6. Meriang

13 7 0
                                    

Bersekolah adalah kegiatan yang Widy sukai, setidaknya dulu. Dia bisa bertemu teman sebayanya, bercanda ria, dan yang paling penting uang jajan. Tetapi, entah mengapa hari ini ia sangat sangat malas keluar kamar, bahkan sekolah. Sudah beberapa kali pula Bi Imah menggedor gedor pintu kamarnya, seperti sekarang ini.

Tok..tok..tok...

"Non? Non udah siap belom? Pak imam udah nunggu non, udah nunggu di bawah" Panggil Bu Imah yang tak digubris oleh Widy

Bukan tanpa alasan Widy malas berangkat, ia meriang. Matanya juga masih tembem karena menangis semalaman. Ya, setelah ber vc ria dengan vannes, ia terbangun tengah malam dan mulai menangis. Ia bahkan mandi tengah malam dan berendam di bathtub dengan air dingin. Ia memang sering begitu ketika kesal. Lebih sering lagi melampiaskan nya dengan memakan makanan yang sebenarnya pantang untuk ia makan. Samyang, ramen dan makanan lainnya yang memacu adrenalin.

Tetapi kali ini ia ingin melampiaskan nya ke air. Air dingin. Dan semalaman itu pula, ia menggigil. Ia kini masih tertutup selimut sampai leher, yang terlihat hanya kepalanya saja. Ia sebenarnya tak tidur, hanya memejamkan mata menikmati ketenangan. Memang aneh. Tapi hal itu nyata ia lakukan semata mata melampiaskan kekesalannya.

Tok..tok..tok...

Lagi, lagi, lagi, dan lagi. Oke, Widy sudah kesal. Ia bangkit dan membuka pintunya dengan geram.

"Apa sih bi???? Dydy lagi bobok" geram Widy dengan muka dengan suara serak

"Tapi Non, kalo non ngga sekolah, bibi yang kena semprot ibu" terlihat jelas Bi Imah takut setengah mati

"Ya semprot balik pake aer lah bi, yauda gini aja, buatin aku surat izin, trus suruh pak imam nganterin ke sekolah Dydy. Oke?" Kata Widy enteng

"Tap.." belum sempat menyelesaikan perkataannya, Widy sudah memotongnya

"Ngga ada tapi tapian, lagian ya, Dydy tuh lagi sakit, Dydy meriang"

"Aduh non, ada ada aja. Mbok Yo kalo rindu sama pacar bilang sama pacarnya" ujar bi Imah

"Hih, bukan itu, Dydy sakit beneran, nih coba rasain, jidat Dydy panas" Widy menarik tangan bi Imah dan menempelkannya ke dahinya

Seketika itu bi Imah histeris

"Non kok ngga bilang sih? Non istirahat ya? Bibi bikinin makanan spesial rumahan ala chef Juna, sana sana non masuk" bi Imah mendorong Widy ke dalam kamarnya lagi

Sungguh, ia senang melihat bi Imah begitu khawatir padanya. Namun ia lebih senang lagi bila bundanya yang sekarang diposisinya bi Imah. Bun, kapan pulang?

                                       ❣

"Kecebong Napa ngga masuk?" Tanya Kayla sambil menyeruput jus mixed fruit nya

"Sakit katanya, tadi pagi kan Pak Imam dateng kesekolahan, dan ngasih surat ijin, gue agak kaget sih, semalem kan gue sama dia vc an" tutur Vannes

Vannes, Widy dan Brandon memang berbeda kelas dengan Daniel serta Kayla. Apalagi Rasya.

"Sepi juga ngga ada si cebong" kata Daniel sembari mengedarkan pandangannya ke segala penjuru kantin

"Iya sih, gue juga ngerasain hal yang sama, ngga ada yang ngusilin gue" gerutu Kayla

"Abis itu kalo dia masuk, trus ngusilin Lo, seketika itu Lo berdoa biar dia ilang di telen bumi, gitu kan?" Sindir Brandon

"Hehehe iya juga sih" kekeh Kayla

"Eh tapi kok dia ngga ngabarin kita sih?" Lanjutnya

"Kaya Lo ngga tau aja, dia kayak gimana" sahut Daniel

Semuanya mengangguk setuju, sementara Rasya diam saja tak menanggapi. Dia merasa sedikit senang. Entahlah, apa ia mulai menjadi teman yang jahat? Oh, itu tak boleh terjadi! Bagaimanapun juga, Widy telah banyak membantunya dulu. Tapi, mengapa ia merasa senang kala Widy sakit? Bukan karena sakitnya yang ia senangi, tapi karena ia tak lagi disampingnya sahabatnya. Bukan mereka berlima, tapi salah satu dari mereka.

Orang yang Rasya rindukan, dan sayangi. Namun orang yang ia sayangi, telah menemukan cintanya. Walaupun begitu, Rasya susah menghilangkan rasa sayangnya pada orang tersebut. Ingat? Ia berada di mode sayang. Bukan suka lagi, tapi takut kehilangan. Ia melamun dan memikirkan, bagaimana caranya ia bisa memilikinya?

Sungguh, ia benci pada situasi ini, dia menganggapnya sebagai saudara, sedangkan Rasya? Ia ingin dianggap lebih dari saudara! Rasya terus berlarut dalam lamunan hingga ada tangan yang menepuk bahunya agak keras.

"Astaghfirullah!" Pekik Rasya

"Heh! Ngapain sih kamu bengong? Bengong mikirin masa depan dan anak anak kita ya? Abang tau kamu udah ngebet kawin, tapi jang...." Kayla menyentil bibir Daniel

Rasya tersenyum melihat situasi lucu ini, ia teringat dulu ia dan sahabatnya selalu bercanda gurau. Tapi sekarang tidak, karena ada suatu hal yang menjadi penghancur.

"Tuh mulut kagak pernah mikir dulu kalo mau ngomong" tukas Kayla

"Lo yang bego, otak ya nih nih, dikepala, mulut itu buat bacot sama makan" ketus Daniel

"Eh gue lupa, otak Lo kan di kaki" lanjutnya

"Hih nyebelin dasar taik!" Ejek Kayla pada Daniel

"Heh, udah udah, jadi ntar kita nengok ngga?" Tanya Vannes

"Gue bisa, tapi bentar" ujar Brandon cuek

"Emang Lo kemana?" Kini Kayla yang bertanya

"Oma sakit"

"Oh, yaudah, Sya, Lo mau ikut ngga?" Ujar Vannes dan diangguki Rasya

"Gue ikut, tapi bentar juga kek Brandon, gue ada tugas" kata Rasya

"Ntar pulang sekolah ngumpul di parkiran ya? Gue bawa mobil, ntar kita barengan aja" sahut Daniel santai

"Nggak, gue bawa motor sendiri" Brandon mengucapkan 5 kata tersebut lalu pergi ke kelasnya

"Kebiasaan" gumam Rasya

"Lo ngomong apa sya?" Tanya Kayla

Rasya menggeleng dan melenggang pergi menuju kelasnya

"Ah elah, ditanyain malah cabut" gerutu Kayla

"Gue sama Kayla ngga bawa motor, kemungkinan kita nebeng Lo" kata Vannes

"Lah kan emang Lo tiap hari nebeng? Ngga bayar pula" sindirnya

"Halah, sama temen sendiri aja perhitungan, jahat Lo" Kayla menatap tajam Daniel

"Apa liat liat gue? Gue tau, gue ganteng, tapi jangan harap gue mau sama Lo, anak bau jigong" Daniel juga akhirnya melesat pergi

"Kuy balik, ntar dimarahin pak bumil lagi" Kayla mengangguk

Jauh dihari lubuk Kayla, ia merasa sakit hati dengan apa yang Daniel katakan. Ia takut kalau itu adalah kebenarannya. Kebenaran kalau dia ilfil padanya. Ia takut jika ia ketahuan menyimpan perasaan pada Daniel, membuat Daniel menjauhinya.

Apa mungkin harus Kayla pendam dan kunci rapat rapat perasaannya? Jawabannya pasti tidak! Ia sudah tau konsekuensinya, jadi, itulah yang akan dihadapinya kelak.

--------------------------------❣-------------------------------

Huft.. aotor cedyh. Pollowh dong gaes. Pollow pollow pollow. Ngga juga nggapapa nde. H3h3h3h3

Si Rasya kok gitu ya? Ada apa sih?

Njut:v

FallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang