12• Dicomblangin

218 46 22
                                    

Senin.

Ingin rasanya Rena membuang hari tersebut dari kalender.

Hari dimana harus bangun lebih pagi dari biasanya. Hari dimana harus mengikuti upacara. Hari dimana bakal pulang lebih sore dari biasanya.

Dan sekarang, Rena tengah bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Ia bisa bangun seperti ini juga berkat ide yang pernah Zico saranin.

"Kalo lo mau bangun pagi, caranya tuh lo pasang alarm jam 4 pagi, nah selang 1 menit lo ulang-ulang lagi sampe lo gedek sama tu alarm dan akhirnya lo bangun gegara kebrisikan."

Ide yang tidak berfaedah sebenarnya, tapi jangan salah, Rena sekarang jadi bisa bangun lebih pagi dari biasanya.

Walaupun kadang ia masih tetap bangun kesiangan gara-gara dia lupa ngeaktifin alarmnya.

Dan ada juga alarm hidup milik Rena, yaitu Dimas. Ya, Dimas juga kadang ikut tidur sekamar sama Rena yang aslinya disuruh buat ngebangunin Rena yang kebo banget.

Mama Rena bukannya tak mau membangunkan Rena, tapi kalo dibangunin sama Mamanya itu gak bakal bangun. Walaupun udah teriak-teriak sampe ganggu tetangga, tapi tetep aja ga bangun.

Malahan Rena bakal tetep tidur karena bagi Rena, suara Mamanya itu mirip putri kerajaan, suaranya halus banget, bikin ngantuk katanya.

Beda Rena beda Dimas, kalo bagi Rena suara Mamanya itu mirip putri kerajaan yang alus-alus, tapi bagi Dimas suara Mamanya itu mirip sama tarzan cewe.

Menggelegar! Apalagi kalo lagi marah-marah. Wezzzz bisa bikin rumah roboh!

"Ren, buruan!" ucap Dimas dari luar pintu kamar Rena.

Rena lantas mengucir asal rambutnya, "Bentar!"

Tak lama kemudian Rena membuka pintu kamarnya dan langsung menyambut Dimas.

"Morning, Abang!"

Dimas melirik melalui ujung mata, "Morning." lalu memegang pergelangan tangan Rena untuk dibawanya ke ruang makan.

Rena merasa ini bukan Abangnya yang biasa, setibanya di ruang makan, ia bisa melihat ada Pandega yang ternyata sudah ikut makan bersama Fera dan Duxeiro.

Ketika melihat Pandega saja Rena bisa menyimpulkan mengapa Dimas bisa seperti ini. Yaitu, karena Pandega dan dirinya bersaing di kuliahnya.

Setelah duduk dikursi sebelah Dimas, Rena menyapa Pandega, "Abang kapan dateng?"

Pandega tersenyum manis, "Barusan."

Rena hanya ber-oh ria dan melanjutkan memakan sarapannya. Pandangan Dimas tak bisa putus dari Pandega, bukan karena suka, tapi sebaliknya.

Biasanya Dimas akan berkoar sepanjang makan, tapi dia sekarang hanya diam sambil memakan sarapannya.

Duxeiro paham jika Dimas tak menyukai Pandega. Dimas juga tak suka apabila Rena dicomblangin sama Pandega.

Kata Dimas, "Biar Rena cari jodohnya sendiri, kenapa harus dicomblangin kaya gini, Yah? Rena masih belum dewasa, jalan hidupnya masih panjang."

Sama halnya dengan Fera, ia juga sebenarnya tidak begitu setuju dengan Duxeiro. Ia lebih setuju dengan perkataan Dimas, tetapi Fera masih bisa bersikap seperti biasanya, bukan seperti Dimas yang menunjukkan sikap tak sukanya.

RENAZICO (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang