9. Rian raja drama

8 0 0
                                    

Mila bergerak gelisah. Ia takut jika Sherin terlalu banyak pikiran dan dia keluar.

Hanya satu nama yang ada dipikiran Mila. Revana. Alter ego Sherin. Keluar jika Sherin terpukul, banyak pikiran dan ketakutan itu poin utamanya.

Kepala Mila rasanya ingin meledak. Fathur masih belum bangun dari masa kritis dan ia sangat waspada jika revana keluar.

Mata Mila terpejam. Setidaknya dapat menetralisir rasa pening yang menjalar dikepalanya.

Ponsel Mila berbunyi membuat mila terbangun. Ia melihat layar diponselnya. Sherin telfon.

"Assalamualaikum, adek kenapa telfon?" tanya Mila.

"Pagi bunda, Rena kangen bunda," terdengar kekehan di sebrang sana.

Mila membeku. Dia beneran keluar.

"Bunda kok gak jawab si,"

"Halo sayang, bun-bunda ehm kamu revana?" tanya Mila.

"Nanti aja ceritanya, udah ada gurunya bun. Rena belajar dulu Bun. Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam. Jangan buat ulah rena!" Peringat Mila.

Hanya terdengar suara kekehan. Sambungan mati.

Tangan Mila mengepal kuat. Andai aja dulu gak terjadi.

Pikirnya menerawang jauh, mengingat kejadian beberapa tahun lalu.

Lamunan Mila buyar ketika mendengar suara serak dari seseorang,"Bun air."

Tangan Mila langsung bergerak cepat mengambil air.

"Ini minum pelan pelan sayang," ucap Mila lembut.

"Makasih bun."

"Kamu udah sadar. Bunda panggil dokter dulu,"

Pintu ruang inap dibuka. Seseorang dengan menggunakan jas putih datang.

Dokter mengecek keadaan Fathur. Lalu tersenyum kearah Mila,"Keadaannya sudah membaik. Tangan kamu patah tapi tidak sampai serius dan perban yang ada di kepalamu jangan boleh dilepas
Mungkin dua hari lagi sudah bisa pulang kalah kondisinya makin membaik."

Mila tersenyum senang,"Ahh baiklah. Terimakasih dok."

"Kalau begitu saya permisi dulu."

Dokter telah keluar dari ruangan. Mila menatap Fathur serius.

"Bunda kenapa?"

"Dia keluar bang. Trauma masa lalu She keluar."

Fathur mematung. Pikirannya menerawang jauh pada masa lalu. Otaknya mengulang disaaat gadis kecil berumur 6tahun menjadi korban.

----

Cecil menatap pantulan wajahnya dicermin lalu mengeluarkan cengiran membuat ketiga makhluk dihadapannya mendengus.

"Lo tiap hari gitu aja. Apa enggak bosen," tanya risih Nessa.

"Cantik butuh pengorbanan. Jadi pengorbanan gue ya bawa nih cermin kemana-mana," jelas Cecil.

Nessa mendesah lelah. Lalu matanya melirik kearah revana yang sedang fokus kearah komik.

"Re..Lo tau gak kalau Sherin punya permainan yah kayak tantangan," bisik Nessa.

Revana meletakkan komiknya diatas meja kantin. Matanya menatap Nessa serius.

"Jelasin semuanya."

"Jadi ceritanya.." mulut Nessa menceritakan panjang kali lebar kali tinggi. Mungkin sampai berbusa.

Revana menggangguk paham,"Yang mana bocahnya?"

GAME!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang