XI IPA4 hening. Semua murid melihat kearah papan tulis atau hanya sekedar pura pura. Ada yang hanya mencoret-coret buku. Bergaya membaca buku aslinya tidur seperti yang dilakukan oleh Sherin saat ini. Ditaruh buku didepan mukanya dan jaket digunakan untuk bantal.
"Apakah semuanya mengerti?" Tanya Bu Dewi galak. Guru dengan sanggul kece badainya dan kacamata yang menutupi seluruh alisnya. Fix itu berlebihan.
"Sudah bu," jawab murid serempak.
"Baiklah saya tunjuk kedepan untuk mengerjakan soal ini,"
Seluruh murid saling melirik. Raut muka risau terlihat jelas disana. Hanya satu siswi yang tenang dibangku paling belakang.
Mata Bu Dewi menyapu seluruh isi kelas. Dilihat nya satu persatu murid didiknya ini. Penglihatannya fokus kesatu objek lalu menggeleng kan kepalanya pelan.
Bu Dewi berjalan kearah bangku paling belakang.
Sontak perempuan sebelah Sherin langsung menyenggol lengan Sherin.
"Rin! Bangun woi! Mimpinya disambung nanti," bisik perempuan sebelah Sherin. Panggil saja Nessa.
"Rin! Bangun bego! Ada Bu Dewi!" Bisik Nessa lagi dan lagi.
"Rin! Woiii."
"Lo kaya anak setan ish."
"Jangan salah kan gue kalau nanti lo disuruh maju."
"Sherin bego! Bangun nyet!"
Sherin tetap tidak mau membuka mata. Membuat Nessa mendesah lelah.
Tante Mila dulu ngidam apa sampai yang brojol titisan kebo, bangun susah amat. Batin nessa
Bu Dewi telah sampai di markas rahasia Sherin. Eh- bangku Sherin yang dibuat kasur sementara.
Bu Dewi menyolek bahu Sherin. Membuat ia bergerak tak nyaman.
Bu Dewi menepuk bahu Sherin. Membuat ia berteriak,"Apa sih bun. Masih pagi juga. Gak akan telah."
Nessa menelan ludah. Bisa berabe urusannya. Batin Nessa waspada.
"Bangun!" Badan Sherin digoncang sedikit oleh Bu Dewi.
Sherin tetap menutup mata. Entah lem apa yang membuat mata Sherin terpejam rapat. Apakah lem kertas? Kayu? Tikus? Atau balsem sekalian.
Perempuan didepan Nessa berbisik kepadanya," kenapa gak lo bangunin tadi?" Panggil saja Cecilia.
"Lo harus tau. Meskipun kuping si titisan dedemit ini lo kasih mercon dia tetep gak bangun!" jelas Nessa frustasi.
"Sherin! Bangun!" Titah Bu Dewi tepat didepan telinga Sherin.
Membuat Sherin langsung menegakkan badannya. Ia mengusap telinga-nya yang sedikit sakit. Jemari Sherin mengucek mata belonya dan meregangkan tangan yang sedikit pegal, mungkin posisi tidur yang salah.
Ia menatap teman teman sekelas nya,
"Kenapa semua Mandang ke gue."Seseorang berdeham kecil, membuat Sherin menoleh langsung saja cengiran Sherin keluar.
"Kamu! Udah berani tidur di pelajaran saya. Kamu mau menjadi anak Badung?" semprot Bu Dewi.
Sherin diam membisu.
"Ayo jawab!"
"Saya ngantuk berat bu, saya tidur di satu jam pelajaran bukan berarti saya anak nakal Bu," pidato Sherin membuat mereka semua membuka mulut.
Karena apa? Ada yang berani menjawab pertanyaan bu Dewi! Fix yang buat cerita ini berlebihan.
"Kamu yah berani menjawab pertanyaan saya. Mau jadi apa kamu besok berani menjawab pertanyaan guru."
KAMU SEDANG MEMBACA
GAME!
Teen Fiction#Humor√romance√family√ [Update seminggu tiga kali] "permainan ini yang membuat antara aku dan kamu ada kita" unknown "Rasa ini terbentuk karena sebuah permainan?" unknown Kisah klise tentang dua hati yang berlomba-lomba saling melepaskan. Seakan-ak...