Jedar jedar!
Suara pintu jendela memenuhi telingaku aku mengerjapkan mataku berulang kali, aku terkejut ketika barom tertidur pulas di sampingku.
Aku terbangun dan menengok jam, pukul 8 pagi, aku menepuk jidatku.
Sial aku terlambat.
Aku segera mencuci mukaku dan sikat gigi persetan dengan mandi, aku mengganti bajuku aku mengenakan ripped jeans dan hoodie warna baby pink dengan rambut ter ikat satu, sedikit memberi liptint di bibirku agar tidak pucat.
aku keluar kamar pandanganku sudah tidak enak ketika melihat ibuku berlutut di kaki ayahku.
"Ku mohon jangan tinggalkan aku" kata ibuku ter isak, aku memutar bola mataku malas.
"Pergilah" kataku mengusir ayahku sembari membuka kulkas untuk meminum yogurt.
"Lihatlah anak sialanmu!" Ayahku mencelaku.
What the....
"Aku juga mempunyai orang tua sama sialannya" kataku melewati mereka dan keluar rumah aku mengenakan sepatuku dan menuju caffe kak sungjin dengan berlari.
Aku segera memasukki caffe kak sungjin dan berkali kali mengatakan minta maaf kepadanya karena terlambat.
"Jangan terlambat lagi, cepat bekerja" kata kak sungjin dingin, aku mengangguk dan segera mengenakan celmek coklatku dan menyapa setiap pembeli dan menekan mesin kasir.
--
"Brian?" kataku ketika melihat brian berdiri di ambang pintu caffe, dan brian menghampiriku menarikku kasar keluar caffe, kak sungjin sudah memanggilku berkali kali namun tarikan brian sangat kencang.
"Brian, aku lagi kerja! Kamu gila ya!!" Aku menarik brian hingga brian tersentak.
"Aku kasihan padamu" kata brian tanpa berpikir, apa yang ia katakan? Bukankah aku tidak ingin di kasihani.
"Benarkah? Apa aku terlihat menyedihkan?"
"Ya... kamu saaaangat menyedihkan, kamu gak minder liat pelanggan caffe? Menggunakan pakaian bagus dan berbincang bincang dengan temannya, liat kamu... apa ini?" Kata brian menunjuk celmek coklatku.
"M-maaf bri..., tapi aku tid--" kata kataku terputus ketika kak sungjin menarik tanganku, aku memandang kak sungjin.
"Hey, kau terlalu berlebihan, apa salahnya? Ini mengisi waktu luang, iya kan?" Kata sungjin dengan terkekeh, namun aku tetap menunduk menunggu celaan brian lagi, tanganku gemetar.
"Semua itu tidak ada yang abadi, selagi ada coba kamu menghargainya" lanjut kak sungjin menarikku kembali ke dalam caffe.
"Kak! Kamu ga berhak mencampuri urusan pribadiku" kataku sembari menarik kak sungjin di perjalanan menuju caffe.
"Kamu---" kak sungjin menghela nafasnya, "kamu ini bodoh? Jelas jelas dia tidak menerimamu apa adanya" lanjut kak sungjin.
Aku diam sejenak.
"TAPI TETAP SAJA!!" Aku masuk kembali menghampiri brian, dia menatapku sudah tahu aku ingin menghampirinya brian malah pergi meninggalkanku.
Se hina kah itu? Lagian aku tidak bekerja sebagai wanita pemuas, aku meniup poniku kesal dan terus menyumpah serapahi brian.
Sialan.
Aku mengejar brian, "BRIAN! AKU MAU NGOMONG!" Teriakku brian berhenti dan membalik badan, aku menghampirinya.
"Kenapa kau tidak berubah? Apakah hubungan kita hubungan individual saja? Kita sudah menjalani hubungan 10 bulan, apa ini sifat patenmu? Aku capek bri, sabar itu ada batasannya" omongku panjang lebar, brian hanya mengernyitkan alisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Letting Go - Brian
FanfictionJika ada seseorang se sabar apapun itu, hargai, jangan di abaikan, tidak ada yang abadi di dunia ini, begitu pun dengan sabar, sabar ada batasannya.