanya. Dia hanya menggerutu dan berakhir membicarakan tentang tempat-tempat favorit kami.
Meski di luar dingin, tapi di dalam sangat hangat. Selain karena heater mobilku, kehangatan kurasakan karena aku dan Jimin menikmati perjalanan kami yang sekadar mengelilingi kota Seoul. Bercerita dan sesekali bernyanyi membicarakan lagu favorit beserta penyanyinya.
Sesekali kami berhenti di restauran yang menyediakan drive thru. Jimin cekikikan sendiri usai aku menyebut pesananku.
"Kita ini males banget keluar mobil ya? Makan aja perlu drive thru hahaha" kata Jimin.
"Tapi kita udah ke berapa tempat tuh tadi. Taman favoritku, danau favoritmu terus----"
"Iya tapi kita mampir tanpa keluar mobil, hyuuuung!!! Hahaha" seru Jimin dengan sela-sela tawanya yang renyah memotong kalimatku. Tentu tidak lupa disertai tepukan ringannya pada pundakku.
Aku pun hanya ikut tertawa memperlihatkan senyum gusiku. Tertawa memandanginya yang masih saja memukuliku. Aku benar-benar menikmati waktu tawa kami hingga petugas restauran memberikan makanannya melalui jendela.
Setelah makanan aman kami terima, mobilku melaju lagi mengikuti jalan kota Seoul. Menikmati indahnya pemandangan musim gugur dengan hamparan daun-daun berwarna cokelat, merah, dan kuning yang bertebaran di tepi jalan.
"Mungkin saatnya kita beli perlengkapan buat outing," tawarku yang direspon anggukan lucu Jimin yang asik memakan es krimnya.
Tak butuh waktu lama untuk berbelanja, karena barang-barang untuk perlengkapan outing sebenarnya sudah dibeli semua. Kami hanya membeli sisanya saja. Setelah membayar, aku pun langsung mengangkat semua belanjaan dengan kedua tanganku.
Selama berjalan beriringan menuju parkir, Jimin memandangi tanganku yang membawa semua plastik belanjaan.
"Hyung"
Aku menghentikan langkahku dan bertanya pada Jimin menggunakan mataku. Jimin masih memandangi tangan kiriku yang masih membawa belanjaan dengan wajah khawatir.
"Ah, aku mengerti." Aku pun memindahkan semua belanjaan ke tangan kananku, membiarkan tangan kiriku yang kosong itu untuk menggandeng tangan Jimin. "Sudah, ayo!"
"Ih, maksudku bukan aku yang digandeng tapi belanjaannya biar aku yang peg----"
Aku menghentikan langkahku lagi dan kian mengeratkan tanganku pada tangan Jimin yang sudah lama sekali ingin kugandeng. "Jadi kau tidak mau aku gandeng?"
"Bu-bukan begitu." cicitnya dengan pipi memerah.
Aku pun hanya tersenyum puas dan mulai melangkahkan kaki lagi untuk mencari tempat dimana aku memarkirkan mobilku. Sesekali aku berpura-pura lupa dimana letak mobilku, agar aku bisa lebih lama menggandengan tangan mungil Jimin yang terbungkus sempurna dalam tanganku.
Sedikit kecewa waktuku menggandeng tangannya begitu singkat karena Jimin dengan cepatnya menemukan mobilku. Meski begitu, inisiatifku untuk menggandeng tangannya nyatanya benar-benar memberikanku kepercayaan diri lebih, maka dari itu aku pun mengajaknya untuk makan malam di restauran favoritku.
"Itu restauran mahal, hyung!" seru Jimin.
"Tenang aku yang bayar. Kau harus coba di sana itu---"
"Ish, tapi dari tadi kau melulu yang bayar, hyung!"
"Iyalah. Pria macam apa aku, kalau di kencan pertamanya harus kau yang bayar!!"
"Ke-kencan?"
Ya, sudah akhiri saja ini semua. Aku sudah lelah mengutuk hatiku yang suka sekali lantang bersuara tanpa izin.
"Hum.....ya, setidaknya aku menganggap seharian ini kita kencan" kataku gusar. "Terserah kau menganggap jalan-jalan hari ini apa"
Aku berdeham sambil sesekali menghembuskan nafasku, menguarkan hawa panas di sekitar wajahku yang sudah pasti sudah memerah. Di sudut mataku, Jimin terlihat menutup wajahnya dengan kedua tangannya yang mungil.
Kepada Park Jimin,
Serangan pertama sudah dilancarkan, apakah kamu menerima sinyalnya?.
.
.
.
.
-Entah bagian ke berapa yang aku sukai darimu, semuanya aku suka-
.
.
.
-page 6 closed-
.
.
.
.
.
.
"Ke-kencan?! Yoongi hyung bilang ini kencan?!! Jadi benar kata orang-orang kalau Yoongi hyung itu suka aku? Aaaaaaaak tidak mungkin!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
INCARAN | YoonMin vers. ✔️
Fanfiction[END] Diary 'bucin' Yoongi yang isinya sungguh mengapresiasi setiap hal yang ada pada Jimin, incarannya. Check the whole series! - TaeKook vers. - NamJin vers. - Hoseok vers (special version)