13. Tytyd

18 1 0
                                    

  "Pokoknya gue harus menang"

-Brandon Angkasa Cakra-

   Di sisi lain, ada Brandon dan Widy yang sedang mojok di perpustakaan. Hanya mereka berdua, karena memang biasanya mayoritas murid apabila jamkos akan pergi ke kantin. Brandon dan Widy sedang memainkan game online yang saat ini sedang booming disemua kalangan usia, PUBEG.

Terkadang mereka berteriak kesetanan dan berakhir pada omelan Mbak Yuna, penjaga perpustakaan.

"Sembunyi dulu ogeb," omel Brandon pada Widy.

"Iye iye, sabar."

Terjadi keheningan. Hanya terdengar suara tembakan berasal dari android masing masing.

"Cepetan Bran, nih bentar lagi gue sekarat, cepetan woy!" Widy berujar dengan gugup kala nyawa permainannya di ambang batas.

"Sabar, baru otw,"

Mereka melanjutkan permainan mereka sampai menang banyak kill. Kata mereka berdua, lebih penting skill dibanding skin. Setelah lelah bermain mereka berbaring di atas karpet dengan beberapa bantal untuk pengganjal kepala yang sengaja disediakan agar para pembaca buku nyaman.

"Wid," panggil Brandon pada Widy.

"Paan?" Widy memainkan rambut lurus milik Brandon. Sesekali ia tarik karena gemas.

"Pernah suka seseorang gak?" Brandon berganti menatap lewat sudut mata. Melirik raut wajah Widy yang agak masam.

"Ngapain tiba tiba mellow kek gini?" Widy mendengus tak suka.

Jika ditanya seperti itu, hancur sudah suasana hati Widy. Bukan tanpa alasan. Dia sudah beberapa kali mengalami kegagalan cinta. Berkali kali pula ia ditolak dengan cara halus. Meski dulu ada yang menyatakan cinta padanya, ia menerimanya dan memutuskannya dengan cepat. Dan laki laki yang ia lukai tersebut, selaku mengungkit ungkit masa lalu tersebut. Ia mengatakan bahwa Widy plin plan dan tak tulus mencintai seseorang. Namun ia hanya menganggapnya angin lalu.

"Ngga penting lo nanya begituan, ngga mutu," Widy mencebikkan bibirnya.

"Lo ngga mau apa punya pacar?" Widy menggeleng.

"Pacaran itu dosa Brandon," Widy menatap Brandon lalu cepat cepat ia memutuskan kontak mata tersebut.

"Selagi enak? Kenapa engga?"

"Enak apanya?"ketus Widy , "Pas pendekatan sikapnya manis, waktu udah pacaran sikap aslinya muncul. Awal dibuat melayang, akhirnya dibuat jatuh. Trus, bisa mengundang zina. Tau ngga sih? Haram hukumnya pacaran," Widy menarik rambut Brandon hingga sang empunya meringis.

"Sok sok an lo, ngga usah sok alim deh. Gue tau lo kek gimana," Brandon mengubah posisi menjadi duduk tegak.

"Lagian ya," Brandon menangkup kedua pipi Widy yang tembem tersebut lalu menggoyangkan ke kanan dan ke kiri "Lo tau najis mugholadha kan?"

"Tau, itu elo kan?" Sungut Widy hingga membuat Brandon makin gencar untuk terus memainkan pipi Widy bak squisy. "Eh engga dong, itu kan elo" Brandon terkekeh.

"Ihhh bran, udah dong, malu kalo diliat orang," Widy menarik paksa tangan Brandon untuk menjauh dari pipinya namun sia sia karena tenaganya kalah dengan lelaki menyebalkan di depannya itu.

"Emang ada yang mau liatin lo?"

"Kalo ada yang liatin lo, apalagi cowok, gue colok matanya," Brandon berhenti menggoyangkan pipi Widy dan menatap perempuan bermata coklat itu lekat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 09, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang