Temaram menghilang kala lampu-lampu rumah mulai dihidupkan, jalan-jalan terang nan sepi diterkam malam. Beduk masjid mulai ditabuh, kentongan juga dipukul, gema adzan mulai diperdengarkan keseluruh penjuru mata angin.Tiada lagi orang yang berativitas disawah semua sudah dirumah. Terlihat dari jendela rumahku, jalan-jalan diisi oleh orang-orang berbaju rapi menuju masjid, untuk melaksanakan ibadah sholat maghrib, karena gema adzan sudah memanggil. Aku sudah bersiap dengan peciku, tak lupa ku bawa buku ngaji ku, karena setelah sholat maghrib ada pelajaran mengaji dari Kak Rizal. Kak Rizal adalah alumni dari pondok pesantren, dan sekarang setiap rabu, jumat, dan senin setelah maghrib ia mengajar di masjid desa kami, dan rumah Kak Rizal dekat masjid juga. Aku dan ibuku yang sudah memakai mukena berangkat dari rumahku menuju masjid yang jaraknya hanya 10 meter dari rumahku.Ditengah perjalanan aku bercengkrama dengan ibuku.
"Bu.. Aku nanti setelah sholat maghrib tinggal di masjid dulu yaa mau ngaji sama Kak Rizal.." ujarku kepada ibuku, sambil terus berjalan dan bergandengan tangan.
"Silahkan le... Tapi kalo ngaji yang serius jangan kebanyakan bermain, biar nanti apa yang kamu kaji menjadi ilmu yang bermanfaat, biar bisa mendoakan almarhum bapak di surga.. Biar bapak tersenyum di surga sana.."kata ibuku menjelaskanku.
"Ohh jadi kalo Deru mengaji, bapak melihat Deru di surga ya bu ?" tanyaku polos kepada ibuku.
"Iya le.. Makanya nanti kalo ngaji yang serius biar bapak tersenyum disana, kalo kamu enggak serius bapak akan menangis di surga sana.." jawab ibuku sambil membenahi peciku.
"Siap bu..Deru berjanji akan serius saat mengaji." kata ku sambil memberi hormat pada ibuku.
"Sippp" jawab ibuku sambil tersenyum dan memberikan jempol tangan kanannya kepadaku.
"Ayo masuk.." perintah ibuku padaku.
Kami pun masuk bersama-sama, dan aku langsung menuju tempat depan sendiri dibelakang imam, aku menaruh buku mengaji ku ditempat sujudku, terdengar suara yang tidak asing ditelingaku, sedang tertawa diluar masjid, aku menengokan kepalu melihat luar, dan ternyata itu Fosi, Lana dan Aji yang sama-sama membawa buku mengaji. Sang muadzin sudah berdiri dan menyuarakan iqomah. Pertanda sholat akan segera dimulai. Suara muadzin berhenti dan sholat pun dimulai.Setelah sholat selesai semua orang meninggalkan duduknya, ada yang langsung pulang, ada juga para orang tua berdebat tentang negara di mimbar masjid. Dan kami para anak kecil tetap berada di dalam bersama Kak Rizal, sekitar 10 anak yang belajar mengaji, aku, Fosi, Lana dan Aji berkumpul menjadi satu. Fosi lantas bertanya dengan berbisik-bisik.
"Kamu tadi kemana ru ?ji ?" tanya Fosi kepadaku dan Aji.
"Aku ketiduran hehehe." jawabku sambil meringis.
"Aku enggak tidur kok." jawab Aji.
"Terus kemana ?" tanya Lana pada Aji.
"Aku diajak pamanku ke pasar burung " jawab Aji.
"Oooooooooooooooo" jawab kami bertiga bersamaan.
"Soalnya tadi buat tidur enak banget suasananya Fos" kataku pada Fosi.
"Aku tadi akhirnya juga tidur, karena lama nunggu kalian berdua."Jawab Fosi meringis.
"Terus Lana ?" tanya Aji.
"Aku juga tidur di rumah Fosi."Jawab Lana sambil tertawa.
YOU ARE READING
Debu & Deru : Dampak Sakitnya Kelud Sampai ke desaku
Non-FictionDisini, saya mengangkat kejadian meletusnya Gunung Kelud.Dimana ketika erupsi abunya sampai dimana-mana, sampai juga di kotaku terrcinta Ponorogo namanya. Peristiwa tersebut akan terus diingat dan dikenang oleh masyarakat Jawa Timur khususnya Lereng...