Kala itu

34 3 4
                                    

Perlahan ku coba mengingat segalanya. Perlahan aku mencoba membayangkan semua. Bayangan ku masih saja tentang kamu. Iya. Dirimu. Kali ini tentang sebuah cerita. Cerita ku bersama seseorang yang begitu pilu. Sangat pilu. Bukan karena kesalahan siapapun. Kesalahanku sendiri. Diriku terlalu terjebak dalam sebuah ayunan indah sebuah rasa dalam kehidupan.

Kala itu. Untuk beberapa tahun sebelum ini. Aku telah bertemu. Bertemu dengan mu. Sekali lagi aku menemukan kebahagiaan. Sekali lagi melihat suatu kebangkitan. Itu ku lihat padamu. Sesaat aku mampu terlena. Kebahagiaan yang kulihat bukanlah sesuatu yang nyata. Sekali lagi semua itu datang dan berlalu begitu saja.

Singkatnya. Aku bertemu dengan mu. Disaat itu memang aku pun sedang merasakan pahitnya sebuah kehilangan. Pahitnya menjadi salah satu. Dan bukan satu-satunya. Seolah sebuah cahaya datang. Datang untuk membantu. Membantu ku yang saat itu mungkin saja kewalahan.

Mengapa datang mu begitu tiba-tiba saat itu? Tanya ku di dalam hati. Apa maksud dari segalanya? Pertanyaan itu terus saja datang. Hari demi hari semakin berlalu. Kebahagiaan ku akan itu membuat ku semakin menikmati. Semakin terbuai. Saat itu seperti sudah diracuni. Saat itu aku yakin bahwa ini adalah yang terbaik. Ini bisa membahagiakan ku. Inilah yang terbaik.

Setelah semua berjalan sebagaimana mestinya. Semua berjalan didalam alur benakku. Berjalan dengan indah sesuai apa yang juga aku rasakan saat itu. Namun tidak untuk sebuah keabadian. Tidak untuk sebuah ketetapan.

Sebelumnya aku ingin mempertanyakan satu hal. Masihlah indah hatimu disaat kamu hanya menjadi salah satunya? Disaat pemeran utama tidak sedang bersamanya. Dan akulah disini menjadi peran pengganti untuk sementara waktu.

Jelaskan maksudmu. Untuk apa kedatangan mu selama ini? Singgah? Dan hanya sebatas itu. Jika boleh aku menyangkal. Mohon untuk tidak melakukan itu lagi pada hati yang lain. Mohon untuk tidak semudah itu datang lalu pergi. Mohon.

Sekuat apapun nafsumu saat itu. Seindah apapun tatapan mata mu saat itu. Janganlah ikuti. Tahan. Jika memang itu akan berubah lagi dikeesokan harinya. Akan berubah lagi dihari hari selanjutnya.

Satu pesan ku. Untuk kisah ku kala itu. Kisah ku bersama mu. Tetaplah menjadi masa-masa penuh pembelajaran. Ingatlah satu hal. Wanita masih memiliki hati. Bantulah aku untuk memulihkan fikiran ku bahwa mereka hanya mampu membuat luka. Mereka hanya mampu mempermainkan. Kau adalah lelaki terbaik. Hati mu penuh kasih. Tapi ku harap cara mu akan lebih baik. Tidak seperti kala itu.

^^

Tentang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang