8. Masa lalu

1 0 0
                                    

Dikamar nuansa biru, tampak seseorang memandang langit-langit kamarnya. Bagaimana dia bisa tidur nyenyak sedangkan dirumah sakit abangnya belum juga bangun dari masa kritis.

Sherin bangkit dari ranjangnya, ia mengambil gelas. Mungkin minum sedikit bisa menghilangkan kegelisahannya ini.

Didalam kepala cantik Sherin, ia berargumentasi. Berpikir keras siapa dalang dibalik semua ini. Dia yakin Abang nya jarang kebutan kalau tidak di situasi darurat.

"Siapa pelakunya,"

"Bang Fathur Korban tabrak lari. Semua orang menyembunyikan ini dari gue!"

"Apa ada hubungannya sama masa lalu atau pelakunya emang kabur? Gue akan cari tau. Pasti!"

Rasa sakit menjalar dikepalanya, Sherin memegangi kepalanya. Yang dipikirkannya apakah dia kembali lagi?

Mata Sherin terpejam rapat kalau kalian menganggap tidur? Salah besar! Dia duduk tetapi dengan mata terpejam rapat sambil memegangi kepalanya.

Mata Sherin terbuka lebar. Ia tersenyum devil Aku kembali dunia!

Revana berjalan sedikit sempoyongan kearah lemari dibukalah lemari dengan kasar, lalu mengeluarkan sebuah buku bersampul biru muda. Dibukalah buku tersebut, matanya menghayati kata demi kata yang digoreskan sang penulis.

Senyum miring tercetak di wajah revana. Selena kau akan membayar semuanya jika sampai benar itu kau!

Disimpannya buku bersampul biru muda ketempat asalnya.

Revana mengambil ponsel yang diatas nakas. ditekan nomor yang disalin dari buku bersampul biru tadi.

"Halo bos," ucap seseorang dari seberang sana.

"Aku ada pekerjaan, selidiki kasus tentang kecelakaan yang menimpa bang Fathur. Kirim lewat email. Secepatnya," jelas revana sambil tersenyum miring.

"Hanya itu?" Tanya seseorang diseberang sana.

"Ya.. secepatnya kirimkan hasilnya," jawab Sherin lalu menutup sambungan telepon.

Diletakan ponselnya ke semula dan dibaringkan tubuhnya keranjang. Matanya yang tajam menatap langit-langit kamar Sherin.

Suara notifikasi email masuk membuat revana bangkit dari tidurnya. Diambilnya ponsel dengan cepat dan dibukalah email. Matanya menelusuri kata yang dikirimkan. Diletakkan ponsel secara kasar diatas nakas.

Ingatannya mengulang kejadian beberapa tahun silam. Pusat objeknya mengarah kesatu nama. Yaitu Selena.

Sebelum mata revana terpejam ia bergumam,"kau berulah lagi, Aku akan mendatangi mu selena. Pasti! Ingatlah Revena tidak akan pernah ingkar janji!"

----

Mata tajam revana menyapu ke seluruh isi kelas. Wajah datar mendominasi revana. Dibuka topi yang menutupi ubun ubunya.

Revana duduk dibangku biasa Sherin singgahi. Kakinya ia naikan keatas meja. Lalu mengeluarkan sebuah komik yang sudah lama tak dibacanya.

Kelas masih sepi. Revana selalu datang terlalu pagi. Katanya enak buat baca komik.

Nessa yang baru saja datang langsung menatap Sherin panik. Bagaimana dia bisa kembali? Pikir Nessa.

Nessa berjalan kearah revana tergesa-gesa. Ditaruhnya tas lalu memandang revana yang masih fokus kearah komik.

Nessa berdeham keras membuat revana menggeser komik yang menutupi wajahnya. Alisnya terangkat sebelah. Nessa yang paham langsung bertanya,"Hai re. Gimana kabar lo?"

"Baik." Jawab revana.

Nessa menghela napas pendek,"Urusnya bakal ribet kalau gini jadinya," batinya.

"Kapan lo muncul?" tanya Nessa hati hati.

"Kemarin malam."

Nessa sedikit takut ketika berhadapan dengan revana. Yang harus diketahui revana anaknya mudah temperamen. Jangan buat revana marah kalau gak mau kena Bogeman gratis darinya. Dingin mendominasi kecuali sama orang tertentu.

"Lo masih takut sama gue?" tanya revana membuat Nessa terlonjak kaget.

"S-sedikit sih" jujur Nessa sambil menggaruk kepalanya.

Revana terkekeh kecil,"gue nonjok juga ada alasannya, gak asal nonjok aja. Contohnya nih kalau gue asal nonjok, dari tadi udah gue tonjok lo nes," jelas revana.

Nessa menganga. Baru pertama kali revana mengatakan kalimat terpanjangnya.

"Yuhuu Cecil datangg. Red carpet nya mana" teriak Cecil tiba-tiba.

Revana mendengus,"masih sama?" Bisiknya kearah Nessa.

"Belum tobat tuh upil," balas Nessa.

Cecil yang baru saja datang langsung meneguk ludah. Dia datang lagi! Pikirnya.

"Kaget heh?" Tanya revana.

Cecil langsung gelagapan,"Lo balik lagi re?"

"Gak boleh emang? Sherin aja kasih ijin kok," sahut revana santai.

"Lo paksa kan?" tanya Cecil tak puas akan jawaban pertama.

"Yes baby!" teriak revana.

"Tante Mila udah tau kalau lo balik lagi re?" Ucapan Nessa membuat revana menatapnya Dingin.

Nessa langsung meneguk ludah,"Salah omong gue," batinya.

Revana terkekeh,"Canda elah muka lo kaya kebelet boker. Gue telfon ya. Makasih lo udah di ingatkan."

Revana mengambil ponsel yang ada didalam tas. Ia mencari kontak bernama bunda. Ketemu.

Revana langsung menekan tombol call. Sambil tersenyum kaku. Bagaimana jika keluarga Sherin menolak dirinya kembali?

****

Aku ucapkan terimakasih banyak yang udah jadi readers setia ku😽

"Apaan sih Thor jjyk sumpah sama emot yang lo kasih," teriak revana.

"Lo diem gih, lo udah gue ciptakan jangan banyak omong deh," jawab author kesal.

"Whatever," sahut revana sambil menjulurkan lidah.

Apa yang dilakukan author? menghela napas saja.

Skip adegan unfaedah diatas.

Jangan lupa Tinggalkan jejak. Sekali klik sangat berarti:))



GAME!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang