Lebih dari Teman dan Kekasih

3.1K 275 13
                                    



Angin musim panas berhembus menyapu habis rasa hangat di dada seorang pemuda pirang yang sedang menatap hampa pemandangan di depannya. Jika akhirnya akan mengalami luka menganga di hatinya, ia lebih memilih tak pernah merasakan rasa cinta dalam hidupnya.

Namun satu hal yang ia sadari.

Kehidupan bukan hanya untuk sebuah kebahagiaan semata. Adakalanya rasa itu datang dan berganti tertelan waktu.

Empat tahun lamanya Ia hidup dalam Labirin cinta.

Ia tak tahu arah keluar dari perasaan yang menyesatkan otak gilanya.

Ia gila akan setiap sentuhan pemuda yang sedang bersendau gurau dengan gadis cantik di depan sana hingga membuatnya tak rela melangkah seinci-pun dari sisi pemuda itu.

Meski Duri-duri tajam siap menembus  hatinya setiap saat, namun ia tetap bergeming disana.

Tak ingin lagi merasakan rasa sesak yang memenuhi dadanya, Naruto pergi meninggalkan tempat terkutuk tersebut.

*

*

*

Terhitung empat jam sudah lamanya Naruto berjalan tak tentu arah. Kakinya terasa mau patah namun hatinya enggan berhenti. Ia terus berusaha keluar dari Labirin yang menyesatkan hatinya.

"Seharusnya aku membunuhmu sebelum   kau makin menyesatkanku" Naruto berkata lirih sambil terus berjalan tak tentu arah.

Ia tak menyesali perasaannya.

Yang ia sesali adalah hatinya yang terlalu rapuh.

Selama empat tahun bersama Sasuke, tak sekalipun pemuda itu menyatakan cinta padanya.

Bahkan saat mereka bercinta, pemuda itu hanya menggeram itupun saat pelepasan saja.

Tak ada obrolan setelahnya, ia akan tertidur lelap sampai pagi dan Naruto hanya menangis dalam diam.

Beberapa kali Sasuke bertemu dengan wanita yang berbeda, namun Sasuke selalu merahasiakannya.

Naruto sudah lama mengetahuinya dan ia tetap berpura pura menjadi orang bodoh.

Ia tahu wanita wanita itu disodorkan oleh keluarganya agar Sasuke tergoda dan kembali menjadi Sasuke yang dulu.

Sasuke yang gemar bermain wanita, mungkin.

Atau mungkin untuk membuat Sasuke memiliki keluarga yang sempurna.

"Aaaaargh!"

Naruto menjatuhkan diri bersimpuh di pelataran sebuah kuil. Kuil tua yang masih terawat dengan baik.

Saat rintik hujan musim panas menyapa dirinya dengan sentuhan lembut, ia membaringkan tubuhnya yang terasa lelah.

Ia menutup mata dengan lengan kirinya, sedang tangan kanannya meremat kemeja dibagian perutnya dengan kencang.

Sejenak ia hanya terdiam, namun detik berikutnya ia tertawa miris. Di saat ingin mati, kenapa ramen terlintas di benaknya saat ini.

Ternyata Ia melupakan penyakit magh yang dideritanya.

Biasanya Sasuke akan memakinya bodoh saat ia melupakan asupan makanannya.

Naruto meringkuk dan makin meremat kencang bagian perutnya.

Rasa sakit makin menjalar sampai ke ulu hatinya.

Ia tak peduli jika saat ini tubuhnya kotor bermandikan lumpur.

OS SasuNaru FanficTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang