Ooooooo.. Jadi ibu itu ayam ?" jawabku yang masih belum paham dengan perkataan ibuku, sambil melihat ia dengan tatapan penuh pertanyaan.
"Hoalaah lee leeee...." jawab ibuku sambil melanjutkan tawanya kembali.
Dari itulah sampai sekarang aku takut dengan ayam lebih tepatnya pada induk ayam, terlihat menyeramkan tatkala baju perangnya mulai dikembangkan.Ibuku yang berdiri ditengah kerumunan ayam itu seolah-olah menghipnotis semua ayam untuk mengikuti setiap langkahnya. Ibuku mengmbil 2 tekam makanan ayam kemudian ia letakkan ke setiap tempat makan ayam yang ada dikandang. Semua ayam langsung menyerbu tempat-tempat makan yang sudah ada makanannya. Aku yang menyaksikan dari kejauhan merasa senang karena melihat para ayam sudah mendapat makan dan bias kenyang, tapi berbeda denganku yang masih lapar dan terngiang bau tempe diwajan. Kambingku yang iri melihat para ayam , kemudian berteriak menyuarakan kelaparan. Tapi ibuku hanya menghiraukan, karena ia ingat, jatah makan kambingku jam delapan.
Kami berduapun kemali ke pawon untuk menikmati pecel dan tempe hangat. Namun, ditengah perjalananku aku baru ingat bahwa nanti ada janjian dengan teman-temanku untuk memancing di kali.Aku memepercepat langkahku, setelah sampai di pawon , aku langsung mengambil piring di rak piring dan langsung menghampiri meja tempat wadah nasi berada, kemudian aku mengambil nasi dan lalapan sambil menunggu ibu mencuci tangan dan kakinya.
"Ayo bu.. Ayo.. Angkat tempenya dari wajan..." aku merengek pada ibuku karena menunggu tempe yang masih diwajan.
"Iya sabar le.. Ibu masih cuci tangan dan kaki . Emangnya kamu sudah cuci tangan sama kaki ?" jawab ibu ku sambil menyiramkan air ke kakinya.
"Oiya belum hehehe." jawabku sambil meringis kepada ibuku.
"Ayo sini cuci tangan dan kakinya dulu." ibuku menyuruhku dan tangannya mengisyaratkan diriku untuk dating padanya.
"Ta..ta.. tapi aku sudah lapar bu.. Aku sudah ada janjian sama teman-teman mumpung liburan." ujarku yang tak mau mencuci tangan sambil dengan gaya merengekku.
"Hussss ! Tidak ada alas an ! Ayo sini !" ibuku berkata lebih keras dengan mata yang ingin keluar dari kantungnya.
"Aaaaaaaaaaa..." responku dengan wajah mengeluh sambilmelangkah ke arah gentong air dimana ibuku sudah siap menyiram tanganku dengan gayung ditanganku.
"Sini tanganmu ibu siram.." perintah ibuku dengan sedikit menurunkan suaranya.
"Niiiii...." Jawabku menyerahkan kedua tanganku dan membuat kedua telapak tanganku bergulat.
"Nah gini... Sebelum makan itu harus cuci tangan dan kakinya terlebih dahulu biar bersih dan supaya tidak terkena penyakit." ujar ibuku sambil menyiramkan air ke tanganku.
"Iya iyaaaa." jawabku sambil cemberut.
YOU ARE READING
Debu & Deru : Dampak Sakitnya Kelud Sampai ke desaku
No FicciónDisini, saya mengangkat kejadian meletusnya Gunung Kelud.Dimana ketika erupsi abunya sampai dimana-mana, sampai juga di kotaku terrcinta Ponorogo namanya. Peristiwa tersebut akan terus diingat dan dikenang oleh masyarakat Jawa Timur khususnya Lereng...