7. Samyang

12 6 0
                                    

"Non, temen temen Non Didy dateng" ujar bi Imah dari balik pintu kamar Widy

"Suruh langsung naik aja bi" sahut Widy ogah ogah an

Banyak tisu yang dibiarkan Widy berceceran. Bekas ingus. Sedari tadi hidungnya mengeluarkan cairan putih bening nan lengket. Sungguh, ini sangat mengganggu pernapasan nya. Ia jadi sulit bernapas, suara bindeng, nafsu makan hilang. Huft.

Tanpa permisi, Vannes langsung membuka pintu kamarnya dan tercengang melihat tisu yang tersebar dimana mana. Lalu ia mengambil sapu dekat kamar Widy dan membersihkannya, sedangkan teman temannya yang lain duduk di sofa dekat jendela kamar Widy.

"Nes, udah, nanti biar gue yang bersihin"

"Udah, biar gue aja, Lo sakit, jadi ngga usah banyak bacot" ketus Vannes

Vannes memang ketus. Ia ketus apabila ada masalah. Namun Widy tak mengerti ada masalah apa. Utang barangkali?

Widy melirik Brandon yang menenteng tas plastik dengan logo Indomerit. Widy sangat senang, dan malah sangat gembira. Brandon menempati permintaannya. Merasa dilirik, Brandon menatap Widy dan menghampirinya lalu duduk di bibir ranjang.

"Nih, pesenan Lo" Brandon melemparkan tas plastik tersebut pada Widy dan mengenai wajahnya

Widy membukanya

"Auww, makasih bebeb, makin cayang deh" Brandon bergidik ngeri dengan jawaban yang Widy berikan

"Jijik"

"Jijik tapi sayang, iya kan??" Godanya

"Apaan sih, sini biar gue yang masakin"

"Jadi mulai perhatian nih? Wkwkwk, gue ngga salah pilih pasangan hidup" ujar Widy ngasal

Sementara yang lain menyaksikan itu dengan geleng geleng kepala. Tapi ada satu orang yang sedang terbakar api cemburu. Ia menyesal ikut datang ke rumah Widy.

"Um.. Bran, biar gue aja yang masakin, Lo sama yang laen disini aja" ujar Rasya mengajukan diri

"Jangan Sya, biar pelayan gue aja" tunjuk Widy pada Brandon

"Ogah"

"Pelayan laknat" sungut Widy

"Sama gue yok Sya" ajak Daniel dengan senyum modus

"Jangan, Sya, Lo sama gue aja, jangan mau jatoh di lobang buaya, bisa bahaya" belum sempat membalas cercaan Vannes, vannes lebih dahulu menarik tangan Rasya menuju dapur

Sesampainya di dapur, Vannes membuat minuman. Dan kebetulan juga, di sana ada bi Imah.

"Aduh non, biar saya aja" cegah Bi Imah

"Udah bi, pannes tau kalo bibi capek, biar pannes aja, sekali kali gitu" jawab Vannes lembut. Bi Imah yang awalnya ragu, akhirnya mengiyakan nya. Kini pandangan bi Imah jatuh pada Rasya. Ia sepertinya familiar padanya. Tapi, dimana?

"Saya sepertinya pernah melihat non, non cantik ini siapa ya?" Tanyanya pada Rasya

"Saya Rasya bi, dulu Rasya yang pernah berantem di sini sama Widy, yah sebenernya saya males bahasnya bi, tapi, biar bibi ngga kepo, ya saya kasih tau lah, hehe" tutur lembut dari Rasya membuat terperangah

"Saya cuman mau pesen aja non, jangan bikin non Dydy sakit hati dan sakit fisik lagi ya? Saya permisi" pamit Bi Imah

Sementara itu, Vannes tengah menatap tajam kearah Rasya. Ia ingin menuntut penjelasan. Tapi, ia malas berbicara dengan Rasya. Dari awal memang ia tak suka, tapi ia luluh hanya melihat senyumannya yang terlihat tulus. Terlihat. Tulus.

FallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang