1.Es krim terbang

11 4 0
                                    

Suasana damai terlihat dari sebuah kamar bernuansa biru. Terlihat sosok bertubuh mungil dan berkulit putih bersih sedang bermalas malasan diatas ranjangnya. Panggil saja Sherin.

Diandra Sherin Amalia. Blesteran Bandung - Padang. Ibunya yang asli Padang dan ayahnya yang Asli Bandung.

Suara pintu diketuk. Memecah keheningan suatu kamar.

"Adek bangun. Udah ditunggu Arvi dibawah," teriak Mila. Bunda Sherin

Sherin yang mendengar teriakan bundanya langsung berdecak.

"Bentar bun," sahut Sherin malas.

Sherin yang  tadinya  bermalas malasan langsung bangkit dari ranjangnya. Berjalan dengan langkah gontai. Hawa liburan seperti mengubah dirinya.

Matanya menatap beberapa pakaian yang berdiam manis di lemari kamarnya. Tangan putihnya mengambil dengan mendesah malas.

Kalau bukan karena tugas, gue pasti udah lanjutin ritual tadi. Batinnya

Ia menatap pantulan dirinya di cermin sambil tersenyum ,"Sempurna."

----

Terdengar suara tawa  dari anak tangga yang sekarang Sherin pijak. Rambutnya yang dikuncir bentuk ponytail bergoyang seiring langkah kakinya.

"Kelihatannya asik, sampai aku gak diajak huh," sindir Sherin setelah sampai dipijakan terakhir.

Suara tawa mereda, mereka memandang Sherin sambil geleng-geleng kepala.

"Lo yang telat. Anak gadis bangun siang. Suami lo besok sarapan apa? Batu bata," desis Fathur. Abang Sherin.

Sherin mendengus,"gue masih kecil bang, jangan lo kotorin pikiran anak kecil dengan kata N.I.K.A.H"

"Kecil? Labil iya!" ucap  Fathur tidak mau kalah.

Mila berkacak pinggang,"Berantem terus kerjanya, kapan akurnya?" tanya Mila sambil menatap kedua anaknya yang beranjak dewasa.

"Bunda harus tau kalau kita gak berantem rumah ini sepi bun. Karena kalau kita berantem kita jadi tambah kompak," jelas Sherin sambil menepuk pundak fathur.

"Bener tuh bun," sahut Fathur sambil merangkul pundak Sherin.

Terjadilah aksi saling rangkul merangkul.

Mila tertawa melihat aksi anaknya," adek gak jadi pergi?"

"Jadi bun."

"Bunda, aku jalan dulu," pamit Sherin sambil menyalami tangan Mila yang disusul oleh Arvi

"Iya sayang. Hati-hati. Jangan kebut kebutan dijalan" titah Mila.

"Bunda tenang aja, Sherin akan pulang dengan selamat tanpa lecet ataupun tergores," ujar Arvi sambil terkekeh.

Mobil yang dikendarai Sherin telah berlau pergi menjauh dari jangkauan rumahnya.

---

Hening menyelimuti mobil yang dikendarai dua remaja menuju ke pusat perbelanjaan, hanya suara penyiar radio yang mengatakan ramalan cuaca atau berita gosip seputar dunia hiburan.

"Vi.." Panggil Sherin.

"Hmm" jawab Arvi singkat.

"Lo tau gak-" ucapan Sherin terpotong.

"Gak," jawab Arvi cepat.

"Ishh gue belom selesai ngomong. Lo kok nyebelin sih hari ini. Otak lo disabotase kan sama bang Fathur," tuduh Sherin. Meskipun ada benarnya.

GAME!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang