Malam ini. Entah malam keberapa sejak semua nya berlalu. Sejak semua itu terenggut dari ku. Sejak semua nya sudah tak lagi menjadi milikku. Malam begitu cerdik. Dalam keheningan ini tanpa sengaja memberikan maksud tersendiri. Diam-diam menyusup ke dalam diri. Diam-diam berusaha mengingatkan.
Aku yang begitu lugu dengan sesukanya membiarkan semua nya masuk. Membiarkan nya mengusik fikiran. Membiarkan nya menghancurkan kebahagiaan yang telah ku coba pupuk dari siang tadi. Begitulah bertentangan dengan segala janji yang sudah ku tetapkan di siang hari. Segala komitmen yang sudah ku bangun dengan diriku sendiri. Seketika komitmen yang telah kubangun sendiri hancur oleh diriku juga. Aku yang membangun dan aku yang menghancurkan. Terlihat lucu. Terlihat bodoh. Terlihat sangat tidak masuk akal.
Malam ini ku tak lagi dapat menahan. Malam ini ku tak lagi dapat sejalan dengan komitmen itu. Semua dalam diriku mampu dipengaruhi. Tapi semua hanya bisu. Semua tak berkutik. Namun hanya satu yang memperlihatkan. Hanya satu yang tak bisa lagi mampu menahan.
Tangis seketika mencoba mengatakan apa yang diri ini rasakan. Apa yang semua mampu sembunyikan. Namun tidak dengan air mata. Tidak dengan tangisan. Seolah-olah ia mampu mewakilkan semua yang ada. Semua yang tersembunyi.
Bagaimana tidak. Malam ini aku sendiri. Malam ini bayangan ku mencoba menghilang. Juga sesuatu yang singgah pada ku di malam-malam sebelumnya. Di malam-malam yang berlalu setelah jauh-jauh hari. Begitu cepat. Terlihat sangat kilat. Diskusi ku malam ini tentang segala hal yang pernah ada namun hilang begitu saja.
Malam ini. Lewat salah satu bagian dari ku. Aku jelaskan tentang rasa ku. Aku jelaskan tentang apapun yang ku rasakan. Aku jelaskan tentang setiap hal yang membuat ketidaknyamanan.
Tangisan ku kali ini adalah tangisan untuk yang kesekian kalinya. Untuk yang kesekian kalinya. Kujadikan ini sebagai sebuah ekspresi. Ku jadikan ini untuk memotivasi diri ku sendiri. Sudah cukup menahan. Cukup sakit.
Lepaskan lah untuk malam ini. Ingat hanya untuk malam ini. Esok kembalikan semua. Kembalikan senyuman mu. Kembalikan lagi. Jangan biarkan semesta melihat. Cukup kau menjadi saksi. Ini selalu menjadi prinsip ku. Ini selalu menjadi bagian dari keinginan ku.
Tangisan kali ini berbeda. Aku melihat sesuatu yang berbeda dari diriku sendiri. Ia terlalu tiba-tiba. Terlalu tergesa-gesa. Tanpa bicara apapun sebelumnya. Apakah aku sudah begitu lelah? Mungkin saja. Untuk ku. Disaat aku benar-benar sangat lelah untuk memendam. Disaat aku benar benar ingin meluapkan. Disitulah aku meminta nya. Aku memaksa nya. Menangislah.
^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Rasa
Genç Kız Edebiyatıبسم الله الر حمن الر حيم Perihal Rasa, Tentang pengorbanan perasaan yang tiada habisnya. Tentang sebuah rasa yang belum saatnya. Untuk semua hal yang datang lalu pergi begitu saja. Apapun yang telah melewatkan mu kemarin, adalah Kenangan. Berlarilah...