Blue Eyes, Lighters & Candy

1.1K 150 7
                                    


Busan adalah kota yang sempit. Seminggu setelah pertemuannya dengan Taehyung, seminggu setelah menghindari ajakan siapa pun ke pantai, seminggu setelah menyembunyikan diri dari dunia luar, Jimin kembali bertemu dengan Taehyung di salah satu cafe dekat rumahnya.

Jimin merasa gerah dan memutuskan untuk membeli cappucino blended dengan whip cream sebanyak mungkin. Ia duduk di salah satu meja yang menghadap ke arah pintu masuk, sambil menunggu pesanannya. Ia mengutak-ngatik handphonenya, sekedar membuka instagram story temannya dan kemudian menontonnya satu per satu. Jika yang dilihatnya menarik, ia akan menontonnya sampai selesai. Jika tidak, ia hanya perlu menekan layar handphonenya sekali, mengganti bahan tontonannya.

"Hai"

Jimin mendongakkan wajahnya, matanya membelalak melihat sosok yang kini berdiri di depannya sambil tertawa. Jika kemarin ada rokok yang terselip di mulutnya, hari ini ia menggantinya dengan lolipop.

Kim Taehyung.

Busan dan Taehyung. Keduanya sama-sama panas. Jimin tidak membalas sapaan Taehyung dan memilih untuk kembali menyibukkan diri dengan handphonenya. Ia terlihat sedang mengetikkan sesuatu, tak mempedulikan Taehyung yang menarik kursi ke arahnya dan kini duduk lebih dekat dengannya. Kalau saja Taehyung tahu Jimin hanya pura-pura mengetik. Ia hanya sekedar mengetik beberapa huruf dan menghapusnya kembali. Begitu seterusnya.

"Ngapain disini?"

Jarak Taehyung kini sangat dekat dengan Jimin. Ketika Jimin menatapnya, ia bisa merasakan nafas Taehyung berhembus di wajahnya. Jimin tidak menyangka Taehyung akan duduk sedekat ini dengannya. Dari jarak sedekat ini, ia bisa melihat Taehyung memakai softlens berwarna biru muda

Taehyung masih tetap tersenyum sambil menghisap lolipopnya. Ia terlihat menikmati kedekatan jaraknya dengan Jimin, tidak memedulikan Jimin yang masih tidak menyapanya. Jimin kini memundurkan kursinya sehingga memberi jarak antara dirinya dan Taehyung.

"Ngapain disini?" tanyanya sekali lagi. Taehyung mengeluarkan lolipopnya dari mulutnya. Jimin sekilas melihat lidah Taehyung yang kini berwarna merah, sama persis dengan lolipop yang dipegangnya sekarang.

Jimin menarik nafas berat. "Pesan minum"

"Minum apa?"

"Cappucino blended"

"Lucu"

Lucu? Apanya yang lucu?

Taehyung seperti menyadari kebingungan Jimin. Ia tertawa lagi dan Jimin harus mengakui bahwa Taehyung terlihat sangat manis ketika tertawa. Mulutnya membentuk kotak.

"Mukamu terlalu manis untuk seseorang yang minum kopi"

Ooh.

"Tapi pantas sih. Kopi kan pahit. Kalo kamu yang minum, rasa pahitnya ternetralisir. Soalnya kamunya udah manis"

Jimin ingin mengutuk dirinya sendiri apabila ia merona malu mendengar ucapannya Taehyung. Ia tidak biasa digombali seperti ini. Tidak biasa mendengar orang lain mengucapkan kata-kata semanis ini kepadanya.

"Pipi kamu merah. Persis kayak stroberi." Ia menunjuk ke arah lolipop yang dipegangnya.

Bukannya seharusnya merah seperti tomat ya?

"Kamu dan stroberi tuh sama. Manis dan favoritku" lanjut Taehyung sambil mengedipkan satu matanya dan kemudian kembali memasukan lolipop yang sedari tadi dipegangnya ke dalam mulutnya.

Jimin membuang muka, berusaha menyembunyikan wajah merahnya. Ia tidak boleh terpesona. Ia tidak boleh tersipu malu hanya karena gombalan tak bermutu dari pria aneh ini. Ya..Gombalan tak bermutu yang cukup membuatnya merah padam.

"Atas nama Jimin? Atas nama Jimin?"

Jimin segera bergegas ketika namanya dipanggil, tidak mempedulikan Taehyung sama sekali. Ia hanya ingin segera menghilang dari hadapan Taehyung. Pria itu benar-benar membuatnya gila.

"Atas nama Jimin?" Jimin mengangguk.

Barista di depannya menyerahkan cappucino blended pesanannya beserta sedotan dan beberapa tissue sambil mengucapkan terima kasih. Jimin tidak menoleh ke arah Taehyung lagi. Ia harus segera pergi dari sini. Ia bergegas mengambil pesananannya, memastikan semua barangnya sudah bersamanya, dan kemudian berjalan ke arah pintu keluar.

"Jimin"

Oh tidak.

Taehyung berdiri di dekat pintu keluar, membuka pintunya sehingga Jimin tidak kesusahan untuk membuka pintu sambil memegang barang-barangnya. Lolipopnya sudah lenyap, mungkin sudah habis.

"Nama kamu bagus"

Taehyung masih berada di sampingnya, berjalan mengikutinya. Jimin berusaha terlihat cuek dan tidak memedulikan Taehyung. Angin Busan yang berhembus kencang membuat Jimin bisa mencium aroma Taehyung yang berjalan berdampingan dengannya. Stroberi.

"Kamu ngapain ngikutin aku?"

"Emang ga boleh?"

"Ga boleh"

"Kenapa ga boleh?"

"Ya ga boleh"

"Terus kata siapa aku ngikutin kamu? Aku mau ke toko buah di seberang jalan situ kok"

Jimin melihat ke arah seberangnya, mengikuti ke arah telunjuk Taehyung yang menunjukkan toko buah dengan banner bertuliskan "diskon". Jimin ingin menghilang saja dari hadapan Taehyung. Pria ini benar-benar tahu cara mengelabuinya.

"Jimin"

Jimin menoleh ke arah Taehyung yang kini mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakan rokoknya dengan korek api elektrik berwarna putih dengan sebuah gambar stroberi. Pria ini maniak stroberi.

Jimin sejujurnya membenci orang yang merokok. Ia tidak suka menghirup asap rokok, tidak suka bau rokok yang membekas di tubuh perokoknya. Ia akan menjauh ketika melihat ada orang yang merokok.

Akan tetapi, Taehyung sangat atraktif ketika melakukannya. Apalagi sekarang. Taehyung memakai kameja flanel kotak-kotak, perpaduan warna soft blue dan soft pink, kancingnya dibiarkan terbuka semua, memperlihatkan kaos putih polos yang dipakainya. Ia mengenakan celana jeans hitam yang sobek di bagian lutut. Jimin memperhatikan jemari tangan Taehyung yang dipenuhi cincin dan telinganya yang dipenuhi piercing. Rambutnya berantakan terkena angin dan sesekali terangkat ke atas, memperlihatkan dahi dan alisnya yang tebal.

"Kalau aku ajak kamu ngedate, mau ga?"

Strawberries And CigarettesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang