7. bertemu

0 0 0
                                    


Semuanya berubah. Kita semakin menjauh semenjak  kejadian dimobil beberapa hari lalu. Apa salah gue buat melindungi seseorang yang sudah gue anggap saudara sendiri. Dia berubah. Apa dia secepat itu melupakan sosok yang sedang berjuang mati-matian melawan masa menyakitkan disana. Gue gak akan biarkan dia mencampakan kakak gue dengan mudah. Gue pasti menghalangi.

Arvi merenung memikirkan strategi cara menjauhkan dia dari mara bahaya empat lelaki yang di idolakan para kaum hawa disekolahnya.

Ia menatap foto yang terpajang manis ditembok kamarnya. Terlihat dua sosok laki-laki berwajah kembar dan satu perempuan manis ditengahnya. Mereka  sedang berpose tersenyum bahagia seolah-olah tidak ada masalah yang membebaninya.

Arvi mengusap bingkai foto tersebut senyum sendu tercetak jelas di mulut Arvi.

Drttdrttdrtt

Ponsel Arvi diatas nakas bergetar. Dahinya berkerut mengapa bunda Mila menelpon?

"Assalamualaikum, tumben bunda telpon." tanya Arvi dengan senyum hangat.

"Waalaikumsalam. Tante mau kasih kabar," ucap Mila lirih,"F-fathur d-dia kecelakaan,"hilang sudah senyum Arvi.

"Tante kirim alamat rumah sakitnya. Nanti Arvi kesana tan,"

"iyaa.. nanti Tante kirim."

Sambungan dimatikan. Arvi segera menyimpan ponselnya.

Arvi berjalan dengan tergesa-gesa. Ia harus segera memberitahu Andita. Mama Fathur

Bayangan Sherin diotak Arvi yang terlihat terpuruk oleh kejadian beberapa tahun yang lalu seperti kaset rusak. Terngiang-ngiang dikepalanya.

----

Mila memandangi langit-langit rumah sakit dengan tatapan kosong. Jauh didalam lubuk hatinya ia sangat khawatir dengan kondisi anak laki-lakinya. Hans sedang kekantor polisi. Anaknya korban tabrak lari? Yang benar saja. Untung saja Sherin belum tau bahwa abangnya korban tabrak lari, bisa bisa ia mengamuk kalau sampai hal itu terjadi.

"Mila.."

Lamunan Mila buyar, ia tersenyum sendu kearah Andita.

"Bagaimana sama Fathur?"

"Masih sama kondisinya."

Mila memijit pelan pangkal hidungnya. Matanya menerawang jauh.

"Fathur korban tabrak lari bukan kecelakaan tunggal. Aku gak tau apa motif sang pelaku," gumam Mila sambil menatap lurus kamar rawat Fathur.

"Fathur punya musuh atau mungkin pelakunya kabur?" tanya Andita.

Mila menggeleng,"kita tunggu hasil dari polisi dulu."

Andita menggangguk paham,"Sherin udah tau tentang hal ini?"

"Udah tau, tapi tentang tabrak lari belum tau sendirikan dia nekat sukanya. Dia masih didalam ruang,"

Andita melirik kearah Arvi,"Kamu disini aja. Mama mau cari makan sama Mila," bisik Andita.

"Kita cari makan dulu buat yang lain, Sherin kan punya maag nanti kambuh lo. Biar Arvi disini Nanti," bujuk Andita.

Mila bangkit dari bangku rumah sakit, ia sedikit Merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.

Kedua wanita paruh baya telah berjalan menjauh dari koridor rumah sakit.

Arvi menghela napas pendek, ia binggung apakah harus masuk atau menunggu sampai Sherin keluar?

Kaki Arvi bergerak tak nyaman. Ia bangkit dari zona nyamannya. Kakinya melangkah kearah toilet. Mungkin setelah ke toilet Sherin udah keluar ruangan.

"Huh Udah lega. Gile udah diujung tanduk tadi," gumam Arvi.

Arvi melangkah keluar toilet, matanya menyipit menatap seseorang yang sedang membongkar isi tas nya,"Sherin kayaknya," ia mempercepat proses jalanya.

"Ehem-" deham Arvi tepat didepan sherin.

Sherin yang tadinya fokus ke layar ponsel langsung mengangkat sedikit kepalanya. Matanya membulat sempurna.

"Lo!"

Arvi tersenyum,"Gimana kabar lo?"

"Seperti yang lo lihat."

"Lo masih marah?" tanya Arvi.

Sherin mendesah pelan,"Gue gak tau harus jawab apa."

Suasana canggung terasa, Arvi menatap sekeliling koridor rumah sakit sedangkan Sherin matanya fokus ke layar ponsel.

"Lo tau bunda kemana?" tanya Sherin yang masih fokus ke ponsel.

"Bunda sama Mama beli makanan," jawab Arvi.

Sherin mendesah pelan lalu ia memijat pangkal hidungnya. Ia sangat pusing memikirkan kejadian hari ini, hanya hari ini. Entah besok mungkin ia bisa lupa ingatan jangka pendek.
Kenapa semua orang harus menyembunyikan darinya tentang hal sepenting ini.

****

Author pusing, jadinya part terpendek sumpahhh:/ tapi habis ini akan langsung publish lagi. Ditunggu yah

GAME!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang