Squeal maafkan aku sayang.
“Sebagai seorang Uchiha kita harus bersaing secara sehat.”
Sasuke memandang lawan bicaranya dengan pongah. Meski dia sedang menghadapi Uchiha lainnya yang memiliki harga diri tinggi, pantang baginya untuk menyerah.
Meski Ia akui Uchiha di depannya adalah saingan terberatnya.
“Daripada kita bersaing seperti ini, bagaimana jika kita membuat kesepakatan. Aku sangat yakin kesepakatan ini akan sangat menguntungkan untuk kita berdua, ” Sasuke terus berusaha berceloteh demi sebuah kesepakatan bersama. Namun berapa kali-pun ia berusaha merayu sang lawan, sang lawan tetap pada pendiriannya hingga membuatnya geram.
Pembicaraan itu terasa sia-sia baginya. Uchiha yang menurutnya sangat keras kepala di depannya hanya terdiam. Lebih tepatnya Ia tak peduli dengan pembicaraan itu. Bahkan sang lawan tak tertarik dengan ocehan Sasuke. Ia hanya tertarik dengan pekerjaan yang sedang serius Ia lakukan.
Entah mengapa pekerjaan sang lawan semakin terasa sulit dengan adanya ocehan Sasuke. Konsentrasinya sedikit buyar. Tak tahukah Sasuke, pekerjaan yang sedang digelutinya membutuhkan konsentrasi yang tinggi. Suara berat lelaki itu hanya mengganggu kegiatannya yang lebih menarik daripada ocehan omong kosong yang keluar dari mulut besarnya.
Kesepakatan itu apa Ia tak mengerti, sungguh Sasuke baginya hanyalah seorang pengganggu kesenangan.
“Begini, jika kau mau setuju dengan kesepakatan yang kita buat… akan kuberikan sesuatu yang lebih menarik dari sekedar permainan yang sedang kau lakukan.”
Sasuke memandang lawan bicaranya sambil menyandarkan punggungnya di kepala ranjang. Kakinya berselonjor dengan kaki kanan bertumpu pada kaki kiri. Pandangannya awas mengunci objek di depannya.
Dirinya lelah di acuhkan, sungguh nyali lawan bicaranya sangat besar. Memang seharusnya begitu seorang Uchiha, kuat, dan pantang menyerah.
Seperti sasuke yang kuat pantang menyerah sebelum lawan mainnya tumbang diatas ranjang. Itu adalah motto hidup sukses seorang Uchiha Sasuke.
“Kau jangan berpura-pura menjadi anak manis di hadapan Papa, jadilah anak yang kuat. Jangan menjadi seorang pengecut.”
Sasuke bergerak dari posisinya lalu duduk bersila tepat di hadapan lawan bicaranya yang berada di tengah ranjang.
“Aku akan memberimu boneka hidup yang lucu dan manis jika kau mau bersedia tidur sendiri."
Sasuke menghela napas sejenak. Diperhatikannya lawan bicaranya yang kesulitan menyelesaikan pekerjaan yang Ia geluti dari sepuluh menit yang lalu.
“Apakah kau setuju dengan kesepakatan ini, Uchiha Menma?”
“Hah?”
Menma mengalihkan perhatiannya dari Lego yang sedari tadi Ia pasang tapi selalu lepas. Mungkin kekuatan tangan mungilnya tak berpengaruh pada Lego-lego yang sedang Ia susun. Kemungkinan pamannya membelikan Lego murahan. Nyatanya beberapa kali dipasang tetap saja lepas.
“Ugh! Daddy cucah!”
Menma menyodorkan Lego yang dimainkannya sedari tadi, Ia lelah memasangnya. Daripada Daddynya mengoceh tak jelas, lebih baik membantunya memasang Lego-lego yang susah diatur.
“Ck!” Sasuke berdecak sebal, bukannya Menma menjawab kesepakatan yang Ia tawarkan malah mengalihkan pembicaraan.
Sasuke mengambil Lego dari tangan menma, menyusun semua Lego-lego yang berceceran di atas tempat tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
OS SasuNaru Fanfic
FanfictionDaripada di pisah pisah mending disatuin.Karena terpisah itu bikin susah. Berisi kumpulan OS SasuNaru. Ngetik semauanya. Karakter tetap meminjam dari Masashi Kishimoto.