The Girl and the Boys (part 2)

3.2K 317 13
                                    

VIII

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

VIII.

Jawabannya, nggak.

Yang ada, Sasuke malah banting stir supaya tetep ada di jalan tol, dan makin ngebut. Berhubung dia juga hapal rutenya di luar kepala, Sasuke nggak lagi perlu kartu nama untuk jadi petunjuknya. Yang sekarang dia butuhkan mungkin petunjuk agama atau apa pun supaya AT LEAST Sasuke inget kalo dia bawa anak orang di dalam Ferrari. Kalo, KALO, sampe kecelakaan—amit-amit—gimana?

Hal terakhir yang Hinata bisa lakuin cuma berdoa, nutup mata dan berharap, benar-benar berharap, nggak ada hal yang di luar harapannya. Err... intinya: aman, nyaman, tentram, dan berharmoni dengan alam.

Saat laju Ferrari melamban, Hinata hampir lupa untuk buka mata. Masih takut, dan anehnya, pergerakan yang disebabkan kecepatan masih nempel di badannya, jadi otak Hinata yakin, Ferrari masih bergerak meskipun udah berhenti. Ngerti deh kita sekarang kenapa Hinata kadang lemot.

Sasuke yang lagi-lagi mengaktifkan mood-nya di modus cuek dan gahar, keluar tanpa buka mulut. Dia ngiterin mobil untuk buka pintu Hinata. Berusaha untuk bersikap gentleman? Nggak! Nggak banget! Yang dia lakuin justru sebaliknya, emang dia yang bukain pintu, tapi nggak ada sopan-sopannya sama sekali waktu dia nyuruh Hinata untuk, "KELUAR!"

See?

Cewek yang gemeteran nggak bisa nurut, jangankan bergerak, buka mata aja belom. Kesel, nggak sabar dan emang dasarnya nggak punya etika, Sasuke nyelonong masuk (setengah badan) buat buka sabuk pengaman Hinata. Secara nggak langsung bergesekan dengan mesranya sama badannya Hinata. Andai aja ini fic romance seratus persen, adegan yang tadi pasti ditambah bintang-bintang dan bunga.

Tas ransel jatuh dengan menyedihkannya di halaman depan rumah Itachi. Meski kasar, Sasuke masih punya sedikit—sedikit banget—kebaikan. Dia ngejaga kepala Hinata supaya tetep nunduk dan nggak kejedut atap mobil waktu keluar. Sayangnya, Hinata nggak nyadar. Jadi, cuma kita-kita aja deh yang tau.

Hinata tiba-tiba diserang angin dingin saat nggak punya pilihan selain ngikutin langkah Sasuke yang seperti biasa, cepat. Cowok itu tanpa basa-basi buka pintu depan yang gedenya naujubilah dan berat banget, terus celingak-celinguk bentar mencoba untuk inget di mana ruangannya Itachi. Setelah yakin arah yang dia tuju, Sasuke jalan lagi.

"Aniki!" teriaknya, membahana mirip raungan singa di sirkus. Rumah gede nggak ada artinya buat Sasuke, dia masih melangkah dengan cepat dan nyeret Hinata. Tangan Hinata bisa dipastiin lecet setelah ini.

Pintu lain yang juga besar dan tinggi dibuka Sasuke tanpa diketuk dulu. Itachi nyantai duduk di balik meja sambil sibuk ngetik di laptop. Meski Sasuke udah masuk dengan menyeret cewek yang dia akuin sebagai pacarnya, Itachi masih terlihat serius dengan kerjaannya. "Bisakah kau lepas Hinata-san, Sasuke?"

"Kenapa dia tinggal di sini?"

"Ada masalah dengan hal itu?" Itachi akhirnya mengangkat wajah.

"Iya! Lo tau dia cewek gue! Kenapa juga diajak tinggal di sini?!"

My MadonnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang