Objek di depan sana, menjadi fokus bagi para pelukis yang tengah menghayati dari sisi mana saja penggambaran objek itu bisa terlihat indah. Semua tampilan akan indah, saat penghayatan yang penuh dengan naluri kita aplikasikan melalui goresan pensil di atas kanvas besar itu. Begitulah cara Sehun mengekspresikan semua benda yang ia lihat, ia menyampaikan setiap 'amanat' benda yang ia lihat melalui goresan pensil. Hidupnya adalah sebuah seni lukis. Sehun sudah ditakdirkan menjadi seorang pelukis, Ia begitu mencintai kegiatan ini.
"Hei Apa yang kau lihat?"
"Coba lihat namja-namja di lapangan basket itu!. Mereka semua tampan. Terutama yang tinggi, yang rambutnya dikuncir itu. Aiissh~~ dia sangat tampan. Dan lihat, dia manis sekali. Dia pakai ikat rambut warna pink."
"Mereka pasti taruhan basket lagi."
"Tsk... Kalau Chanyeol dan si Jongin itu bersama, apapun bisa mereka jadikan taruhan."
"Jadi kau mengenal mereka?"
"Tsk... Siapa sih yang tidak kenal dengan Chanyeol?"
Walaupun sudah jelas larangan untuk anggota diluar klub melukis yang boleh masuk keruangan ini. Tapi masih ada yeoja-yeoja pembangkang yang menyalahgunakan ruangan klub seni sebagai ajang tontonan mereka melihat kearah lapangan.
Yeah, dari ruangan klub kesenian inilah tempat yang paling tepat untuk melihat, memantau dan menyaksikan dengan jelas pemain-pemain dari team basket bertarung. Klub kesenian begitu teduh, tidak seperti dilapangan harus berpanas-panasan. Maka dari itu yeoja-yeoja itu menyukai ruangan seni sebagai tempat untuk menonton.
Sehun masih terfokus dengan objek yang ia gambar, namun gendang telinganya menangkap jelas suara histeris yeoja-yeoja itu.
'Namja berkuncir?, Apakah itu Chanyeol yang tadi meminjam ikat rambutnya?' hatinya langsung mengerti dengan namja yang dimaksud oleh mereka.
Sehun kembali melanjutkan konsentrasinya yang sempat terpecah, dan kembali melukis dengan hikmat.
.
.
.
.
."Sehun, apa kau belum selesai menggambar?" orang terakhir yang berada di ruangan klub seni bertanya pada Sehun yang masih setia melukis objeknya.
Ruangan klub seni telah sepi, hanya tinggal mereka berdua yang berada disana.
"Aku masih ada perbaikan sedikit." Sahut Sehun.
"Selesai menggambar jangan lupa tulis namamu! Besok Songsaenim akan menilainya. Aku pulang duluan. Bye!" pamit yeoja itu, keluar dari ruang klub kesenian dan meninggalkan Sehun seorang diri.
"Hhmm. Bye!"
Sehun kembali fokus dengan objek seni yang sedang digambarnya. Ia harus menyiapkan tugasnya hari ini, paling tidak mood-nya sedang baik saat ini.
Sebuah langkah mengendap-endap masuk ke dalam ruang klub seni, tanpa diketahui oleh Sehun. Sosok misterius itu mengunci rapat-rapat pintu depan ruang seni, berharap tidak ada yang mengganggu waktunya saat ini. Sehun tidak menyadari itu, sampai sosok itu semakin lama semakin mendekat kearahnya, membuat ia berjengit kaget melihat kehadiran sosok itu yang sudah berada disamping objek yang tengah dilukisnya.
"Lee songsaenim."
Pria yang berstatus sebagai Dosen itu, tersenyum mendengar namanya dipanggil oleh Sehun,
"Apa Songsaenim mencari ku?."
"Tidak. Teruskan saja gambarmu. Aku hanya kebetulan lewat, Sekalian datang lihat-lihat."
Lee Songsaenim terus saja mendekat ke arah Sehun. Ada kilatan berbeda dari sorot mata namja itu. Ia sepertinya memiliki niatan lain, bukan berniat mengajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARS (CHANHUN GS) Slow Update!
RomanceDua orang yang sama-sama kesepian dan memiliki masa lalu gelap bisa saling menghibur dan mengobati satu sama lain, itulah yang terjadi antara Chanyeol, namja berangasan dan kerap tampil ugal-ugalan, dengan Sehun, si yeoja yang lembut dan tertutup. F...