When Your Fingers Walked In My Hand

958 129 7
                                    

Jimin menyesal mengikuti Taehyung. Tidak. Ia tidak menyesal karena sekarang berada jauh dari rumahnya dan harus duduk di tepi pantai yang sunyi ini. Ia tidak menyesal karena harus terjaga oleh suara ombak dan menikmati langit gelap berlukiskan bintang di atas kepalanya. Ia menyesal karena ia berada di tepi pantai, dengan deru angin yang kencang, tanpa menggunakan jaket. Ia hanya menggunakan kaos tipisnya dan celana pendek selutut, tidak cukup untuk menghangatkan badannya yang kedinginan.

Jimin merutuki dirinya sendiri karena main pergi dari rumah begitu saja, tanpa mengambil jaketnya terlebih dahulu. Jimin adalah seorang yang penuh perencanaan, selalu melakukan sesuatu dengan mempertimbangkan resiko dan keuntungan yang akan didapatnya. Malam ini, ia melakukan semuanya tanpa rencana. Semuanya karena Kim Taehyung.

Jimin duduk sendirian di tepi pantai. Taehyung masih saja tidak terlihat. Ketika mereka sampai dan memarkirkan mini truck-nya, Taehyung meminta Jimin untuk berjalan terlebih dahulu ke arah pantai.

"Kamu.."

"Aku ga bakalan ninggalin kamu. Jalan aja dulu. Ntar aku nyusul"

Jimin tidak tahu kenapa ia begitu mudah mempercayai Taehyung. Ia membiarkan Taehyung masuk dengan mudahnya ke dalam kehidupannya. Ia membiarkan Taehyung membawanya ke pantai saat tengah malam dan sekarang ia membiarkan dirinya patuh terhadap permintaan Taehyung. Bagaimana jika Taehyung meninggalkannya disini? Bagaimana jika Taehyung ternyata adalah salah satu oknum yang melakukan human trafficking? Bagaimana jika Taehyung berniat membu-

"Nih"

Semua firasat dan pikiran buruk Jimin terhenti seketika ketika ia merasakan beban ringan yang jatuh ke bagian belakang tubuhnya. Selimut!

"Kamu harus pakai itu biar gak dingin"

Taehyung mengambil tempat di samping Jimin dan kemudian mengatur posisi selimut sehingga selimut itu kini menutupi sebagian tubuh Jimin dengan rapat. Ia kemudian mengeluarkan rokok dan korek api elektrik dari dalam saku jaketnya, menyalakan rokoknya dan kemudian menghisapnya. Sungguh sangat seorang Kim Taehyung.

"Kamu sering kesini?"

Jimin memulai percakapan malam ini. Biasanya Taehyung yang akan mulai berbicara. Hanya saja, Jimin ingin bertanya. Ia ingin tahu.

"Ya. Aku suka kesini"

"Kenapa?"

"Sepi. Kalau mau mikir, disini paling enak tempatnya"

Bahkan seorang Kim Taehyung pun butuh waktu dan tempat untuk berpikir. Jimin mengira semuanya akan menjadi serba let it flow jika sudah menyangkut Kim Taehyung.

"Berpikir soal apa?"

"Banyak"

"Misalnya?"

"Gimana caranya biar seorang Park Jimin mau nerima ajakan ngedatenya Kim Taehyung"

Jimin memukul pundak Taehyung yang kini bergetar karena tawanya. Bisa-bisanya.

"Aku serius"

"Aku juga serius. Kamu kapan mau aku ajak ngedate?"

"Ngedate sama aku bikin bosan"

"Kata siapa?"

"Kataku"

"Ga valid"

"Ya udah. Kalo gitu, anggep aja ini ngedate"

Jimin tidak lagi mendengar suara Taehyung sehingga ia mengalihkan pandangannya yang sedari tadi menatap lautan kosong di depannya ke Taehyung yang kini sedang menatapnya juga. Taehyung mengeluarkan gumpalan asap dari mulutnya. Ia kemudian tersenyum.

"Kamu yakin mau anggap ini ngedate? Ini belum romantis lho"

Jimin mungkin sudah terlalu sering mendengar gombalan Taehyung sehingga kalimat yang keluar selanjutnya dari mulutnya sendiri bahkan membuatnya tidak percaya.

"Kemana pun asal sama kamu, pasti selalu romantis"

Jimin langsung membuang muka, tidak sanggup menanggung rasa malu yang kini menyelimuti dirinya. Ia tidak tahu darimana ia bisa mendapat kepercayaan diri untuk mengucapkan kalimat seperti itu. Ia mempermalukan dirinya sendiri. Bagaimana jika Taehyung merasa tidak nyaman atas kalimatnya tadi? Tapi kan Taehyung juga suka ngegombal? Bagaimana jika Taehyung akan menganggapnya aneh? Tapi kan Taehyung juga sering ngerayu dia? Bagaimana jika-

Sekali lagi segala sesuatu yang dipikirkan Jimin di otaknya terhenti ketika ia merasakan tangannya menjadi hangat. Bukan hangat karena selimut, tetapi hangat karena ada tangan yang lebih besar kini menggenggamnya.

"Ngedate belum bisa dibilang ngedate kalo aku belum pegang tangan kamu" ujar Taehyung, mengeratkan genggamannya ketika ia tidak menerima protes dari Taehyung.

Jimin tidak terlalu mengenal arti kata ngedate. Ia tidak pernah berkencan. Ia tidak tahu seperti apa kencan pertama yang ideal. Ia tidak tahu apa yang dilakukan orang lain di kencan pertama mereka. Ia tidak tahu orang lain bisa langsung menggenggam tangan pasangan kencannya di kencan pertama mereka. Satu hal yang Jimin tahu. Ia menyukai sensasi membiarkan tangannya digenggam tangan Taehyung. Nyaman dan hangat.

Strawberries And CigarettesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang